HADITS AT TARGHIIB WAT TARHIIB – NO. 1205
Simak penjelasan hadits oleh Ustadz Mizan Qudsiyah MA, حفظه الله تعالى
HADITS AT TARGHIIB WAT TARHIIB – NO. 1205
Simak penjelasan hadits oleh Ustadz Mizan Qudsiyah MA, حفظه الله تعالى
Al Fudhail bin Iyadh rohimahullah berkata,
“Tanda Zuhud terhadap dunia dan manusia adalah tidak menyukai pujian mereka dan tidak peduli dengan ejekan mereka..”
(Hilyatul Auliya’ – 8/90)
Zuhud adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat untuk akherat..
Pujian manusia tidak ada manfaatnya untuk akherat kita..
Bahkan seringkali memberikan mudhorot..
Demikian pula celaan manusia tidak membahayakan akherat kita..
Bahkan dapat menguntungkan..
Kecuali bila kita baper dan membalas dendam dengan yang lebih..
Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى
Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,
“Siapa yang selalu memuji Allah maka kebaikan akan selalu mengikutinya .. dan siapa yang selalu ber-istighfar maka akan terbuka semua yang terkunci..”
(Addaa wad Dawaa hal 180)
Memuji Allah dalam setiap keadaan menunjukkan keyakinan yang kuat bahwa Allah terpuji pada setiap perbuatan-Nya..
Sehingga menimbulkan sifat ridho terhadap ketentuan yang getir kepadanya..
Dan selalu memohon ampunan menunjukkan pengakuan dirinya yang banyak dosa dan kesalahan..
Sehingga kesulitan menjadi rahmat untuknya..
Karena ia merasa bahwa itu semua akibat dosa dosanya..
Dan ia yakin bahwa kesulitan itu menggugurkan dosa dosanya dan mengangkat derajatnya..
Ia yakin kesulitan itu untuk kebaikan dirinya agar memiliki jiwa yang kuat dan tabah..
Maka iapun senantiasa memuji Allah ‘Azza wajalla..
Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى
Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata,
“Jiwa yang baik itu merasa lezat saat memberi maaf dan berbuat ihsan .. sedangkan jiwa yang buruk merasa senang dengan berbuat keburukan dan kezholiman..”
(Majmu’ Fatawaa 1/560)
Karena jiwa yang baik selalu menginginkan kebaikan dan merasa senang dengannya..
Sedangkan jiwa yang buruk merasa senang dengan keburukan dan perbuatan zholim..
Ya Allah jadikanlah hati kami menyukai keimanan dan hiaskanlah iman di hati hati kami..
Dan jadikan hati kami membenci kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan..
Dan jadikan kami orang orang yang mengikuti jalan yang lurus..
Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى
1. Sombong yang mencegahnya patuh kepada Allah
2. Hasad yang mencegahnya dari menerima nasehat
3. Marah yang membuatnya tidak bersikap adil
4. Syahwat yang menghalanginya dari bersungguh sungguh dalam ibadah
Apabila hancur kesombongan maka akan mudah untuk tunduk dan patuh kepada Allah..
Apabila hancur hasad dan dengki maka akan mudah menerima nasehat..
Apabila hancur kemarahan maka akan mudah untuk bersikap adil dan tawadhu..
Dan apabila hancur syahwat maka akan mudah untuknya bersabar dalam ibadah..
Dan merobohkan empat tonggak ini lebih sulit dari merobohkan gunung terlebih apabila telah berakar di hati..
Kita memohon kepada Allah keselamatan..
Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى
Syaikh al-Utsaimin rohimahullah berkata,
Saat berinteraksi dengan manusia maka ingatlah selalu firman Allah, “Allah mencintai orang yang berbuat ihsan..” agar engkau berbuat ihsan kepada mereka sesuai dengan kemampuanmu.
(Syarh Riyadhush Sholihin 2/14)
Berbuat ihsan (baik) adalah kunci sukses dalam bermu’amalah dengan manusia..
Sifat mukmin adalah selalu ingin berbuat baik kepada manusia..
Bukan menjadi beban untuk manusia..
Walaupun ia susah..
Ia tetap tak ingin merepotkan orang lain..
Ia hanya meminta kepada Allah sambil berusaha..
Ia yakin bahwa Allah tak mungkin menyia nyiakan hamba yang bertawakal kepada-Nya..
Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى
Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata,
“Seorang hamba senantiasa berada antara nikmat Allah yang harus disyukuri dan dosa yang membutuhkan istighfar..”
(Majmu’ Fatawaa 10/88)
Karena setiap insan pasti selalu berada dalam nikmat Allah..
Banyak nikmat yang ternyata digunakan bukan untuk ketaatan..
Bahkan untuk dosa dan keburukan..
Maka ia selalu membutuhkan taubat dan istighfar..
Agar nikmat nikmat tersebut tidak berubah menjadi malapetaka..
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ (١١٢)
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat..” (Qs. An-Nahl ayat 112)
Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى
Umar bin Abdil Aziz rohimahumallah berkata,
Sungguh beruntung orang yang terhindar dari sifat :
– suka berdebat,
– temperamen, dan
– rakus.
(Hilyatul Auliya’ – 5/290)
Suka berdebat adalah akhlak yang dicela oleh syari’at..
Karena dapat mengeraskan hati dan menutup pintu amal..
Menimbulkan ujub dengan kelebihan..
Demikian pula sifat tempramen atau mudah marah..
Menunjukkan akan kurang akal dan ketakwaan..
Terlebih bila disertai dengan sifat tamak dan rakus terhadap dunia..
Maka semakin merusak keimanan..
Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى
Dalam memahami nama dan sifat-sifat Allah, ada tiga prinsip mendasar yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Kesamaan nama tidak berarti sama hakikatnya.
Meskipun ada beberapa sifat yang disebutkan dengan nama yang sama, seperti Allah Maha Mendengar (As-Sami’) dan manusia juga memiliki kemampuan mendengar, hakikat pendengaran Allah sangat berbeda dengan pendengaran manusia. Allah mendengar segala sesuatu tanpa keterbatasan, sedangkan manusia terbatas dalam kemampuan mendengarnya.
2. Sifat Allah tidak sama dengan sifat makhluk.
Semua sifat yang disandarkan kepada Allah seperti sifat Maha Melihat, Maha Mengetahui, dan sebagainya, tidak boleh disamakan dengan sifat-sifat makhluk. Allah Maha Sempurna, dan sifat-sifat-Nya jauh melampaui apa yang dapat dibayangkan oleh manusia.
3. Hakikat sifat Allah hanya diketahui oleh Allah.
Manusia hanya bisa memahami sifat-sifat Allah sebatas apa yang Dia ajarkan melalui wahyu-Nya (Al-Qur’an dan Hadits). Namun, hakikat sebenarnya dari sifat-sifat Allah, seperti bagaimana cara Allah melihat, mendengar, atau berbuat sesuatu, hanya Allah yang mengetahui.
Ketiga prinsip ini menjaga agar manusia tidak terjerumus ke dalam kesalahan dalam memahami konsep ketuhanan, seperti :
– menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya (tasybih), atau
– menafikan sifat-sifat-Nya (ta’thil).
Penulis,
Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra MA, حفظه الله تعالى
Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu berkata,
“Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang membantumu untuk mengingat Allah ‘Azza wa Jalla..”
(Az Zuhd – Abu Dawud 1/126)
Sahabat yang membuat lalai dari mengingat Allah..
Bukanlah sahabat yang membawa kebaikan..
Persahabatan bukan sebatas untuk berkumpul dan bercanda..
Tapi untuk saling menguatkan keimanan dan istiqomah..
Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى