Diantara pertanyaan yang beliau lontarkan kepada saya ialah : Mayoritas penduduk bumi ini non islam, nyata-nyata mereka tidak bersyahadat, tidak sholat dan tidak mengakui Islam sebagai agamanya, lalu apakah Allah tega dan begitu kejamkah Allah sehingga kelak akan menyiksa mayoritas penduduk bumi ?
Mendengar pertanyaan ini saya tersenyum, lalu kembali meminta izin untuk mengomentarinya:
Bapak! coba bapak renungkan, andai bapak adalah seorang peternak, memelihara ribuan ekor sapi atau domba atau ayam, lalu dari hewan ternak yang bapak pelihara ada beberapa ekor hewan yang bandel, suka membuat onar, melanggar aturan yang bapak terapkan, bahkan menyeruduk bapak, kira-kira apa yang akan bapak lakukan ?
Bapak memukul mereka, atau menyembelih mereka atau minimal menjual mereka kepada orang lain yang juga pada saatnya akan menyembelihnya bukankah demikian ?
Dan kelak hewan hewan yang nurut sehingga badannya gemuk, bukankah ujung-ujungnya juga akan bapak sembelih atau minimal bapak menjualnya kepada orang lain yang akan menyembelihnya ?
Apakah layak bila kemudian ada orang yang menganggap bahwa bapak adalah lelaki bengis, kejam dan tidak berperasaan? karena hewan yang bengal disembelih dan yang nurut juga disembelih ?
Bagaimana halnya dengan Allah Ta’ala yang menciptakan manusia dan menyiapkan untuknya segala yang di bumi, namun kemudian ada dari mereka yang menentang dan melawan aturan Allah Ta’ala, bukankah mereka itu layak untuk di siksa ?
Sedangkan orang-orang yang tunduk dan patuh, maka pasti mendapatkan surga, bukan disembelih atau disiksa. Mana yang lebih layak disebut kejam, para peternak yang menyembelih semua hewan piaraannya, yang nurut atau yang melawan, ataukah Allah Ta’ala yang hanya menyiksa orang-orang yang membangkang kepada-Nya ?
Padahal Allah Ta’ala telah memberi kesempatan dan terus memberi kesempatan, mengutus para Rasul, menurunkan kitab, membuka pintu taubat sepanjang hayat masih dikandung badan. Masihkah ada alasan bagi siapapun untuk tidak patuh kepada Allah Ta’ala ?
Mendengar penjelasan dan ilustrasi di atas kembali bapak politikus tersebut terdiam mengangguk angguk.
…bersambung di Part 3
Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى
Baca : Part 1