Category Archives: Abu Yahya Badrusalam

Sunnah Yang Ditinggalkan…

Masuk shaff sambil ruku.

Abdullah bin Az Zubair berkata:

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ وَالنَّاسُ رُكُوْعٌ، فَلْيَرْكَعْ حِيْنَ يَدْخُلُ ثُمَّ يَدُبُّ رَاكِعًا حَتَّى يَدْخَلَ فِي الصَّفِِّ فَإِنَّ ذَلِكَ السُّنَّةُ

“Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, sementara orang-orang sudah ruku’, maka hendaklah ia ikut ruku’. Kemudian sambil ruku’ hendaknya ia masuk barisan. Sebab hal itu merupakan sunnah.” Diriwayatkan oleh Ath Thabrani.

Para shahabatpun melakukannya.

Dari Abu Umumah bin Sahal bin Hanif, bahwa ia melihat Zaid bin Tsabit memasuki masjid. sementara Imam sedang ruku’. Lalu beliau berjalan mendekati shaf dalam keadaan ruku’. Beliau bertakbir laluruku’ kemudin melangkah dalam keadaan ruku hingga sejajar dengan shaf.
HR Al Baihaqi sanadnya shahih.

Dari Zaid bin Wahab, ia menceritakan:

HR Baihaiqi dengan sanad shahih.

Al-Baihaqi (2/90) meriwayatkan dari Abubakar bin Abdirrahman bin Al-Harits bin Hisyam, bahwa Abubakar Ash-Shiddiq dan Zaid bin Tsabit memasuki masjid. sedangkan imam sudah rukuk Lalu keduanya segera mengambil posisi ruku’ dan dalam posisi itu. mereka berjalan meluruskan diri sejajar dengan shaf.

****************

Pertanyaan:

Ustadz masuk ke shaff sambil ruku apa tidak bertentangan dengan hadits abu bakroh yg tergesa gesa lalu ruku dan masuk shaff sambil ruku. Maka Nabi bersabda kepadanya: jangan kamu ulangi. HR Abu Dawud?

Jawaban:

Perkataan seorang shahabat: termasuk sunnah. Dihukumi marfu’.
Adapun hadits Abu Bakroh tidak bertentangan dengan riwayat Abdullah bin Zubair. Karena yang diingkari oleh Nabi adalah ketergesa gesaannya. Adapun masuk ke dalam shaff sambil ruku maka itu termasuk sunnah sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Az Zubair. Juga diamalkan oleh ibnu Mas’ud, zaid bin Tsabit dan shahabat lainnya.

Badru Salam,  حفظه الله تعالى

Pertanyaan Seputar Hadits Tentang Membaca Surat Al Baqoroh Di Rumah-Rumah Kalian…

Pertanyaan :

Ustadz, ingin tanya tentang hadits membaca surat Al Baqarah di rumah agar Syaithan tidak masuk rumah tsb, Pertanyaan nya :

1. Apakah surat tsb dibaca setiap hari dari ayat 1 s/d terakhir ? Atau bolehkah mencicil bacaannya (misalnya) 5 lembar hari ini, dilanjutkan besok, terus lusa hingga selesai kemudian diulang lagi ?

2. Bolehkah rekaman ? Atau kita yang baca sendiri ?

Syukron Ustadz, baarakallahu fiikum

Jawaban :

1. Boleh (dicicil -pen)

2. Boleh. Yang LEBIH BAIK DIBACA, bukan dengan rekaman. Tapi kalau gak sempat bisa dengan rekaman.

Wallahu a’lam 

Dijawab oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc,  حفظه الله تعالى 

Sesuatu Yang Tidak Dilakukan Oleh Rasulullah ﷺ Tidak Lepas Dari TIGA Keadaan

Kaidah PENTING…

Sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak lepas dari tiga keadaan:

1. Nabi tidak lakukan karena belum ada pendorongnya seperti membuat ilmu nahwu, ilmu ushul fiqih, ilmu hadits dsb. Karena disaat itu belum dibutuhkan dan para shahabat semua ahli bahasa arab.

2. Nabi tidak lakukan karena ada penghalangnya seperti mengumpulkan alqur’an dalam mushaf karena alqur’an masih terus turun. melakukan sholat taraweh berjama’ah setiap malam karena khawatir diwajibkan atas umatnya, dsb.

3. Nabi tinggalkan padahal pendorongnya ada dan penghalangnya tidak ada. Seperti Nabi tidak adzan dan iqomah untuk sholat hari raya padahal itu dibutuhkan dan Nabi mampu melakukannya.

Hukumnya

Untuk keadaan yang pertama, setelah nabi wafat ketika pendorongnya telah ada dan dibutuhkan juga mashlahatnya besar atau untuk menghindari mudlorot maka diperbolehkan dan tidak dianggap bid’ah.
Seperti membuat ilmu nahwu shorof, ilmu ushul fiqih, ilmu hadits dsb. Dan ilmu ilmu ini mashlahatnya amat besar untuk menjaga alqur’an dan sunnah, bahkan bila ditinggalkan akan menimbulkan mudlorot.

