Diantara Tanda Sifat Munafik

Ubay bin Ka’ab rodhiyallahu ‘anhu berkata,

“Suatu hari Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam mengerjakan sholat shubuh, lantas beliau bersabda, “Apakah si Fulan ikut menghadiri sholat shubuh..?”

Para sahabat pun menjawab, “Tidak..” Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah si Fulan (yang lain) menghadiri sholat shubuh..?” Para sahabat menjawab, “Tidak..”

Lantas beliau shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya dua sholat ini (shubuh dan isya) adalah sholat yang paling berat bagi orang orang munafik. Andaikan mereka mengetahui pahala yang tersedia pada ke 2 sholat tersebut, niscaya mereka pun pasti mendatangi (tempat pelaksanaan) kedua sholat ini, walaupun dengan cara merangkak..”

(HR. Abu Dawud no. 554, an-Nasaa’i no. 843 dan Ahmad no. 21265)

● Ibrahim an-Nakho’i rohimahullah berkata,

“Cukuplah menjadi tanda sifat munafik, yaitu seorang lelaki yang bertetangga dengan masjid tetapi dia tidak pernah terlihat ada di dalam masjid tersebut (untuk menunaikan kewajiban sholat 5 waktu)..”

(Fathul Baari Libni Rojab IV/19)

Teruslah Berdo’a

Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إثْمٌ، وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ؛ إِلاَّ أَعْطَاهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَهَا. قَالُوا: إذًا نُكْثِرُ. قَالَ: اللهُ أَكْثَرُ

“Tidaklah seorang muslim berdo’a dengan sesuatu pun, selama (do’anya) tidak mengandung dosa atau memutus silaturrohiim, kecuali Alah akan memberinya salah satu dari tiga hal :

– disegerakan baginya pengabulan (do’a)nya,
– atau disimpan baginya di akhirat,
– atau dihindarkan darinya bencana atau keburukan yang semisal dengannya..”

(Ketika mendengar hadits ini) para sahabat bertanya, “Kalau demikian (yakni setiap orang yang berdo’a pasti akan mendapatkan salah satu dari tiga hal tersebut), kami akan memperbanyak do’a..”

Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam menjawab, “Sungguh, pengabulan Allah subhaanahu wa ta’ala lebih banyak dari do’a kalian..”

(HR. Ahmad no. 11133)

Hadits ini dinilai hasan shohiih oleh Syaikh al-Albani rohimahullah dalam Shohih at-Targhiib wa at-Tarhiib no. 1633

● Umar bin al-Khotthob rodhiyallahu ‘anhu berkata,

ﺇِﻧِّﻲ ﻻَ ﺃَﺣْﻤِﻞُ ﻫَﻢَّ اﻹِْﺟَﺎﺑَﺔِ، ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻫَﻢَّ اﻟﺪُّﻋَﺎءِ، ﻓَﺈِﺫَا ﺃُﻟْﻬِﻤْﺖُ اﻟﺪُّﻋَﺎءَ ﻓَﺈِﻥَّ اﻹِْﺟَﺎﺑَﺔَ ﻣَﻌَﻪُ

“Sungguh, aku tidak terlalu merisaukan apakah do’aku dikabulkan atau tidak (karena pasti dikabulkan). Akan tetapi, yang aku kawatirkan, apakah aku mendapatkan taufik dari Allah subhaanahu wa ta’ala untuk berdo’a ataukah tidak.

Sebab apabila aku telah diberi taufik untuk berdo’a, sungguh pengabulan itu pasti menyertainya..”

(Ad Daa’u wad Dawaa – 17)

ARTIKEL TERKAIT
Tiga Perkara Yang Penting Untuk Diingat Ketika Berdo’a Kepada Allah

 

Apakah Mengerjakan Dengan Jama’ah Merupakan Syarat Sholat Gerhana..?

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rohimahullah mengatakan,

”Sholat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan sholat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shollallahu ’alayhi wasallam,

فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا

“Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka sholatlah..” (HR. Al Bukhari no. 1043)

Dalam hadits ini, beliau shollallahu ’alayhi wasallam tidak mengatakan, ”(Jika kalian melihatnya), sholatlah kalian di masjid..” Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa sholat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan sholat tersebut sendirian.

Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan sholat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama (afdhol). Bahkan lebih utama jika sholat tersebut dilaksanakan di masjid karena Nabi shollallahu ’alayhi wasallam mengerjakan sholat tersebut di masjid dan mengajak para sahabat untuk melaksanakannya di masjid.

Ingatlah, dengan banyaknya jama’ah akan lebih menambah kekhusyu’an, dan banyaknya jama’ah juga adalah sebab terijabahnya (terkabulnya) do’a.

(Syarhul Mumthi’ – 2: 430)

ARTIKEL TERKAIT 
Kapan Sholat Gerhana..?

Tata Cara Sholat Gerhana Bila Melihat Gerhana Bulan Atau Matahari

Tata Cara Sholat Gerhana Bila Melihat Gerhana Bulan Atau Matahari

Jangan Memandang Rendah Orang Lain

Ibnu Hibban rohimahullahu ta’ala berkata,

والعاقل لا يستحقر أحدًا؛ لأن من استحقر السلطان أفسد دنياه، ومن استحقر الأتقياء أفسد دينه، ومن استحقر الإخوان أفسد مروءته، ومن استحقر العامة أذهب صيانته.

Orang yang cerdas tidak akan memandang rendah orang lain. Sebab :
– barangsiapa merendahkan penguasa, maka ia telah merusak dunianya,
– barangsiapa merendahkan orang-orang yang bertakwa, maka dia telah merusak agamanya,
– barangsiapa merendahkan saudara-saudaranya, maka ia telah merusak kehormatan dirinya, dan
– barangsiapa merendahkan orang-orang awam, maka ia telah merusak penjagaan untuk dirinya.

(Roudhotul Uqola’ – hlm. 17)

Rezeki Terbesar

Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

ان الله يعطى الدنيا من يحب و من لا يحب  و لا يعطى الايمان الا من احب

Sesungguhnya Allah telah memberikan kenikmatan dunia kepada siapa yang dicintai-Nya dan kepada siapa yang tidak dicintai-Nya, namun Allah tidak berikan (rezeki) iman kecuali kepada siapa yang dicintai-Nya saja.

(HR. Ahmad I/387 – Silsilah al-Ahaadiits ash-Shohiihah no. 2714)

● Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rohimahullah berkata,

فـالرزق الدنيـوي يحـصل للمـؤمن والكافـر, وأمـا رزق القلـوب مـن العـلم والإيـمان، ومـحبة الله وخشـيته ورجـائه، ونحـو ذلــك، فـلا يعطـيها إلا مـن يحـب

Rezeki dunia bisa didapatkan oleh orang yang beriman dan yang kafir.

Adapun rezeki bagi hati berupa :
– ilmu dan keimanan,
– cinta kepada Allah,
– takut kepada Allah,
– berharap kepada Allah,
– dan yang semisal itu,
maka Allah tidak akan memberinya kecuali kepada siapa yang telah Dia cintai saja.

(Taisiir al-Kariimir Rahman I/95)

Do’a Melunasi Hutang – Dibaca Sebelum Tidur

DO’A MELUNASI HUTANG – DIBACA SEBELUM TIDUR – JANGAN LUPA ADAB SEBELUM BERDO’A (baca poster no 3 dan 4)

Do’a ini terdapat dalam 2 riwayat Imam Muslim rohimahullah, yaitu :

HR. Muslim no. 2713 a
HR. Muslim no. 2713 c (*)

(*) Dalam hadits riwayat Muslim no. 2713 c ada tambahan “..As Sab’i..” di akhir dari kalimat pertama dari do’a tsb, sedangkan kelanjutan do’anya sama dengan yang terdapat dalam hadits riwayat Muslim no. 2713 a.

Baca perincian do’a beserta artinya di bawah ini ⬇️

Allaahumma robbas samaawaatis sab’i
wa robbal ardhi
wa robbal ‘arsyil ‘azhiim

Robbanaa wa robba kulli syai-in
Faaliqol habbi wan nawaa
Wa munzilat tawrooti
wal injiili wal furqoon

A’uudzubika min syarri kulli syai-in
Anta aakhidzun binaa siyatihi

Allaahumma antal awwalu
Falaysa qoblaka syai-un

Wa antal aakhiru
Falaysa ba’daka syai-un

Wa antazh zhoohiru
Falaysa fawqoka syai-un

Wa antal baathinu
Falaysa duunaka syai-un

Iqdhi ‘annad dayna
Wa aghninaa minal faqri

=======

Yaa Allah Robb yang menguasai langit yang tujuh, dan Robb yang menguasai bumi, dan Robb yang menguasai ‘Arsy yang agung

Robb kami dan Robb segala sesuatu.
Robb yang membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah,
Robb yang menurunkan kitab Taurat, Injil dan Furqon (Alqur’an).

Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau memegang ubun-ubunnya (semua makhluk atas kuasa Allah).

Yaa Allah Engkau-lah yang paling awal, tidak ada sesuatu apapun sebelum-Mu

Dan Engkau-lah yang paling akhir, tidak ada sesuatu apapun setelah-Mu

Dan Engkau-lah yang nyata, tidak ada sesuatu apapun yang meliputi-Mu di atas-Mu

Dan Engkau-lah yang batin, tidak ada sesuatu apapun yang luput dari-Mu

Lunasilah hutang kami dan berilah kami kekayaan (kecukupan) hingga terlepas dari kefakiran.

=======

Imam An Nawawi rohimahullah menyatakan bahwa maksud hutang dalam hadits tersebut di atas adalah kewajiban kepada Allah Ta’ala dan kewajiban terhadap hamba seluruhnya, intinya mencakup segala macam kewajiban.

(Syarh Shohih Muslim, 17: 33)

Hati Yang Selamat

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya),

“Pada hari saat harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang selamat..” (Qs Asy-Syu’araa’ 88-89)

● Ibnul Qoyyim rohimahullah menjelaskan,

Hati yang selamat adalah hati yang selamat dari :
– syirik,
– dengki,
– hasad,
– kikir,
– sombong,
– cinta dunia dan kedudukan.

Dia juga selamat dari :
– setiap penyakit yang akan menjauhkannya dari Allah,
– setiap syubhat yang bertentangan dengan dalil,
– setiap syahwat yang akan bertabrakan dengan perintah-Nya, dan
– setiap keinginan yang berlawanan dari keinginan-Nya.

(Ad-Daa’ wad Dawaa’ hal 219)

● Syaikh al-‘Utsaimin rohimahullah berkata,

Barangsiapa yang hatinya selamat, maka Allah pun akan memberikan kepadanya firasat yang dengannya dia mengetahui perkara dosa.

Sampai sampai jiwanya tidak akan merasa lega serta tenang karena perbuatan dosanya tersebut, dan ini merupakan nikmat Allah untuk orang itu.

(Syarah Buluughul Maraam XV/33)

Diantara Penyebab Keselamatan Dan Kebinasaan

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

Adakalanya seorang hamba berbuat dosa, tetapi justru dia dimasukkan ke dalam Surga, dan adakalanya seseorang mengerjakan ketaatan, namun justru dia dimasukkan ke Neraka. Maka orang-orang bertanya, “bagaimana hal itu bisa terjadi..?”

Bagi orang yang berbuat dosa, seakan akan dosa itu selalu tampak di hadapan matanya. Ketika dia berdiri, duduk, serta berjalan dia selalu mengingat akan dosa itu hingga membuat hatinya luluh dan bertaubat, menyesal dan juga memohon ampunan kepada Allah Ta’ala. Kondisi inilah yang menjadi penyebab keselamatannya.

Adapun orang yang berbuat kebaikan, seakan akan kebaikan itu selalu tampak di hadapan matanya. Ketika dia sedang duduk, berdiri ataupun berjalan, maka dia selalu ingat akan kebaikan itu sehingga telah membuatnya jadi takabur, ujub dan merasa mendapatkan karunia. Kondisi inilah yang menjadi penyebab kebinasaannya.

(Madaarijus Saalikiin I/307-308)

Mudah Menular

Ibnul Jauzi rohimahullah mengatakan,

ما رأيت أكثر أذى للمؤمن من مخالطة من لا يصلح، فإن الطبع يسرق. فإن لم يتشبه بهم ولم يسرق منهم فتر عن عمله.

Tidaklah aku melihat yang lebih besar gangguannya pada seorang mukmin dari bergaul dengan orang yang tidak sholeh.

Sebab, tabiat itu mudah menular.

Kalaulah dia tidak menyerupainya dan menirunya, maka dia akan menjadi lemah dan menjauh dari amalannya.

(Shoidul Khothir)

Menebar Cahaya Sunnah