Ibnu Hazm rohimahullah berkata,
فمن حقق النظر..كان اغتباطه بذمِّ الناس إياه أشدَّ من اغتباطه بمدحهم إياه لأن مدحهم إياه إن كان بحقٍّ, وبلغه مدحُهُم له, أسرى ذلك فيه العُجب, فأفسد بذلك فضائله وإن كان بباطلٍ فبلغه فسُرَّ فقد صار مسروراً بالكذب, وهذا نقص شديد. وأما ذمُّ الناس إياه, فإن كان بحق فبلغه, فربما كان ذلك سبباً إلى تجنُّبه ما يُعاب عليه, وهذا حظ عظيم, لا يزهدُ فيه إلا ناقص, وإن كان بباطلٍ فصبر, اكتسب فضلاً زائداً بالحلم والصبر, وكان مع ذلك غانماً لأنه يأخذ حسنات من ذمَّه بالباطل
“Barangsiapa yang melihat dengan jeli, maka ia lebih senang dengan celaan manusia kepadanya melebihi rasa senang dengan pujian mereka..
Karena pujian mereka, jika benar, sering menyeret kepada rasa ujub sehingga dapat merusak keutamaannya..
Dan jika tidak benar, lalu ia bergembira dengannya maka ia bergembira dengan kedustaan..
Tentu ini kekurangan yang berat..
Adapun celaan manusia..
Jika benar maka barangkali itu membuatnya memperbaiki diri..
Tentu ini adalah keuntungan yang besar dimana orang yang tidak menginginkan ini biasanya kurang akalnya..
Jika celaan itu tidak benar lalu ia bersabar, maka ia mendapatkan keutamaan yang lebih dengan menahan emosi dan sabar..
Ditambah lagi ia mendapat keuntungan dengan mengambil pahala orang yang mencelanya secara tidak benar..”
(Mudawatun-Nufus – Ibnu Hazm)
Subhanallah..
Tapi seringnya kita lebih suka pujian..
Dan marah saat dicela manusia..
Lalu ingin membalas dendam dengan yang lebih parah..
Sehingga hilanglah banyak pahala dan kebaikan..
Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى