Category Archives: Sufyan Baswedan

FITNAH Yang Sangat Dahsyat…

Hudzaifah Ibnul Yaman pernah ditanya,

ﺃﻱ ﺍﻟﻔﺘﻦ ﺃﺷﺪ؟

“Fitnah, apa yang paling dahsyat ?”

Beliau pun menjawab,

ﺃﻥ ﻳﻌﺮﺽ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﺍﻟﺸﺮ ﻓﻼ ﺗﺪﺭﻱ ﺃﻳﻬﻤﺎ ﺗﺮﻛﺐ.

“Dihadapkan kepadamu antara kebaikan dan keburukan. Akan tetapi engkau tidak mengetahui mana yang akan engkau ikuti.”

[ Hilyatul Auliya 7-271 ]

Diterjemahkan oleh
Ustadz DR. Sufyan Baswedan MA,  حفظه الله تعالى

https://www.facebook.com/Dr.SufyanBaswedan.MA/

Ingin Panjang Umur..?

Ingin panjang umur ? jauhi sifat hasad !

‘Abdul Malik bin Kuraib Al-Ashma’iy rohimahullah berkata :

رأيتُ أعرابيا قد بلغ عُمره مئةً وعشرين سنة، فقلتُ له: ما أطولَ عُمرك؟ فقال: تركتُ الحسدَ فبقيتُ.

“Aku berjumpa dengan seorang badui yang telah berusia 120 tahun, maka aku bertanya kepadanya, “Apa resep panjangnya usiamu?” Dia menjawab : “Aku tinggalkan sifat hasad, maka akupun masih hidup.”

[Al-Mustathraf, hlm. 279]

Diterjemahkan oleh
Ustadz DR. Sufyan Baswedan MA, حفظه الله تعالى

https://www.facebook.com/Dr.SufyanBaswedan.MA/

Amalan Yang Lebih Baik Dari Jihad..?

Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhuma ditanya tentang jihad. Beliau menjawab :

ألا أدلك على خير من الجهاد؟ تبني مسجدا وتعلم فيه الفرائض والسنة والفقه في الدين.

“Maukah engkau aku tunjukkan amalan yang lebih baik daripada jihad..?
Engkau membangun masjid, lalu di dalamnya engkau ajarkan hal-hal yang wajib, yang sunnah, dan fikih (mendalami) agama.”

Jami’ Bayani al-‘Ilmi wa Fadhlihi 1/38 ]

Ustadz DR. Sufyan Baswedan MA, حفظه الله تعالى

Ya Allah… Ridhoilah Aku

Ya Allah, ridhoilah aku. Bila engkau belum meridhoiku, maka maafkanlah aku

Ibnu Rojab rohimahullah berkata:

“Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Aisyah rodhiyallaahu ‘anha agar minta maaf kepada Allah pada malam lailatul qadar. Beliau memerintahkan agar minta maaf tsb setelah seseorang berusaha memperbanyak amal shalih pada malam tersebut dan pada sepuluh malam terakhir.

Sebab, orang yang faham akan bersungguh-sungguh dalam beramal kemudian menganggap bahwa diri mereka belum memiliki amal shalih dan belum menjadi orang shalih, sehingga mereka balik minta maaf, seperti orang yang habis berbuat dosa.

Yahya bin Mu’adz mengatakan, “Orang yang cita-cita akhirnya bukan dimaafkan oleh Allah, berarti ia tidak mengenal Allah.” Salah seorang salaf mengatakan, “Ya Allah, ridhoilah aku. Bila engkau belum meridhoiku, maka maafkanlah aku.”

Siapa yang menganggap dosanya besar, dia tidak berambisi untuk diridhoi. Dia hanya berambisi untuk dimaafkan. Siapa yang benar-benar mengenal Robb-nya dengan sempurna, dia hanya memandang dirinya pada kedudukan ini (banyak dosa).

Sesungguhnya, seorang mukmin akan berijtihad selama bulan ramadhan dengan puasa dan qiyamullail, sehingga menjelang selesai dan berpapasan dengan lailatul qadar, ia hanya minta maaf kepada Allah, seperti orang yang berbuat jelek dan tidak maksimal dalam beribadah.”

(Lathoiful ma’arif hal 206)

Ustadz DR. Sufyan Baswedan MA, حفظه الله تعالى

MUTIARA SALAF : Agar Amalan Bertahan Lama

Ibnu Taimiyyah rohimahullah berkata:

فَمَا لَا يَكُونُ بِاَللَّهِ لَا يَكُونُ، وَمَا لَا يَكُونُ لِلَّهِ لَا يَنْفَعُ وَلَا يَدُومُ

“Apa saja yang diusahakan tanpa pertolongan Allah maka tidak akan bisa terwujud, dan apa saja yang dilakukan bukan untuk mencari ridha Allah maka tidak akan bermanfaat dan tidak akan berlangsung lama.”

