Audio

Manhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN — Kaidah KE-21

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.

KAIDAH SEBELUMNYA (KE-20) bisa di baca di SINI

=======

? Kaidah yang ke 21 ?

Bersikap sederhana dalam beramal dan berpegang kepada sunnah itu dan merupakan poros agama.

Allah berfirman [QS Al-Maidah : 77]

‎يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ

Hai ahli kitab, jangan kalian berlebih-lebihan dalam agama kalian

Allah juga berfirman [QS Al-An’am : 141]

‎ۖ وَلَا تُسْرِفُوا ۚ

Jangan kalian berlebih-lebihan

‎ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Sesungguhnya Allah tidak suka orang-orang yang berlebih-lebihan

Allah juga berfirman [QS Al-Baqarah : 190]

وَلَا تَعْتَدُوا ۚ

Jangan kalian melampaui batas

‎ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas

Ayat ini semua menunjukkan bahwa KITA DI DALAM BERAGAMA TIDAK BOLEH BERSIKAP GHULUW (BERLEBIH-LEBIHAN).
Dan JUGA TIDAK BOLEH SEBALIKNYA YAITU TERLALU MEREMEHKAN.
Akan tetapi kita berusaha beramal sesuai dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Karena yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan kepada kita adalah sikap tidak berlebih-lebihan dan juga tidak meremehkan, maka itu adalah sebaik-baiknya jalan.

Disebutkan dalam Hadits Ibnu ‘Abbas, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengambil batu-batu untuk melempar jumroh, maka kemudian di berikanlah 7 batu sebesar satu ruas jari. Maka Nabi mengatakan: “Seperti inilah hendaklah kalian melempar.”
Kata Rasulullah:

أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ

Hai manusia, jauhilah oleh kalian berlebih-lebihan dalam agama

‎فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ

Karena sesungguhnya yang membinasakan orang-orang yang sebelum kalian yaitu adalah bersikap berlebih-lebihan dalam agama” (Hadits Riwayat Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah dengan sanad yang shohih)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

‎لاَ تُشَدِّدُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَيُشَدِّدُ اللهُ عَلَيْكُمْ

Jangan kalian memberat-beratkan diri kalian sendiri, niscaya Allah akan beratkan atas kalian

‎فَإِنَّ قَوْمًا شَدَّدُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ فَشَدَّدَ اللهُ عَلَيْهِمْ

Karena ada beberapa kaum, kata Rasulullah yang memberat-beratkan diri mereka sendiri, maka Allah pun beratkan mereka

‎فَتِلْكَ بَقَايَاُهْم فِي الصَّوَامِعِ وَالدِّيَارِ

Itu lihat, kata Rasulullah, sisa-sisanya yang masih ada di gereja-gereja

Kemudian Beliau membawakan firman Allah [QS Al-Hadid : 27]:

‎وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّ

Dan rahbaniyyah (kependetaan) yang mereka buat-buat yang tidak pernah kami wajibkan atas mereka

Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita memberat-beratkan agama ini dengan cara menambah-nambah suatu yang tidak di syari’atkan atau melebihi syari’at.

Maka kewajiban kita adalah beramal sesuai dengan yang di contohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Maka Ubay bin Ka’ab berkata: “Hendaklah kalian memegang jalan kebenaran dan sunnah, karena tidak ada seorangpun yang diatas kebenaran dan sunnah ;alu ia mengingat Allah, lalu ia pun takut kepada Allah KECUALI AKAN GUGUR DOSA-DOSANYA. Sebagaimana pohon yang telah kering menggugurkan dedaunannya.

Dan bersikap sedang di dalam jalan kebenaran dan sunnah itu lebih baik daripada bersungguh-sungguh tapi tidak sesuai dengan jalan kebenaran dan sunnah.”

Maka bersemangatlah kalian kata Ubay,
Agar amalan kalian itu kalau memang itu adalah sifatnya sederhana, sedang, SESUAI DENGAN minhaj para Nabi dan sunnahnya mereka.”

(Dikeluarkan oleh Ibnul Mubarak dalam kitabnya Az-Zuhd._
Demikian pula ‘Ala ‘Ahdika dalam Syarah Ushul I’tiqad Ahlussunnah wal Jamaah.)

Wallahu a’lam ?

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.

Silahkan bergabung di Telegram Channel : https://t.me/aqidah_dan_manhaj

Artikel TERKAIT :
DAFTAR LENGKAP PEMBAHASAN – Al Ishbaah – Manhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

Manhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN — Kaidah KE-20

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.

KAIDAH SEBELUMNYA (KE-19) bisa di baca di SINI

=======

? Kaidah yang ke 20 ?

Yaitu bahwa Mereka Beriman Kepada apa yang di tunjukkan oleh Alqur’an dari Sunatullah Yang Bersifat Kauniyah qadariyah.

Kata beliau (Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى):
Ujian kaum mukminin dimana ketika musuh mereka itu menang, itu terkadang mempunyai hikmah yang agung, tidak ada yang mengetahui secara terperinci kecuali Allah

Diantara HIKMAHNYA adalah:

1. Agar mereka betul-betul tunduk dan betul-betul tadharru’ (merendah) kepada Allah dengan meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengalahkan musuh-musuh mereka.

2. Kalaulah mereka itu terus-menerus di tolong, maka di khawatirkan mereka akan terkena penyakit ujub. Kalaulah mereka terus menerus kalah, juga agama tidak akan tegak.
Maka terkadang mereka menang terkadang mereka kalah.

Semuanya itu karena ada hikmah yang sangat besar sekali yaitu bahwa juga kalau terus menerus kaum muslimin menang, akan masuk kepada mereka orang-orang yang tujuannya bukan mengikuti Rasul, bukan pula untuk menegakkan agama, tapi hanya sebatas ingin mendapatkan kenikmatan saja.

Maka dengan adanya kekalahan itu, Allah pun kemudian membersihkannya.

Di antara hikmahnya juga, Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menyempurnakan UBUDIYAH mereka di waktu senang maupun susah.
Di waktu susah mereka betul-betul beribadah, di waktu senang merekapun betul-betul beribadah dimana mereka istiqomah dalam dua keadaan tersebut.

Kemudian diantara hikmahnya juga bahwa dengan musuh itu mengalahkan mereka atau menang akan terlihat siapa yang betul-betul jujur keimanannya dan siapa yang dusta keimanannya.
Sehingga dengan seperti itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyaring keimanan para hamba.

Kemudian beliau mengatakan, kenapa kaum muslimin kalah… tentu yang harus di ingat bahwa kekalahan kaum muslimin akibat dosa-dosa mereka.
Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan [QS Al-Imran : 165]

‎أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّىٰ هَٰذَا ۖ قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ ۗ

“Apakah ketika kalian di timpa musibah kalah di perang uhud, sementara kalian telah mendapatkan kemenangan di perang badar dua kali lipat, kalianpun berkata: “Bagaimana kami akan kalah ?” Katakanlah: “kekalahan itu akibat dari pada dosa kalian juga, kesalahan kalian juga“.”

Disini ada beberapa MUSYKILAH (masalah):

●● MUSYKILAH 1:
Kelemahan kaum muslimin di seluruh dunia di zaman ini untuk menghadapi orang-orang kafir.
Sebetulnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan obatnya.
Apa itu obatnya ?
Yaitu :
betul-betul kembali kepada Allah,
menggantungkan hati kita kepada Allah,
menguatkan keimanan dan
tawakkal kita kepada Allah dan
menguatkan keyakinan bahwa Allah itu maha kuat lagi maha perkasa.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika mengingatkan dalam Alqur’an QS Al-Ahzab, bagaimana kaum muslimin sangat ketakutan diperang ahzab itu.

Maka Allah pun kemudian mengirimkan pertolongannya, agar betul-betul yakin bahwa pertolongan hanya dari Allah saja.
Tidak menyandarkan diri kepada kekuatan diri dan banyaknya jumlah…”TIDAK“.

●● MUSYKILAH yang ke 2:
Bahwa orang-orang kafir yang menguasai kaum mukminin sehingga mereka membunuhi kaum mukminin, menyakiti mereka.
Padahal kaum muslimin di atas haq, sementara mereka diatas ke bathilan.

Ini pernah di pertanyakan oleh para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
kenapa koq bisa sampai terjadi seperti itu ? Yaitu dalam QS Al-Imran ayat 165 tadi,
ketika kaum muslimin kalah di perang uhud, mereka berkata: “Mengapa kami bisa kalah ?” Maka Allah mengatakan: “Katakan kekalahan itu berasal dari kesalahan kalian“, artinya itu akibat dari dosa-dosa kalian juga.

●● MUSYKILAH yang ke 3:
Yaitu terjadinya perselisihan hati dan aqidah diantara kaum muslimin, dimana perselisihan itu yang menghilangkan kekuatan.
Allah berfirman [QS Al-Anfal: 46]

‎وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ

Taatilah Allah dan RasulNya, dan janganlah berselisih, niscaya akan hilanglah kekuatan kalian.”

