Ustadz Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى
Sobat! Betapa sering ketika ada satu rumah /warung makan yang laris manis; segera di sekitar tempat tersebut berdiri rumah/warung makan serupa.
Menurut anda; salahkah mereka yang ikut serta mengais rejeki di dekat warung yang laris tersebut? Perlu diketahui bahwa mereka sebagaimana juga pemilik warung pertama; membuka usahanya di tempat sendiri; tanpa mengganggu siapapun ermasuk pemilik warung pertama.
Namun demikian; betapa sering pemilik warung pertama berang dan mulai unjuk taringnya kepada pemilik warung kedua atau ketiga. Alasannya sederhana; ia meyakini bahwa keberadaan warung kedua dan ketiga “mengurangi rejekinya” atau “mengurangi pelanggannya”.
Padahal urusan rejeki; sepenuhnya urusan Allah; masing masing telah mendapat kodrat rejekinya; tiada akan pernah berkurang atau direbut orang. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إن روح القدس نلث في روعي أنها لن تموت نفس حتى تستوفي رزقها فأجملوا في الطلب خذوا الحلال ودعوا الحرام
“Sesungguhnya ruhul qudus ( Malaikat Jibril) telah membisikkan ke dalam jiwaku bahwa tiada pernah ada seorang jiwapun yang akan mati hingga ia telah mengenyam seluruh rizkinya. Karena itu bersikaplah yang baik dalam mencari rizkimu; tempuhlah jalan yang halal dan jauhilah jalan yang haram.” (Al Bazzar dan lainnya)
Walau demikian, tetap saja ada kekawatiran yang akhirnya memancing terjadinya persaingan yang tidak sehat dan sikap sikap yang tercela. Ada iri, dengki, hasad, dan perilaku melampaui batas dan bahkan kesengajaan untuk mengambil hak saudaranya dengan lancang. Itulah manusia; memang manusia dan lagi lagi manusia.
Kondisi serupa juga terjadi antara para pemuda atau para penyeru dakwah; kekawatiran kehilangan murid; pamor tersalip; popularitas surut dan lainnya kadang kala merusak hubungan. Muncullah iri; dengki; hasad, sombong dan perilaku buruk lainnya.
Padahal urusan hati dan hidayah sepenuhnya milik Allah; sebagaimana ditegaskan pada ayat berikut:
إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء
“Sesungguhnya engkau tiada kuasa memberi hidayah kepada orang yang engkau cintai, namun Allah-lah yang kuasa memberi hidayah kepada siapa saja yang Ia kehendaki.”
Demikian pula urusan derajat pangkat dan popularitas; semuanya adalah rahasia dan kuasa Allah, untuk apa diperebutkan? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
اذا أحب الله العبد قال لجبريل عليه السلام إني أحببت فلانا فأحبه فيحبه جبريل ثم ينادي في اهل السماء إن الله تبارك وتعالى قد أحب فلانا فأحبوه فيحبه أهل السماء ثم يوضع له القبول في الأرض
“Bila Allah mencintai seorang hamba; maka segera Allah berfirman kepada malaikat Jibril alaihissalam: sesungguhnya Aku mencintai si fulan; maka cintailah dia; dan Jibrilpun segera mencintai orang itu. Selanjutnya malaikat Jibril berkata kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah Yang Maha Suci lagi Maha Mulia mencintai si fulan maka cintailah dia; segera seluruh penduduk langit mencintainya. Dan selanjutnya dijadikanlah orang itu menjadi orang yang selalu diterima di muka bumi.” (Ahmad dan lainnya)
Jadi untuk apa iri dan dengki; namun waspadalah bisa jadi keberadaan anda dianggap sebagai ancaman oleh orang lain.