Al-Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,
.أَنَّ الرَّجُلَ إِذَا حَضَرَتْ لَهُ فُرْصَةُ الْقُرْبَةِ وَالطَّاعَةِ؛ فَالْحَزْمُ كُلُّ الْحَزْمِ فِي انْتِهَازِهَا
وَالْمُبَادَرَةِ إِلَيْهَا ، وَالْعَجْزُ فِي تَأْخِيرِهَا وَالتَّسْوِيفِ بِهَا
– وَلَا سِيَّمَا إِذَا لَمْ يَثِقْ بِقُدْرَتِهِ وَتَمَكُّنِهِ مِنْ أَسْبَابِ تَحْصِيلِهَا- فَإِنَّ الْعَزَائِمَ وَالْهِمَمَ سَرِيعَةُ الِانْتِقَاضِ قَلَّمَا ثَبَتَتْ
Seorang yang kuat tekadnya adalah apabila datang kesempatan untuk mendekatkan diri dan taat kepada Allah, ia ambil kesempatan itu dan segera melakukannya. Adapun seorang yang lemah, ia akan mengakhirkan dan menundanya. Terlebih apabila ia tidak merasa yakin terhadap kekuatan dan kemampuannya untuk mengerjakannya. Sebab, tekad dan cita-cita akan cepat hilang jika tidak kokoh menancap dalam jiwa.
وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ يُعَاقِبُ مَنْ فَتَحَ لَهُ بَابًا مِنَ الْخَيْرِ
فَلَمْ يَنْتَهِزْهُ ، بِأَنْ يَحُولَ بَيْنَ قَلْبِهِ وَإِرَادَتِهِ ، فَلَا يُمْكِنُهُ بَعْدُ مِنْ إِرَادَتِهِ عُقُوبَةً لَه
(Karena) Allah ta’ala akan memberi hukuman bagi orang yang tidak memanfaatkan kesempatan saat Allah membuka pintu kebaikan, dengan memberi penghalang antara kalbu dan keinginannya. Setelah itu, Allah tidak menganugerahkan keinginan untuk beramal sebagai hukuman baginya.
فَمَنْ لَمْ يَسْتَجِبْ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ إِذَا دَعَاهُ حَالَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ قَلْبِهِ وَإِرَادَتِهِ ، فَلَا يُمْكِنُهُ الِاسْتِجَابَةُ
بَعْدَ ذَلِكَ
Barangsiapa tidak memenuhi panggilan Allah dan Rosul-Nya, maka Allah akan memberi penghalang antara kalbu dan keinginan orang tersebut, sehingga Allah tidak memberi kemampuan pada diri orang tersebut untuk memenuhi panggilan-Nya setelah itu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ
الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ.
“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rosul-Nya saat menyeru kalian kepada hal-hal yang menghidupkan hati kalian. Ketahuilah, sesungguhnya Allah akan memberi penghalang antara seseorang dan hatinya..” (QS al-Anfal [8]: 24)
( Zaadul Ma’ad, jilid 3, hlm. 501 )