Untuk keadaan yang kedua juga diperbolehkan bila penghalang telah hilang dan dibutuhkan. Oleh karena itu Umar melaksanakan sholat taraweh berjama’ah setiap malam karena penghalangnya yaitu khawatir diwajibkan sudah tidak mungkin lagi.
Oleh karena itu Umar berkata: ini sebaik baiknya bid’ah.
Maksudnya bid’ah secara bahasa sebagaimana yang dikatakan oleh ibnu Rojab.

Dua jenis ini yang disebut oleh para ulama ushul fiqih sebagai mashlahat mursalah atau dengan bahasa sebagian ulama: bid’ah hasanah.

Adapun yang ketiga maka Nabi sengaja meninggalkannya untuk menjadi ilmu bagi umatnya bahwa itu tidak disyariatkan.
Yang jenis ini bila dilakukan bisa jadi bid’ah.
Jenis ini yang dianggap sebagai bid’ah yang sesat.

Sebagai renungan saja, perayaan kelahiran nabi bila kita masukkan dalam tiga keadaan di atas jenisnya apa ?

Pendorong untuk merayakannya padahal ada di zaman nabi dan para shahabatnya yaitu cinta nabi.
Penghalangnya pun tidak ada. Mereka mampu melakukannya.
Namun mereka tidak melakukannya.

Hakikat cinta adalah dengan mengikuti sunnahnya dan bergembira dengan mempelajari ajarannya.

Badru Salam,  حفظه الله تعالى

Faidah Hadits : Menjaga Lisan…

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا  يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.”
(Al Ahzaab: 70-71)

Ayat ini menunjukkan bahwa amal seseorang tergantung lisannya. Bila lisannya dijaga maka amalnya pun terjaga. Bila lisannya tidak dijaga, maka amalnya pun akan bengkok.

Maka siapa yang ingin menjaga perbuatannya agar senantiasa lurus maka hendaklah ia menjaga lisannya dari mengucapkan sesuatu yang tidak baik.

Menjaga lisan juga salah satu sebab datangnya ampunan Allah.

Badru Salam,  حفظه الله تعالى

Faidah Ayat : Menyebarkan Berita Bohong…

Allah Ta’ala berfirman tentang kisah ifik:

إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَّا لَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ اللَّهِ عَظِيمٌ

(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.
(An Nuur: 15)

Ayat ini berbicara tentang kisah Aisyah yang dituduh berzinah. Tersebar dari mulut ke mulut menjadi issu yang hangat.

Allah turunkan ayat ini sebagai peringatan untuk kita agar berhati-hati membicarakan kehormatan seorang muslim. Jangan mudah menerima tuduhan begitu saja. Namun hendaklah benar-benar kita periksa.

Ketika kita menganggap remeh suatu dosa, maka menjadi besar di sisi Allah. Oleh karena itu Allah mengatakan: Dan kamu menganggapnya ringan, padahal di sisi Allah besar.

Masuk dalam ayat ini semua orang yang gemar menebar issu bohong yang berhubungan dengan kehormatan ssorang hamba Allah yang shalih.

Badru Salam,  حفظه الله تعالى

Faidah Hadits: Bekam…

Dalam shahih Muslim disebutkan bahwa hasil usaha dari membekam adalah khobits (tidak baik). Namun dalam hadits ibnu Abbas disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan upah kepada orang yang membekam beliau. HR Bukhari dan Muslim.

Ini menunjukkan bahwa usaha dari membekam adalah khobits yang halal, sebab jika haram tentu Nabi tidak akan memberi upah kepada pembekamnya. ini adalah pendapat jumhur ulama.

Namun sabda Nabi: khobits memberikan isyarat agar lebih baik mencari penghasilan yang lain.

Badru Salam,  حفظه الله تعالى

Renungan Hadits…

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وليأتين على الناس زمان يتعلمون فيه القرآن، يتعلمونه ويقرأونه، ثم يقولون قد قرأنا وعلمنا، فمن ذا الذى هو خير منا ؟ فهل فى أولئك من خير ” . قالوا يا رسول الله، من أولئك ؟ .. قال :
” أولئك منكم، وألئك هم وقود النار ”

Benar benar akan datang kepada manusia suatu zaman, mereka mempelajari al Qur’an dan menghafalnya. Kemudian mereka berkata, “Kita telah menghafal dan memahaminya, maka adakah orang yang lebih baik dari kami ?”
Nabi bersabda, “Apakah (menurut kalian) mereka ada kebaikannya?”
Para shahabat berkata, “Siapakah mereka wahai Rasulullah ?”
Beliau bersabda, “Mereka itu termasuk dari kalian (umat islam). Mereka itu adalah bahan bakar api Neraka.”

(HR Ath Thabrani, hasan lighairihi).

Sebuah hadits yang perlu kita camkan..
Merasa lebih baik karena keilmuan atau ibadah atau hafalan dan sebagainya membuat amalan tersebut sia sia..
⚫ Mungkin kita merasa telah memperjuangkan islam..
⚫ Mungkin kita merasa telah banyak hafal ayat dan riwayat..
⚫ Mungkin kita merasa telah dalam ilmunya..
⚫ Lalu kita merasa paling baik dan meremehkan orang lain..

Seperti ini sifat orang orang yang akan menjadi bahan bakar api Neraka…

Na’udzu billahi min dzalik..

Badru Salam, حفظه الله تعالى