?? Perselisihan yang paling berat itu ketika perselisihan dalam masalah aqidah dan keyakinan ,
?? maka kewajiban kita adalah untuk mempersatukan aqidah dulu, di atas tauhid, diatas aqidah yang shohihah.

Sebab sebatas persatuan badan tapi aqidahnya bercerai berai itu bukanlah hakikat pada persatuan yang akan menyebabkan datangnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Wallahu a’lam ?

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.

Silahkan bergabung di Telegram Channel : https://t.me/aqidah_dan_manhaj

Artikel TERKAIT :
DAFTAR LENGKAP PEMBAHASAN – Al Ishbaah – Manhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

Penjelasan Ayat : Allah Memberi Petunjuk dan Menyesatkan Siapa Yang Allah Kehendaki…

Simak penjelasan Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc حفظه الله تعالى berikut ini :

(tunggu hingga audio player muncul dibawah iniIkuti terus channel :
https://t.me/bbg_alilmu
https://t.me/aqidah_dan_manhaj

da120217-0833

Apakah Benar Peringatan Kematian 7 Hari dst Bersumber Dari Seorang Tabi’in..?

Simak penjelasan Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc حفظه الله تعالى berikut ini :

(tunggu hingga audio player muncul dibawah iniIkuti terus channel :
https://t.me/bbg_alilmu
https://t.me/aqidah_dan_manhaj

Manhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN — Kaidah KE-19

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.

KAIDAH SEBELUMNYA (KE-18) bisa di baca di SINI

=======

? Kaidah yang ke 19 ?

Bahwasanya mereka meyakini, bahwa
Jihad itu wajib sampai hari kiamat. Dan jihad itu:
– dengan hati,
– dengan dakwah,
– dengan hujjah,
– dengan ilmu,
– dengan pendapat,
– dengan pengaturan,
– dengan badan,
– dengan harta
maka wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Adapun menjihadi orang-orang kafir, maka tentu ini harus memenuhi syarat-syaratnya. Dalam artian berperang.
Karena jihad itu terbagi menjadi tingkatan;

1. Jihad melawan diri sendiri.
Ini merupakan dasar jihad, yaitu dengan cara menuntut ilmu dan mengamalkannya serta mengajarkannya.

2. Jihad dengan syaitan.
Dengan cara mempelajari langkah-langkahnya.

3. Jihad dengan orang fasik.
Yaitu dengan cara mendakwahinya, tapi jika ia membuat keonaran di muka bumi, maka dengan memeranginya.
Dan tentunya yang memeranginya adalah imam kaum muslimin.

4. Adapun jihad melawan orang kafir ada 2:
– Jihad ekspansi
– Jihad membela diri

Dan kemudian beliau menyebutkan syarat-syarat yang harus di penuhi dalam masalah jihad syar’i;

1. kata beliau: Hendaklah TUJUAN PALING UTAMA adalah MENEGAKKAN KALIMAT ALLAH, bukan kalimat partai, bukan kalimat fulan atau organisasi fulan …..tidak!
Kenapa ?
Berdasarkan hadits Abu Musa Al Asy’ari dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan dalam hadits:
Barangsiapa yang berperang agar kalimat Allah itu yang paling tinggi maka itulah yang di jalan Allah.”

2. Tampaknya ilmu yang bermanfaat dan amalan sholeh diantara kaum muslimin,
Kenapa ?
Karena kebodohan itu hakikatnya hanya akan merusak, maka Allah berfirman [QS At-Tauba: 33]

‎هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ

Dialah Allah yang telah mengutus Rasulnya dengan membawa huda (ilmu), wa diinil haq (amal) untuk Allah menangkan diatas seluruh agama

Imam Bukhori berkata dalam shohihnya
– Bab Amalan Sholeh Qoblal Qital
– Bab Amal Sholeh sebelum berperang.
Ini menunjukkan bahwa ilmu dan amal ini WAJIB SEBELUM adanya jihad.

3. Persiapan militer
Yang membuat orang-orang kafir ketakutan, itu sesuai dengan kemampuan, sebagaimana Allah mengatakan [QS Al-Anfal: 60]

‎وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ}

Persiapkanlah untuk menghadapi mereka, apa yang kalian mampu dari kekuatan

4. Harus ada Imam/pemimpin, yang memimpin mereka dan kaum muslimin sepakat di atas imam tersebut, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Imam atau pemimpin itu ada perisai yang berperang di belakangnya dan jadi tameng di belakangnya” (di keluarkan oleh Imam Bukhori)

Ini menunjukkan bahwa ini adalah syarat-syarat yang harus terpenuhi.
Adapun apabila tidak di penuhi syarat-syarat ini, maka TIDAK DIPERBOLEHKAN.

