Ujian Dan Sanjungan Seringkali Menjadi Kebutuhan Penting Dalam Kehidupan

Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, Lc, MA حفظه الله تعالى

Sering kali Anda merasa tersinggung, bahkan merasa hidup tidak berguna hanya karena kehadiran anda tidak diperhatikan orang lain.

Betapa sering Anda murka besar, hanya karena hasil kerja keras anda tidak diakui apalagi dihargai orang lain.

Namun sebaliknya, anda menjadi tersanjung bila kehadiran anda dinanti-nantikan sehingga anda disambut dengan hangat.

Sering kali Anda menjadi salah tingkah setiap kali hasil kerja anda diakui bahkan dipuji.

Begitu besar peran sebuah pengakuan dan pujian dalam hidup kita. Bahkan betapa banyak orang rela berkorban dengan banyak hal demi mendapatkan pujian dan sanjungan.

Betapa banyak wanita yang rela membuka auratnya, memamerkan lekak-lekuk tubuhnya agar mendapat perhatian dan kekaguman orang.

Dan untuk bisa mendapatkan hal itu banyak wanita berkorban lagi yaitu dengan membekali diri dengan berbagai asesoris, dan make up yang mahal.

Lelakipun demikian, berperilaku aneh2, sok gagah, jaga image, semuanya demi mendapatkan sebuah pengakuan “anak gaul” atau trendy, modis atau sebutan “waaah atau wooow”.

Lebih parah lagi betapa banyak orang rela berhutang, menipu, korupsi, mencuri, dan perilaku serupa lainnya hanya mengejak sebuah “pengakuan” atau kata “waaaaah hebat”

Saya yakin anda tahu, sejatinya apalah arti kata “waaaah” atau “woooow.” Kata itu tidaklah mengeyangkan ketika anda lapar, menyembuhkan bila anda sakit, dan juga tidak bisa dijual agar anda mendapatkan uang.

Bahkan sering kali kita hanya bisa meniru orang lain, dan menipu diri sendiri dengan mengesankan kita serupa atau sama dengan mereka, pdahal tidak demikian.

Apalagi bila anda berpikir lebih jauh, semua kekaguman dan sanjungan itu tidaklah berarti di hadapan Allah. Tidak dapat menyelamatkan anda dari siksa dan juga tidak dapat menghantarkan anda ke pintu surga.

Bangga dengan hasil karya orang lain sedangkan diri sendiri tidak memiliki hasil karya apapun adalah budaya yahudi yang bangga karena merasa sebagai keturunan Nabi Ibrahim, atau bangga karena sering diberi kelebihan oleh Allah sampai-sampai mereka merasa bahwa mereka adalah ummat pilihan.

لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوا وَّيُحِبُّونَ أَن يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُم بِمَفَازَةٍ مِّنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Janganlah engkau menduga bahwa orang-orang yang bangga dengan apa yang mereka lakukan dan senang untuk dipuji dengan sesuatu yang bukan hasil karya mereka, bahwa mereka akan terbebas dari siksa ? dan mereka itu akan mendapat siksa yang sangat pedih.” (ali imran 188)

Jadilah dirimu sendiri, jadi orang sholeh ya karena amal ibadah sendiri, bukan karena keturunan orang sholeh.

Senang menjadi ulama’ karena memang berilmu bukan karena anak seorang ulama’.

Senang menjadi orang kaya karena memang memiliki kekayaan bukan karena anaknya orang kaya apalagi sekedar bertetangga dengan orang kaya atau bahkan sekedar dikira sebagai orang kaya.

Senang sebagai orang yang mahir dalam suatu hal, karena memang memiliki kemahiran, bukan karena mengenakan pakaian atau seragam orang yang mahir, alias sekedar sebagai fans.

Jadilah dirimu sendiri, sejatinya engkau adalah orang penting dan berarti, bila engkau mengerti.

⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.