[ Majmu’ul Fatawa, jilid 8 halaman. 329 ]

Diterjemahkan oleh,
Ustadz DR. Sufyan Baswedan MA, حفظه الله تعالى 

ref : https://www.facebook.com/Dr.SufyanBaswedan.MA/

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

Jangan Berniat Meninggalkan Maksiat Hanya Di Bulan Ramadhan Saja…

Ka’ab Al Ahbar rohimahullah (tabi’in) berkata: 

“Barangsiapa puasa Romadhon sedangkan dalam hati dia berniat seusai bulan Romadhon dia tidak akan bermaksiat, dia akan masuk Jannah tanpa ditanya dan tanpa dihisab. Dan barangsiapa puasa Romadhon sedangkan dalam hati dia berniat setelah Romadhon akan kembali maksiat, maka puasanya tertolak (tidak diterima Allah).”

[ Lathoif al-maarif, hal 136-137 ]

Ustadz DR. Sufyan Baswedan MA, حفظه الله تعالى 

Masih Ada Ganjalan Tentang Takdir..?

Simak Hadits Berikut…

Imam Ibnu Majah meriwayatkan dalam Sunan-nya (no. 77) dengan sanad yang shahih dari Ibnu Ad Dailami, katanya:

وَقَعَ فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنْ هَذَا الْقَدَرِ خَشِيتُ أَنْ يُفْسِدَ عَلَيَّ دِينِي وَأَمْرِي، فَأَتَيْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ، فَقُلْتُ : أَبَا الْمُنْذِرِ، إِنَّهُ قَدْ وَقَعَ فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنْ هَذَا الْقَدَرِ، فَخَشِيتُ عَلَى دِينِي وَأَمْرِي، فَحَدِّثْنِي مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَنْفَعَنِي بِهِ. فَقَالَ : لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ، وَلَوْ رَحِمَهُمْ لَكَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ أَعْمَالِهِمْ، وَلَوْ كَانَ لَكَ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا – أَوْ : مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ – تُنْفِقُهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا قُبِلَ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ، فَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ، وَأَنَّكَ إِنْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا دَخَلْتَ النَّارَ، وَلَا عَلَيْكَ أَنْ تَأْتِيَ أَخِي عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ فَتَسْأَلَهُ. فَأَتَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ فَسَأَلْتُهُ، فَذَكَرَ مِثْلَ مَا قَالَ أُبَيٌّ، وَقَالَ لِي : وَلَا عَلَيْكَ أَنْ تَأْتِيَ حُذَيْفَةَ. فَأَتَيْتُ حُذَيْفَةَ، فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ مِثْلَ مَا قَالَا، وَقَالَ : ائْتِ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَاسْأَلْهُ. فَأَتَيْتُ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَسَأَلْتُهُ، فَقَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ، وَلَوْ رَحِمَهُمْ لَكَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ أَعْمَالِهِمْ، وَلَوْ كَانَ لَكَ مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا – أَوْ : مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا – تُنْفِقُهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا قَبِلَهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ كُلِّهِ، فَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ، وَأَنَّكَ إِنْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا دَخَلْتَ النَّارَ “.

“Ada sedikit ganjalan dalam benakku tentang masalah takdir ini dan aku khawatir bila ia merusak agama dan nasibku. Maka kudatangi Ubay bin Ka’ab dan kukatakan, “Wahai Abul Mundzir, sesungguhnya ada sedikit ganjalan dalam hatiku tentang takdir dan aku khawatir bila ia merusak agama dan nasibku… maka sampaikanlah suatu hadits tentang takdir kepadaku, semoga Allah memberiku manfaat melaluinya.”

Jawab Ubay: “Andai Allah mengazab seluruh penduduk langit dan penduduk bumi, maka Allah tidak berlaku zhalim kepada mereka. Dan seandainya Allah merahmati mereka, niscaya rahmat tersebut lebih baik bagi mereka daripada amalan mereka. Dan seandainya engkau memiliki emas sebesar gunung Uhud yang kau infakkan semuanya di jalan Allah, niscaya Allah tidak akan menerimanya sampai engkau beriman kepada takdir; yaitu dengan meyakini bahwa apa saja yang menimpamu memang tidak akan meleset darimu, dan apa saja yang meleset darimu memang tidak akan menimpamu. Bila engkau mati membawa keyakinan selain ini, engkau akan masuk Neraka! Jika engkau ingin klarifikasi tentang masalah ini, maka silakan bertanya kepada Ibnu Mas’ud.”

Maka kudatangi Ibnu Mas’ud dan kutanyakan tentang takdir kepadanya dan ia menjawab sebagaimana yang dikatakan Ubay, lalu berkata: “Silakan bertanya kepada Hudzaifah.”

Maka kudatangi Hudzaifah dan kutanyai masalah takdir dan ia menjawab seperti jawaban mereka berdua, lalu berkata: “Silakan kau tanyakan kepada Zaid bin Tsabit.”

Maka kudatangi Zaid bin Tsabit dan kutanyai tentang takdir, maka jawab Zaid: “Aku mendengar Rosulullah bersabda, “Andai Allah mengazab seluruh penduduk langit dan penduduk bumi, niscaya Allah tidaklah zalim saat mengazab mereka. Dan seandainya Allah merahmati mereka, niscaya rahmat tersebut lebih baik bagi mereka daripada amalan mereka. Dan seandainya engkau memiliki emas sebesar gunung Uhud lalu kau infakkan fi sabilillah, Allah tidak akan menerimanya sehingga engkau beriman kepada takdir; yaitu dengan meyakini bahwa apa yang mengenaimu memang tidak akan meleset darimu, dan apa yang meleset darimu memang tidak akan mengenaimu. Bila engkau mati dengan keyakinan selain ini, engkau akan masuk Neraka.”

FAWAID HADITS:

⚉  Apapun yang Allah lakukan kepada ciptaan-Nya tidaklah mungkin dianggap zalim, sebab Dialah yang memiliki dan menguasai segalanya sehingga Dia bebas berbuat apa saja terhadap ciptaan-Nya. Apalagi jika mengingat demikian banyaknya nikmat Allah terhadap kita dan demikian sedikitnya nikmat yang kita syukuri, sehingga tetap saja kita terhitung masih belum menunaikan kewajiban syukur kita terhadap-Nya. Sehingga bila Dia mengazab kita semua, maka itu adalah sikap yang adil dan tidak zalim sedikitpun.

Akan tetapi Allah telah menetapkan bahwa rahmat-Nya demikian luas dan mendahului murka-Nya, lalu dengan rahmat yang luas tadi Allah hanya menuntut kita untuk ‘sedikit’ berterima kasih kepada-Nya melalui beriman dan beramal shalih semampu kita; kemudian memberi kita balasan berlipat ganda untuk amalan yang tak seberapa ini -yang memang telah menjadi kewajiban kita-… jelaslah rahmat ini lebih baik bagi kita daripada amalan kita sendiri…

⚉  Hadits ini mengajarkan agar seseorang yakin bahwa apa yang telah ditentukan baginya tidak akan terluput darinya, walaupun orang sedunia berusaha menghalang-halanginya. Demikian pula sebaliknya… apa yang tidak Allah takdirkan akan dia dapatkan, maka tidak akan dia dapatkan, walaupun orang sedunia berusaha memberikannya kepadanya.

⚉  Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa akidah yang benar adalah syarat diterimanya amal shalih dan syarat terselamatkannya seseorang dari Neraka. Sekaligus mengajarkan bahwa akidah yang rusak walaupun hanya terkait sebagian dari rukun iman (bukan seluruhnya), akan menjadikan amalan yang demikian besar menjadi tak bernilai alias sia-sia…

⚉  Mengimani takdir dengan benar tidak akan menjadikan seseorang malas beramal, namun justru akan semakin giat. Hal ini dibuktikan dengan sikap para sahabat Nabi yang tidak bermalas-malasan.

⚉  Hendaknya setiap orang yang memiliki ganjalan/syubhat bertanya kepada orang yang berilmu agar menyingkirkan ganjalan tersebut. Ia boleh bertanya kepada beberapa orang yang berilmu sebagai bentuk klarifikasi atas ilmu yang diterimanya, terutama dalam masalah-masalah yang berat dan berbahaya jika sampai difahami dengan keliru, seperti masalah takdir ini.

Semoga bermanfaat, wallaahu a’lam…

Ustadz DR. Sufyan Baswedan MA, حفظه الله تعالى 

Menutup Tempat Makan dan Minum…

وَأَوْكُوا الْأَسْقِيَةَ وَخَمِّرُوا الطَّعَامَ وَالشَّرَابَ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهِ بِعُودٍ

“Tutuplah bejana serta tempat makan dan minum, walaupun hanya engkau taruh sepotong kayu di atasnya.” (HR. Ahmad 14597)

Imam An-Nawawi rohimahullah berkata :

“Perintah Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam untuk menutup bejana ini bertujuan untuk memperoleh keselamatan dari gangguan setan. Allah Ta’ala menjadikan hal itu sebagai sebab terhindarnya seorang hamba dari gangguannya, karena setan tidak bisa membuka bejana, jika sebab yang disebutkan tadi (dengan menyebut nama Allah) dilakukan.”              [ Syarah Shahih Muslim, 13/185 ]

Ustadz DR. Sufyan Baswedan MA, حفظه الله تعالى.

ref : https://www.facebook.com/Dr.SufyanBaswedan.MA/

3 Ciri Orang Memiliki Sifat Ikhlas…

Dzun Nuun Al-Misri yang menyebutkan tiga ciri tanda seorang manusia memiliki sifat ikhlas :

1. Tetap merasa sama antara pujian dan celaan orang lain, 
2. Melupakan amalan kebajikan yang dulu pernah diperbuat
3. Mengharap balasan dari amalan di akhirat (dan bukan di dunia).

[ At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, An Nawawi, hal. 50-51, Maktabah Ibnu ‘Abbas, cetakan pertama, tahun 1426 H ]

Ustadz DR. Sufyan Baswedan MA, حفظه الله تعالى.

ref : https://www.facebook.com/Dr.SufyanBaswedan.MA/