Kabar Gembira..!

Kabar Gembira! Jual semua BUMN, pecat mentri keuangan, gantinya angkat seorang yang pandai menggandakan uang. beres semua! Percaya?

Sobat, orang kalau sudah keblinger, ya susah semua, dalil tidak mempan, nalar sehat macet, peraturan tidak digubris. Ummat Islam, gunakan nalar sehat anda, dan hayati dalil-dalil dalam Al Qur’an dan As Sunnah dengan baik, bawa serta iman dan akidah anda ke manapun anda pergi dan dalam urusan apapun.

Namun bila akidah telah luntur, atau bahkan tidak pernah belajar akidah, yang dipelajari hanya masalah bacaan dan bacaan, puji-pujian, namun ndak pernah belajar akidah yang benar, ya gini inilah akibatnya.

Lupa kalau urusan rejeki itu harus diupayakan lalu bertawakkal, ndak cukup doa apalagi baca mantra. Andai sekedar doa saja cukup, maka dahulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam mencukupkan dirinya dengan berdoa, namun kenyataannya beliau berdagang dan berbelanja di pasar. Allah Ta’ala berfirman:

وَما أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ

Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (Al Furqan 20)

Sayang, kalaupun belajar tauhid, yang dipelajari hanya sekitar karamah wali, Kalaupun belajar ibadah, maka tetap saja didoktrin bahwa sekali baca pujian ini, atau sholawat itu, maka pahalanya melampaui sholat, puasa, baca al qur’an sekian juta kali.

Bahkan dipatenkan bahwa syarat utama menjadi ulama’ bila ia bisa menunjukkan karamah, sepandai apapaun kalau ndak bisa menunjukkan kehebatan maka diragukan keilmuan dan keshalehannya.

Andai kesholehan seseorang ditandai dengan kemampuan menggandakan uang, enak dong, negara kita ndak usah susah-susah ngurus BUMN yang sampai saat ini banyak yang merugi, cukup saja piara orang-orang sakti, dan tugasi mereka menggandakan dolar, euro, yen, dan uang lainnya, beres deh.

Sobat! sadarilah bahwa ilmu dan kesholehan bukanlah ditunjukkan atau dibuktikan dengan kemampuan yang aneh aneh, namun dibuktikan sekuat apa anda menahan hawa nafsu dan mentaati perintah dan meninggalkan larangan Karenanya, Allah Ta’ala menjadikan ilmu sebagai indikasi ketaqwaan, yang membuktikan bahwa antara ilmu dan ketaqwaan yang terefleksi pada kepatuhan keada setiap perintah dan larangan.

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (Fathir 28)

Jadi semakin berilmu semakin rajin ibadah dan jauh dari maksiat, bukan semakin hebat bisa terbang atau menggandakan uang.

Sobat! mari pelajari islam dengan benar, kokohkan akidah, agar tidak mudah goyah dan runtuh hanya karena silau oleh tipu muslihat setan dan kroni-kroninya.

Muhammad Arifin Badri,  حفظه الله تعالى

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.