Adapun jihad yang sifatnya membela diri ketika orang-orang kafirin menyerang negri kaum muslimin, maka itu adalah wajib.
Dan itu pun juga kata beliau di sesuaikan dengan keadaan.

Jika ternyata berperang melawan mereka malah menimbulkan mudharat yang jauh lebih besar, maka tidak boleh, bahkan terkadang bisa jadi haram.

Dan apabila tidak ada kaum muslimin namun di situ ada para ulama yang mereka itu bersepakat, itu adalah perkara yang harus di lakukan dan maslahatnya besar maka silakan.

?? Yang jelas masalah jihad ini harus di kembalikan kepada para ulama besar, bukan pendapat-pendapat orang-orang yang ilmunya rendah atau tidak kuat, karena masalah ini masalah yang besar.

?? Tidak boleh sesuatu di kaitkan jihad keluar KECUALI dengan dalil dan hujjah yang kuat di Al Qur’an dan Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

?? Berapa banyak orang di zaman ini menganggap jihad padahal bukan jihad seperti bom bunuh diri, dan yang lainnya.
Itu jelas adalah perbuatan yang di larang dalam syari’at.

Wallahu a’lam ?

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.

Silahkan bergabung di Telegram Channel : https://t.me/aqidah_dan_manhaj

Artikel TERKAIT :
DAFTAR LENGKAP PEMBAHASAN – Al Ishbaah – Manhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

Manhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN — Kaidah KE-18

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.

KAIDAH SEBELUMNYA (KE-17) bisa di baca di SINI

=======

? Kaidah yang ke 18 ?

Ahlussunnah menyeru kepada setiap orang beramar ma’ruf nahi mungkar untuk mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadah sesuai dengan timbangan syari’at.

Karena Islam berporos pada 2 perkara,
ANTARA MENDATANGKAN MASLAHAT atau MENOLAK MAFSADAH.

?? Apabila MASLAHATNYA JAUH LEBIH BESAR DI BANDINGKAN DENGAN MAFSADAHNYA maka itu DIPERINTAHKAN

?? Sebaliknya apabila  MAFSADAHNYA LEBIH BESAR DARI PADA MASLAHATNYA maka DITINGGALKAN.

?? Dan apabila MASLAHAT dan MAFSADAHNYA SEIMBANG maka ini BUTUH KEPADA IJTIHAD dan BERTANYA KEPADA AHLI ILMU.

?? TAWAKUF ITU LEBIH SELAMAT.

Diantara dalil yang menunjukkan bahwa penting dalam beramar ma’ruf nahi mungkar mempertimbangkan masalah maslahat dan mufsadah itu diantaranya Hadits yang di riwayatkan Imam Muslim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dari hadits Aisyah:
Kalau bukan kaummu itu masuk Islam dan mereka belum lama dari masa jahiliyah, aku akan menginfakkan harta karun ka’bah di jalan Allah. Dan aku akan menjadikan pintunya dekat ke tanah. Dan aku akan masukkan Hijr Isma’il itu ke dalam Ka’bah.”

Lihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin merombak Ka’bah, tapi beliau tidak lakukan.
Karena kaum musyrikin Quraisy. Orang-orang Quraisy pada waktu itu baru masuk Islam dan belum lama dari masa jahiliyah, sehingga keilmuan mereka masih sangat dangkal.

Kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merombaknya, akibatnya akan dipahami, di khawatirkan akan muncul mudharat yang lebih besar dan di pahami dengan pemahaman yang tidak benar.

Sehingga untuk menghindari mudharat yang lebih besar inilah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan maslahat, memugar Ka’bah tersebut.

Demikian pula disebutkan dalam Hadits Jabir yang di riwayatkan Imam Bukhori dan Muslim, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya:
Kenapa engkau tidak bunuhi orang munafik itu ?
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
Jangan sampai orang-orang berbicara bahwa Muhammad membunuh teman-teman sendiri karena orang-orang munafik itu yang memperlihatkan keislaman, mereka ikut sholat tapi hati mereka penuh dengan kedengkian dan kebencian kepada Islam, dan mereka terus berusaha bermakar.”

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di tanya, kenapa tidak membunuhi mereka saja, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lakukan itu karena takut malah menimbulkan dampak mudharat yang lebih besar.
Yaitu orang-orang kaum arab , orang-orang kafir akan mengaanggap Nabi Muhammad membunuh teman-temannya sendiri.

