Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,
قَالَ تَعَالَى فَأَمَّا الْأِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ كلا أَي لَيْسَ كل من وسعت عَلَيْهِ وأكرمته وَنعمته يكون ذَلِك إِكْرَاما مني لَهُ وَلَا كل من ضيّقت عَلَيْهِ رزقه وابتليته يكون ذَلِك إهانة مني لَهُ
“Allahu Ta’ala berfirman: Adapun manusia apabila Robbnya memberi ujian dengan memuliakan dan memberikan kenikmatan-kenikmatan kepadanya, maka ia berkata Robbku telah memuliakanku dan apabila Robbnya memberi ujian dengan membatasi rezekinya, maka ia berkata Robbku telah menghinakanku, sekali-kali tidaklah demikian..!”
(maksudnya) yaitu : tidaklah setiap orang yang Allah beri keluasan, kemuliaan, dan kenikmatan kepadanya berarti Allah memuliakannya.. demikian pula tidaklah setiap orang yang Allah beri kesempitan rezeki dan ujian kepadanya berarti Allah menghinakannya..”
[Al-Fawaid, juz 1, hlm. 155]
ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL