Category Archives: Fuad Hamzah Baraba’

Rakusnya Manusia Dan Fitnahnya Harta

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda:

لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ؛ لاَبْتَغَى ثَالِثاً, وَلاَ يَمَلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ, وَيَتُوْبُ الله عَلَى مَنْ تَابَ

“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah harta; pasti ia menginginkan yang ketiga, sedangkan perut anak Adam tidaklah dipenuhi kecuali dengan tanah, dan Allah memberi taubat-Nya kepada yang bertaubat.”
(HR. al-Bukhari:6436, Muslim:1049).

Hadits Чαπƍ mulia ini berkaitan dengan masalah fitnahnya harta, Allah Ta’ala mengabarkan kepada kita, bahwa jiwa manusia itu senang dengan harta, Allah berfirman:

(( وتحبون المال حبا جما ))

“Dan kalian mencintai harta dengan kecintaan Чαπƍ berlebihan.” (QS. al-Fajr:20).

Dan Dia juga berfirman:

(( وإنه لحب الخير لشديد ))

“Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan.” (QS. al-‘Adiyat:8).

Ini semua menunjukan, bahwasanya fitnahnya harta adalah fitnah Чαπƍ besar bagi kehidupan manusia.

Kita berharap mudah-mudahan Allah Ta’ala melindungi kita dari segala macam fitnah dalam kehidupan dunia.

 Ditulis oleh Ustadz Fuadz Hamzah Baraba’, Lc حفظه الله تعالى

– – – – – – 〜✽〜- – – – – –

Bersyukur Kepada Allah Atas Anugerah Ketaatan Kepada-Nya

Ust. Fuad Hamzah Baraba’ Lc

Sesungguhnya seorang manusia apabila diberikan anugerah taufik oleh Allah Ta’ala untuk melakukan ketataatan kapada-Nya hendaklah ia memuji Allah atas karunia tersebut dan mensyukurinya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam hadits qudsi:

فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ.

“Barangsiapa Чαπƍ
mendapatkan kebaikan maka
hendaklah ia memuji Allah, dan barangsiapa Чαπƍ mendapatkan selain itu (keburukan) maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri. (HR. Muslim no: 2577).

Apabila sesorang dimudahkan dalam melakukan ketaatan, maka ketauhilah itu merupakan taufik dan anugerah Allah Ta’ala kepadanya.

Apabila ia memuji Allah عَزَّ وَجَلَّ terhadap apa Чαπƍ telah Dia anugerahkan kepadanya berupa ketaatan, berarti ia telah mensyukuri nikmat tersebut. Dan barangsiapa Чαπƍ mensyukuri nikmat Allah Ta’ala, maka Dia akan menambahkan nikmat-Nya. Allah عَزَّ وَجَلَّ berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab Ku sangat pedih”. (Q.S Ibrahim:7).

Dan hendaknya ia tidak merasa ujub dengan ketaatan Чαπƍ ‎​δ¡lakukannya, tidak menisbahkannya semata-mata dikarenakan daya dan upaya serta kekuatan Чαπƍ ada pada dirinya. Karena hal itu merupakan sebab kehinaan dan akan menyebabkan dicabutnya anugerah tersebut darinya. وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ

Mudah-mudahan Allah عَزَّ وَجَلَّ memberikan kita iatiqomah ‎​δ¡ atas jalan keridhoan dan ketaatan-Nya. ‎
آمين يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْنَ

Adab Ziarah Kubur

UST. FUAD HAMZAH BARABA’, LC

Di antara adab² ziarah kubur yg perlu diperhatikan adalah sbb:

1. Mengucapkan salam ktika masuk pekuburan,

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ لَلاَحِقُوْنَ نَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ

“Smg kesejahteraan utkmu wahai penduduk kampung (Barzakh) dr kaum mu’minin & muslimin & sesungguhnya kami Insya Allôh akan menyusul kalian, kami memohon kpd Allôh keselamatan bagi kami & bagi kalian” (HR.Muslim)

2. Tdk memakai alas kaki (sandal/sepatu) ktika memasuki pekuburan.

Nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam ketika melihat seseorg sdg berjalan di antara kuburan dg memakai sandal, bersabda,
“Wahai pemakai sandal, celakalah engkau! Lepaskan sandalmu!”
Lalu org trsbt melihat (kpd org yg meneriakinya). Tatkala ia mengenali (kalau org itu adlh) Nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam ia melepas kedua sandalnya & melemparnya”
(HR. Abu dawud, Ibnu Majah dll)

3. Tdk duduk di atas kuburan & menginjaknya.
Nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam bersabda; “Sungguh jika salah seorg dari kalian duduk di atas bara api shg membakar bajunya & menembus kulitnya, itu lebih baik drpd duduk di atas kubur” (HR. Muslim)

5. Mendo’akan ahli kubur jika dia seorg muslim & boléh mengangkat tangan ketika mendo’akan mayit dgn menghadap ke kiblat. (HR. Ahmad).

6. Tdk mengucapkan al-hujr
(ucapan yg bathil).

7. Diperboléhkan menangis yg wajar tetapi tdk boléh meratapi mayit dgn histeris, menampar pipi, merobék kerah & sejenisnya.

8. Tdk boléh membaca al-Qur’an di kuburan, baik hanya sekedar membaca di sisi kubur atau utk dihadiahkan kpd si mayit.

Nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam bersabda, “Jgnlah kalian jadikan rumah2 kalian sbg kuburan, sesungguhnya syaython akan lari dari rumah yg dibacakan padanya suroh alBaqoroh”. (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa kuburan bukanlah tempat utk membaca al-Qur’an & sbaliknya rumah yg selayaknya dibacakan di dlmnya al-Qur’an.

Ternyata Kaum Musyrikin Zaman Dahulu Adalah Playboy Dalam Hal Ibadah

Sering kita melihat bahwa laki-laki Чαπƍ sering bergonta-ganti cewek maka kita sebut dia adalah laki-laki playboy, dan tentu itu adalah hal Чαπƍ sangat buruk.

Selain dia melecehkan martabat kaum wanita dia juga telah melanggar syari’at dengan melakukan hal itu.

Dan Чαπƍ pasti banyak orang Чαπƍ tidak senang dan tidak suka dengan kelakuan seperti itu.

Namun adapula sebutan playboy dalam hal ibadah, yaitu bergonta-ganti sesuatu Чαπƍ disembahnya.

Dan ternyata kaum musyrikin zaman dahulu adalah playboy dalam hal ibadah, hal itu terlihat dari apa Чαπƍ diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Abu Raja al-‘atharidi berkata:

كنا نعبد الحجر فإذا وجدنا حجرا هو خير منه ألقيناه و أخذنا الآخر فإن لم نجد حجرا جمعنا حثوة من تراب ثم جئنا بالشاة فحلبنا عليه ثم طفنا به

“Dahulu kami menyembah batu, Apabila kami mendapatkan batu Чαπƍ lebih baik, maka kami melemparkannya (membuangnya) dan kami mengambil Чαπƍ lain. Apabila kami tidak menemukan batu, kami mengumpulkan segenggam (debu) tanah, lalu kami bawakan seekor kambing kemudian kami peraskan susu untuknya. Kemudian kami thawaf dengannya”.

So Pasti hal itu sangat dimurkai Allah Ta’ala, karena ibadah Чαπƍ dilakukannya adalah kesyirikan.

Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari hal-hal Чαπƍ dimurkainya.
– – – – – – 〜✽〜- – – – – –

Bacaan Pada Shalat Witir…

Pertanyaan :

سمعت أن الإنسان يقرأ في الشفع قبل الوتر سورة الأعلى في الركعة الأولى، ويقرأ في الثانية سورة الكافرون، فهل ما سمعت صحيح؟

Saya mendengar bahwa sesorang membaca pada (shalat) di raka’at yang genap sebelum witir pada raka’at pertama surat al-A’la, dan membaca pada raka’at kedua surat al-Kafirun, apakah yang saya dengar itu benar?

Jawab :

نعم وهذا هو الأفضل في الصلاة الأخيرة يقرأ بـ يسبح في الركعة الأولى سبح باسم ربك الأعلى والثانية يا أيها الكافرون والثالثة قل هو الله أحد

Ya, dan inilah yang afdhal pada shalat terakhir (witir) dengan membaca pada raka’at pertama surat al-A’la, raka’at kedua surat al-Kafirun, dan raka’at yang ketiga surat al-Ikhlas

والأفضل يسلم من الثنتين ثم يوتر بواحدة

Dan yang afdhal mengucapkan salam setelah dua raka’at kemudian witir dengan satu raka’at

وإن جمعت الثلاث كلها سردا ولم يجلس إلا في الأخيرة فكل ذلك سنة

Dan jika engkau menggabungkanny­a menjadi tiga raka’at sekaligus dan tidak duduk (tasyahhud) kecuali pada (raka’at) terakhir, itu semua termasuk sunnah

لكن الأفضل أن يسلم في الثنتين ثم يوتر بواحدة.

Akan tetapi yang afdhal adalah dengan mengucapkan salam setelah dua raka’at, kemudian witir dengan satu raka’at.

سماحة الشيخ / عبدالعزيز بن باز -رحمه الله تعالى-

Asy-Syekh Abdul Aziz bin Baz -Rahimahullah Ta’ala

Fuad Hamzah Baraba’, حفظه الله تعالى

Memohon Perlindungan Dari Empat Hal, Setelah Membaca Tasyahhud

Ust. Fuad Hamzah Baraba’ Lc

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ.

“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Al-Masih Dajjal.”

Syekh Al-Fauzan berkata: “Dan dari fitnah kehidupan dan kematian”.
Fitnah adalah ujian dan cobaan. Manusia itu sedang diuji dan dicoba ϑί dunia, kemudian akan diuji dan dicoba saat mati, lalu ϑίuji dan dicoba didalam kubur.
Jadi dia selalu diuji dan ϑί coba. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari semua itu.

Ada fitnah syubhat dan syahwat; selama manusia masih hidup ϑί dunia dia akan selalu terkena fitnah. Terkadang ujian tersebut bisa menggelincirkannya dari agamanya. Terkadang dia bisa fasik dan durhaka karena fitnah tersebut. Berapa banyak orang Чαπƍ menyimpang dan sesat disebabkan fitnah tersebut. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari hal tersebut dan semoga kita selalu diberi keteguhan dan ketabahan.

{Maroji’: Kitab Bulughul Maram hadits no 308.}
– – – – – – 〜✽〜- – – – – –

Pelaku Maksiat Tidak Kekal ‎​Di Neraka

Pertanyaan:

العاصي لا يخلد في النار

Pelaku Maksiat Tidak Kekal ‎​Di Neraka

يقول تعالى: إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ، ويقول أيضا: وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى هل بين هاتين الآيتين تعارض؟ وما المراد بقوله: مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ؟ ع – أ – ز – جدة

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. (QS. al-Maidah:116).

Dan Dia berfirman:

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى

“Dan sesungguhnya Aku benar-benar Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman,
beramal shaleh kemudian tetap di jalan yang benar”. (QS. Thaaha:82).

Apakah pada dua ayat tersebut terdapat pertentangan?
Dan apa Чαπƍ dimaksud dengan firman-Nya:

مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. (QS. al-Maidah:116).
ع – أ – ز – جدة

Jawaban:….silahkan baca ‎​selanjtnya di link berikut: http://www.ibnumubarakallaitsi.wordpress.com/2013/04/20/1150/

 Ditulis oleh Ustadz Fuadz Hamzah Baraba’ Lc حفظه الله

– – – – – – 〜✽〜- – – – – –

Kodok

Ust. Fuad Hamzah Baraba’ LC

Dari Abdurrahman bin Utsman (ia berkata): “Sesungguhnya seorang tabib (dokter) pernah bertanya kepada Nabi صلى الله عليه وسلم ttg kodok yang ia akan jadikan sebagai obat? maka Nabi صلى الله عليه وسلم telah melarang tabib tersebut membunuh kodok.”

HADITS SHAHIH dikeluarkan: Abu Dawud (no.3871 & 5269 & ini lafazhnya), Nasaa-i (7/210), Ahmad (3/453), Hakim (4/411) & Baihaqy (9/258), mereka semuanya mrwytk dari jln Ibnu Abi Dzi’b, dri Sa’id bin Khalid, dari Sa’id bin Musayyab, dri Abdurrahman bin Utsman (spt di atas).

Imam Hakim: “Hadits ini shahih isnadnya” & Imam Dzahabi tlh menyetujuinya.

FIQIH HADITS

Hadits mulia ini: hujjah yg sangat kuat ttg haramnya memakan daging kodok karena tiga sebab:

Pertama:
Karena Nabi صلى الله عليه وسلم tlh melarang membunuhnya, baik u/ dimakan atau dimanfaatkan atau u/ disia2kan.

Kedua:
Larangan memakannya. Karena tidak ada faedahnya kalau yang dimaksud oleh hadits di atas hanya terbatas pada larangan membunuhnya, tetapi halal memakannya!?

Cara yang seperti ini merupakan kejumudan dan lebih zhahir dari kaum zhahiriyyah, tanpa mau melihat dan memahami lafazh & siyaaq (susunan) hadits. Di dalam hadits di atas seorang tabib (dokter) meminta izin kepada Nabi صلى الله عليه وسلم untuk menjadikan kodok sebagai obat.

Tentunya yang dimaksud oleh si dokter ialah dengan cara memakannya atau memberi makan kepada si pasien yang dia yakini bahwa daging kodok itu sebagai obat. Inilah yang cepat kita tangkap dengan mudah dari permintaan izin dokter tersebut kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.

Apakah saudara akan memahami, bahwa maksud dokter tersebut meminta izin untuk menjadikan kodok sebagai obat, ialah dengan cara daging kodok itu dioles2kan ketubuh si pasien bukan dengan cara memakannya?

Ketiga:
Para Ulama telah membuat satu kaidah dan telah menjadikannya sebagai salah satu sebab tentang haramnya sesuatu binatang yaitu:

Setiap binatang yang kita diperintah untuk membunuhnya atau dilarang membunuhnya hukumnya adalah haram dimakan.

Ref: buku al-masail ust. Abdul Hakim Abdat

‎Jangan Mengorek-ngorek Kesalahan Orang Lain


D¡ antara adab islam, Kita diperintahkan untuk menutupi aib orang lain. Karena barangsiapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya ketika ‎di¡ dunia maupun ‎​di akherat nanti.

Seperti disebutkan dalam hadits riwayat Muslim dari Abu Huraiarah رضي الله عنه

Dari Nabi صلى الله عليه و سلم

من ستر مسلما ستره الله في الدنيا والآخرة

“Barangsiapa yang menutupi aib
saudaranya yang muslim, maka Allah tutup aibnya ‎​di dunia dan ‎​di akhirat”.

– – – – – – 〜✽〜- – – – – –
by Ust. Fuad Hamzah Baraba’

Dada Yang Lapang

Ikhwan fillah…
Ketahuilah, bahwa lapang dada adalah satu kondisi Чαπƍ menjadikan sesorang mampu melaksanakan keta’atan kepada Allah Ta’ala dengan semaksimal mungkin, dia mampu mendidik anak-anaknya dan memberikan perhatian untuk kemaslahatn mereka, dan dengan lapang dada sesorang bisa melaksanakan berbagai macam tugas kewajibannya, baik kecil maupun besar.

Lapang dada merupakan karunia pemberian Allah Ta’ala, perhatikanlah doa dan permohonan Nabi Musa ‘alaihis salam tatkala Allah Ta’ala memerintahkannya untuk melasanakan tugas Чαπƍ begitu berat; yaitu mendatngi Fir’aun Чαπƍ sudah melampaui batas,

اذهب إلى فرعون إنه طغى

“Pergilah kamu kepada Fir’aun, karena dia telah berbuat melampui batas”. (QS. Thaha:24).

Suatu tugas Чαπƍ sangat berat, dan besar, tatkala Allah Ta’ala perintahkan hal itu dia berkata,

رب اشرح لي صدري ويسر لي أمري

“Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku   urusanku”. (QS. Thaha:25-26).

Dan tidak diragukan lagi bahwa lapanya dada merupakan karunia Allah Ta’ala dan taufik dari-Nya, dengan mengusahakan sebab-sebabnya.

Diantara sebab-sebab agar dada menjadi lapang:

1. Mentauhidkan Allah Ta’ala dan mengikhlaskan agama bagi-Nya, menujukan ibadah hanya kepada-Nya, dan menjauhi kesyirikan baik
kecil maupun besar.

2. Cahaya keimanan Чαπƍ Allah berikan pada hati seorang hamba.

3. Ilmu Чαπƍ bermanfaat Чαπƍ bersumber dari al-Quran dan sunnah Nabi صلى الله عليه و سلم.

4. Inabah (kembali) kepada Allah Ta’ala dan cinta kepada-Nya, serta mendahulukan cinta kepada Allah dari pada cinta kepada selain-Nya.

5. Konsisten dan terus-menerus dalam dzikir kepada Allah Ta’ala dan memberikan perhatian Чαπƍ besar dalam hal itu.

6. Berbuat baik kepada semua makhluk, sesuai dengan kemampuannya, baik dalam bentuk harta, pertolongan, kedudukan dll.

7. Kebranian dan kuatnya hati (tidak pengacut).

8. Menghilangkan kedengkian (penyakit hati).