Maka dari itulah, ini semua hadits-hadits ini menunjukkan wajib mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadah.
Demikian pula hadits yang di keluarkan Imam Muslim:
“bahwa ada orang Arab Badui masuk ke masjid untuk kencing.
Maka para sahabat ingin mengingkarinya, ingin menahannya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kalau di biarkan mengingkarinya akan timbul mudharat yang lebih besar. Maka Rasulullah bersabda: biarkan… biarkan jangan di putus kencingnya.

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para sahabat untuk mengingkarinya.
Karena mengingkarinya di saat itu malah menimbulkan mudharat yang lebih besar.

Maka inilah kaidah yang harus di pahami bagi siapapun yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar.
Itu penting untuk mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadah dan tentunya harus di bimbing oleh para ulama, karena merkalah yang mampu untuk mempertimbangkan masalah itu

Wallahu a’lam ?

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.

Silahkan bergabung di Telegram Channel : https://t.me/aqidah_dan_manhaj

Artikel TERKAIT :
DAFTAR LENGKAP PEMBAHASAN – Al Ishbaah – Manhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

Manhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN — Kaidah KE-17

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.

KAIDAH SEBELUMNYA (KE-16) bisa di baca di SINI

=======

? Kaidah yang ke 17 ?

Bahwa mereka menyuruh kepada perbuatan yang ma’ruf dan melarang dari perbuatan yang mungkar DENGAN ILMU, dengan SIKAP LEMAH LEMBUT, dengan SABAR, dengan tujuan untuk memperbaiki.

Berdasarkan dengan firman Allah [QS Al-Imran : 104]

‎وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ

Hendaklah diantara kalian ada sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan, beramar ma’ruf nahi mungkar

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beraabda:

‎إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ

Sesungguhnya ALLAH  itu LEMBUT dan CINTA KELEMBUTAN

‎وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ

Dan Allah memberikan pada kelembutan apa yang Allah tidak berikan kepada sikap keras dan kasar.”

Maka dari itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata dalam mad muftafawa jilid 13 halaman 96:

Maka apabila (kata beliau), kita tidak bisa menghasilkan kebaikan yang banyak kecuali dengan melakukan kebaikan yang sedikit, maka kita lakukan kebaikan yang sedikit itu. Bila kita tidak bisa menghasilkan kebaikan yang banyak.”

Dan apabila kita tidak bisa menghilangkan keburukan sama sekali, dimana kita di hadapkan pada dua keburukan yang satu lebih besar dan satu lebih kecil, maka tentunya lebih kecil lebih kita pilih.

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para Rasul untuk menghasilkan maslahat dan menyempurnakannya dan meniadakan mafsadat/menyedikitkannya.

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendakwahkan manusia dengan sesuai kemampuan.
Dan orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar, hendaklah mempunyai sifat-sifat yang tadi telah di sebutkan:

1. DIA HARUS BER-ILMU terhadap yang ia perintah dan larang.
2. DIA MEMPUNYAI SIFAT LEMBUT dan bukan orang yang kasar dan harus dengan punya sifat sabar.

Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan tentang sifat-sifat orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar dalam kitab Minhajus Sunnah An Nabawiyah jilid 5 halaman 256. Kata beliau:
“..maka melaksanakan kewajiban berupa dakwah yang wajib membutuhkan kepada syarat-syarat yang harus terpenuhi..”

Orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar harus mempunyai sifat:
1. BER-ILMU terhadap dengan apa yang ia perintahkan, juga apa-apa yang ia larang.
2. LEMBUT dengan cara memerintahkan dan melarang.
3. HALIM (tidak cepat emosi), punya kesabaran dalam menahan emosi, ketika ia beramar ma’ruf nahi mungkar.

?? Maka SEBELUM KITA MENYURUH orang lain kepada kebaikan atau melarang dari keburukan KITA WAJIB BER-ILMU TERLEBIH DAHULU.
Sambil kemudian kita perbaiki dengan tata caranya penuh kelembutan dan kita harus siap untuk menahan emosi di saat kita di caci maki, di saat kita beramar ma’ruf nahi mungkar.

?? Adapun KALAU TIDAK TERPENUHI SYARAT-SYARATNYA maka TIDAK BOLEH ia melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar.

Wallahu a’lam ?

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.

Silahkan bergabung di Telegram Channel : https://t.me/aqidah_dan_manhaj

Artikel TERKAIT :
DAFTAR LENGKAP PEMBAHASAN – Al Ishbaah – Manhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN