Iedul Fitri = Kembali Kepada Fitrah ?
Salah Kali !
Banyak khathib atau penceramah bahkan pejabat yang mengurusi masalah agama masyarakat beranggapan bahwa kata “al fithru/ الفطر” berarti fitrah yang salah satu artinya adalah asal mula penciptaan dan akhirnya diartikan dengan suci.
Sebatas yang pernah saya pelajari dan faktanya juga demikian arti kata “fithri” adalah lawan dari “shaum”. Al fithru di sini artinya ialah makan pagi, sebagaimana kata “as shaum” berarti menahan diri.
Dengan demikian iedul fithri arti bahasanya ialah = kembali makan pagi setelah sebelumnya dilarang.
Bila demikian apa istimewanya kembali makan pagi setelah sebelumnya dilarang ? Bukankah akan lebih religi dan mantep bila diartikan dengan fithrah alias asal muasal penciptaan yang identik dengan kesucian ?
Oooh, sangat istimewa, karena dengan memahami arti kata ini maka anda dihadapkan pada satu fakta sederhana namun sarat dengan arti religius yang sangat mendalam. Anda dihadapkan pada satu fenomena bahwa makan, minum, melampiaskan syahwat atau atau menahannya benar-benar karena perintah Allah dan keteladanan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Inilah arti ke-islaman yang sejati, yaitu ketika anda benar-benar telah menyerahkan seluruh urusan anda kepada perintah Allah dan keteladanan Nabi alaihissalam. Inilah ikrar yang sepatutnya anda jadikan pedoman dalam hidup anda sebagai seorang muslim
إن صلاتي ونسكي ومحيايى ومماتي لله رب العالمين لا شريك له وبذلك أمرت
“Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan kematianku seutuhnya aku persembahkan teruntuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintahkan.” ( al an’am 162-163)
Ramadhan dan Iedul Fitri mengajarkan kepada anda bahwa Nilai suatu amalan bukanlah terletak pada makan atau minum atau meninggalkan keduanya semata, namun terletak pada ketepatan alias keteladanan yang diiringi oleh ketulusan niat lillahi rabbil ‘alamiin. Apalah artinya menahan makan dan minum alias berpuasa bila menyelisihi tuntunan Nabi alaihissalam, semisal orang yang berpuasa pada hari ied?
Dan sebaliknya betapa buruknya orang yang menurutkan hawa nafsunya dengan makan dan minum di siang hari bulan Ramadhan, karena itu tentu menyimpang dari tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Sobat, marilah kita pelajari sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam agar kita bisa beramal sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Bukan waktunya lagi bagi anda untuk hanya menuruti semangat, emosional, perasaan atau tradisi masyarakat dalam beramal, namun sudah tiba saatnya bagi anda untuk selalu memastikan legalitas setiap amalan anda ditinjau dari dalil dan uswah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Selamat merayakan IEDUL FITRI, semoga Allah menerima seluruh amalan ibadah saudara dan memberi umur yang panjang untuk dapat merayakannya kembali pada tahun tahun yang akan datang.
تقبل الله منا ومنكم صالح الاعمال
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى