Category Archives: Abu Yahya Badrusalam

Diantara Penyebab Allah Turunkan Suatu Musibah Pada Diri Seorang Hamba

Rosulullah shollallaahu ‘alayhi wasallam bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى

“Sesungguhnya seorang hamba jika telah ditentukan untuknya derajat (yang tinggi) namun amalnya tidak mencapainya, maka Allah akan timpakan padanya musibah pada :
– dirinya,
– hartanya atau
– pada anaknya,
kemudian Allah jadikan dia bisa bersabar atas musibah tersebut sehingga dengan sebab tersebut Allah sampaikan ia pada derajat yang telah Allah tetapkan untuknya..”

(HR. Abu Daud no. 2686)

Musibah bukan hanya untuk menggugurkan dosa..
Tidak juga selamanya menunjukkan pelakunya banyak dosa..

Namun terkadang karena amalnya yang kurang..
Sementara Allah telah menentukan derajat yang tinggi untuknya..
Maka Allah pun terus mengujinya hingga sampai kepada derajat tersebut..

Maka pujilah Allah saat ditimpa musibah..
Karena Dia tidak pernah menzalimi hamba-Nya..

📝
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Akibat Dari Berlebihan (Ghuluw) Dalam Mencintai Orang Sholeh

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya),

Dan mereka (Kaum Nabi Nuh) berkata, “Jangan kamu sekali-kali meninggalkan sesembahan-sesembahan kamu dan (terutama) janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’quq, maupun Nasr..” (Qs. Nuh: 23).

Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhumaa berkata dalam menafsirkan ayat yang mulia ini,

“Ini adalah nama-nama orang sholeh dari kaum Nabi Nuh. Tatkala mereka meninggal, syaitan membisikkan kepada kaum mereka, ‘Dirikanlah patung-patung mereka pada tempat yang pernah diadakan pertemuan di sana, dan namailah patung-patung itu dengan nama-nama mereka..’

Orang-orang itu pun melaksanakan bisikan syaitan tersebut, tetapi ketika itu patung-patung mereka belum disembah.

Hingga orang-orang yang mendirikan patung itu meninggal dan ilmu agama dilupakan orang, barulah patung-patung tadi disembah..”

(HR. Al Bukhari 5/382 no.4920)

📝
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Manakah Yang Lebih Dahulu Ada Di Bumi Ini..? Tauhid Atau Syirik..?

Allah Ta’ala berfirman,

كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةًۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ (٢١٣)

Manusia itu (dahulunya) satu ummat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(Qs Al-Baqarah ayat 213)

Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhumaa berkata, “Jarak antara Nuh dan Adam adalah 10 generasi. Semuanya di atas syariat yang benar. Lalu setelah itu mereka berselisih. Maka Allah pun mengutus para Rosul..”

(Tafsir Ibnu Katsier)

Jadi syirik itu muncul jauh setelah zaman Nabi Adam ‘alayhissalaam 10 generasi. Lalu muncullah kesyirikan.

Maka Allah mengutus para Rosul, dan Nabi Nuh ‘alayhissalaam adalah Rosul yang pertama diutus.

Jadi tauhid adalah agama asli di bumi ini..

Sedangkan syirik itu import dari iblis dan para pengikutnya..

📝
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Kunci Rezeki

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

“Kunci rezeki adalah usaha yang disertai dengan istighfar dan takwa..”

(Haadil Arwah hal. 69)

Kunci rezeki itu bukan dengan mendatangi dukun atau memakai rajah dan kesyirikan lainnya..
Namun dengan apa yang sesuai dengan syariat Allah Ta’ala..

Berusaha sambil bertawakal..
Memperbanyak istighfar dan menjauhi cara yang tidak halal..

Disertai sedekah dan membantu orang orang susah..
Karena Allah senantiasa membantu seorang hamba selama ia selalu membantu saudaranya..

📝
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Akibat Lemahnya Iman

Ibnul Jauzi rohimahullah berkata,

كان السلف يكرهون الشكوى إلى الخلق، والشكوى وإن كان فيها راحة إلا أنها تدل على ضعف وذل والصبر عنها دليل على قوة وعز.

“Salaf terdahulu tidak menyukai mengadu kepada makhluk. Mengadu kepada makhluk, walaupun terasa lega, namun itu menunjukkan kepada kelemahan dan kehinaan. Sedangkan bersabar untuk tidak mengadu kepada makhluk menunjukkan kepada kekuatan dan keperkasaan..”

(Ats Tsabaat ‘Iendal Mamaat, 55)

Sebagian orang ada yang apabila curhat kepada makhluk hatinya terasa lega..

Tapi ketika hanya curhat kepada Allah, hatinya tidak merasa lega..
Seakan Allah tidak dapat memberi manfaat apa apa..
Akibat lemahnya keyakinan dan berburuk sangka kepada sang Pencipta..

📝
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Nikmat Berlapang Dada

Lapang dada adalah kenikmatan yang besar..
Karena orang yang lapang dada kesabarannya panjang..

Lapang dada menimbulkan sifat dermawan..
Lapang dada membuat mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain..

Lapang dada menjauhkan dari sifat dengki dan hasad..
Lapang dada menjadikan pelakunya tidak tergesa gesa dalam mengambil sikap..

Lapang dada menimbulkan ketabahan dalam menghadapi berbagai macam kesusahan..
Lapang dada mendatangkan sifat hilm dan tidak cepat marah..

Oleh karena itu, Allah menyebutkan nikmat pertama kepada Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam adalah lapang dada..

Allah berfirman:

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ (١)

Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)..? (Asy-Syarh ayat 1)

📝
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Keutamaan Membaca Alqur’an Dengan Suara Lirih

Nabi shollallaahu ‘alayhi wasallam bersabda,

الْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ

Orang yang membaca Alqur’an dengan suara keras seperti orang yang menampakkan sedekah, sedangkan orang yang membaca Alqur’an dengan suara lirih, seperti orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi.

(HR Attirmidzi dan beliau berkata, ‘Hadits Hasan Ghorib’ Dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani)

Imam Attirmidzi rohimahullah berkata,

Makna hadits ini adalah, orang yang membaca Alqur’an dengan suara lirih lebih baik dari yang membaca dengan suara keras, karena sedekah sembunyi-sembunyi itu lebih baik dari sedekah dengan terang-terangan menurut para ulama.

Sedangkan menurut ulama mengenai makna hadits ini adalah agar seseorang terhindar dari sifat ujub, karena orang yang melakukan amalan dengan sembunyi-sembunyi itu tidak dikhawatirkan ujub seperti bila dilakukan secara terang-terangan.

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Takaatsur

Allah Ta’ala berfirman,

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

“Telah melalaikan kalian takaatsur..”

Takaatsur artinya berbangga dengan banyaknya sesuatu.

Syaikh Abdurrahman As Sa’di rohimahullah dalam tafsirnya berkata,

ولم يذكر المتكاثر به، ليشمل ذلك كل ما يتكاثر به المتكاثرون، ويفتخر به المفتخرون، من التكاثر في الأموال، والأولاد، والأنصار، والجنود، والخدم، والجاه، وغير ذلك مما يقصد منه مكاثرة كل واحد للآخر، وليس المقصود به الإخلاص لله تعالى.

“Allah tidak menyebutkan apa yang dibanggakan agar mencakup semua yang dibanggakan oleh orang yang berbangga bangga berupa :
– harta,
– anak,
– pembela,
– pasukan,
– pembantu,
– kedudukan dan lain sebagainya
yang tujuannya adalah berbangga dengan banyaknya sesuatu atas yang lain, dan bukan (tujuannya) untuk ikhlas karena Allah Ta’ala..”

Berbangga dengan banyaknya ilmu..
Berbangga dengan tingginya gelar pendidikan..
Berbangga dengan banyaknya hafalan..
Berbangga dengan kekuatan fisik dalam olah raga..
Dan lain sebagainya..
Semua itu adalah dosa..

????
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Sifat Orang Yang Bahagia Dan Orang Yang Celaka

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

والله سبحانه وصف أهل السعادة بالإحسان مع الخوف، ووصف الأشقياء بالإساءة مع الأمن .
‏ومن تأمل أحوال الصحابة رضي الله عنهم وجدهم في غاية العمل مع غاية الخوف .
‏ونحن جمعنا بين التقصير – بل التفريط – والأمن !

Allah mensifati orang yang bahagia sebagai orang yang selalu berbuat ihsan disertai rasa takut.

Dan mensifati orang yang celaka sebagai orang yang berbuat buruk disertai rasa aman.

Siapapun yang memperhatikan keadaan para shahabat akan mendapati bahwa mereka berada pada puncak amal disertai rasa takut.

Sedangkan kita mengumpulkan sikap meremehkan dengan merasa aman.

(Addaa Waddawaa 1/91)

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Menjaga Kehormatan Diri

Imam Asy Syafi’i rohimahullah berkata,

Muruah itu memiliki empat rukun :
– akhlak yang baik
– dermawan
– tawadhu, dan
– ibadah

(Manaqib Al Baihaqi 2/188)

Muruah adalah menjaga kehormatan diri..
Dengan menjauhi hal hal yang menjatuhkannya..
Dan melakukan perkara yang memuliakannya..

Imam Mawardi rohimahullah dalam Adab Ad-Dunya wad-Diin, mengatakan muruah berarti,

المروءَة مراعاة الأحوال إلى أن تكون على أفضلها، حتَّى لا يظهر منها قبيحٌ عن قصد، ولا يتوجَّه إليها ذمٌّ باستحقاق

Muruah adalah menjaga tingkah laku hingga tetap berada pada keadaan yang paling utama, supaya tidak melahirkan keburukan secara sengaja dan tidak berhak mendapat cacian.

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى