Hasbunallahu Wani’mal Wakiil

Ust. Rochmad Supriyadi, Lc حفظه الله تعالى

Syaikh Abdurrozak Al Badr -hafidzahullahu-

Kalimat mulia yang penuh barokah ini diucapkan di dalam dua keadaan, yaitu:
** di waktu menggapai suatu manfaat serta kebaikan dan,

** di waktu menolak mafsadat dan keburukan.

Adapun dalam keadaan pertama diantaranya digambarkan dalam firman Allah Ta’ala:

 وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا آتَاهُمُ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ سَيُؤْتِينَا اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللّهِ رَاغِبُونَ 

“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: ‘Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah’, (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).” (QS.At-Taubah: 59).

Dalam keadaan yang kedua sebagaimana Allah Ta’ala firmankan,

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ . فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُواْ رِضْوَانَ اللّهِ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ

“(Yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung’.

Maka mereka kembali dengan ni’mat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS Ali-Imran: 173-174).

Dan dua keadaan tersebut terkumpul menjadi satu dalam firman-Nya

Dan dua keadaan tersebut terkumpul menjadi satu dalam firman-Nya,

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’, niscaya mereka menjawab: ‘Allah’. Katakanlah: ‘Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: ‘Cukuplah Allah bagiku’. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.”(QS. Az-Zumar: 38).

Yaitu katakan, ”HASBUNALLAHU WA NI’MAL WAKIL”, untuk mengapai suatu manfaat dan menolak mafsadat dan petaka.

– – – – – •(*)•- – – – –

View

Renungilah Kembali !

Ust. Jafar Salih, حفظه الله تعالى

Semoga Allah merahmati seseorang yang melihat keadaan dirinya. Kemudian memikirkan apa yang dibawa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari sisi Allah berupa ajaran memusuhi orang-orang yang menyekutukan-Nya apakah dia orang jauh atau dekat. (Serta ajarannya yang) mengkafirkan serta memerangi mereka hingga agama ini menjadi hanya milik Allah semata. Dan mengetahui apa putusan beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah meski mereka mengaku muslim.

Dan bagaimana dahulu para Khulafaur-Rasyidin memperlakukan mereka. Seperti Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu dan selainnya ketika membakar mereka dengan api. Padahal selain mereka dari para penyembah berhala yang tidak mau berislam tidak dihukum dengan cara itu.

Hanya kepada Allah kita memohon taufik.

Mufidul Mustafid Hal 151.

– – – – – •(*)•- – – – –

View

3 Kunci Sukses Dalam Hidup

Ust. DR. Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى

Sobat! Anda ingin sukses ? Anda ingin hidup damai ? Sudahkah anda berhasil mendapatkannya ? Atau barang kali saat ini anda sedang mengusap peluh karena lelah mengejar sukses dalam hidup yang terus menjaga jarak dari anda bak fatamorgana dan bayangan tubuh anda.

Mungkin selama ini kita beranggapan bahwa sukses terletak di balik harta kekayaan, atau popularitas atau jabatan. Namun pada kenyataannya, terlalu banyak orang yang kaya, atau populer atau berjabatan tinggi namun tidak sedikitpun merasakan kebahagiaan dalam hidupnya.

Tahukah anda, apa rahasianya semua itu ? Sederhana sekali, alasannya karena di atas langit masih ada langit lagi. Bisa jadi anda telah kaya, namun ternyata masih banyak yang lebih kaya dari pada anda. Anda terkenal, namun ternyata terlalu banyak yang lebih terkenal dari anda.

Bisa pula kini anda telah menduduki jabatan yang tinggi, namun demikian kini anda merasakan bahwa masih banyak yang lebih tinggi dari anda. Dan kalaupun anda telah menjadi seorang presiden, namun pada akhirnya anda harus menyadari bahwa jabatan itu hanya sesaat dan akan segera anda lepaskan. Suatu saat anda pasti menyadari bahwa jabatan hanyalah sukses sesaat yang sarat dengan pengorbanan dan derita.

Bila demikian, adanya, apakah arti sukses yang sejati dalam kehidupan dunia kita ini ?

Temukan jawabannya pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

مَنْ أَصْبَحَ مُعَافًى فِي بَدَنِهِ، آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barang siapa yang di setiap pagi merasa sehat di tubuhnya, aman kemanapun ia pergi, dan ia memiliki makanan yang mencukupinya, maka seakan akan ia telah berhasil menguasai seluruh isi dunia.” ( Ibnu Hibban & At Thabrany)

 Ditulis oleh Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri حفظه الله تعالى

⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊

View

Kenikmatan Yang Begitu Banyak Sering Kita Lupakan…

Ustadz Firanda Andirja, MA, حفظه الله تعالى

** janganlah kita menjadi hamba Allah yang hanya sadar akan besarnya nikmat Allah tatkala Allah menghilangkan kenikmatan tersebut.

** janganlah kita baru merasakan nikmat sehat tatkala kita sakit,

** janganlah kita baru merasakan nikmatnya melihat tatkala mata kita sakit…dst

– – – – – •(*)•- – – – –
View

10 Kiat Sukses Dalam Menuntut Ilmu Syar’i

Ust. Muhammad Wasitho, حفظه الله تعالى

» Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata: “(Untuk memperoleh) Ilmu itu memiliki 6 (enam) tingkatan, yaitu:

1. Bertanya (tentang ilmu) dengan cara yang baik.

2. Diam dan Mendengarkan ilmu dengan baik.

3. Memahami ilmu dengan baik dan benar.

4. Menghafal ilmu.

5. Mengajarkan Ilmu.

6. Mengamalkan ilmu.

Dan sebagian ulama sunnah lain menambahkan kiat dan sebab lain agar seorang muslim dan muslimah sukses dlm menuntut ilmu syar’I, diantaranya:

7. Menimba ilmu agama dari ahlinya (Ulama Robbani).

8. Mendahulukan yang paling pokok dan wajib dalam menuntut ilmu.

9. Mempelajari ilmu secara bertahap dan kontinue.

10. Tertib dan Disiplin dalam menuntut ilmu.

Demikian faedah ilmiyah yang dapat kami sampaikan pada hari ini.

Semoga Allah ta’ala senantiasa memberikan taufiq dan kemudahan kepada kita dalam menuntut ilmu agama-Nya dan mengamalkannya serta mengajarkannya hingga akhir hayat. Amiin. (Klaten, 22 Mei 2014).

– – – – – •(*)•- – – – –

View

Jaga Orangtuamu Jangan Sampai Sakit

Ust. Fuad Hamzah Baraba’, Lc حفظه الله تعالى

@Dr_Alsadhan:

مرض فزارته أمه؛ فقام فلبس وتأنق كأن لا بأس به. فلما خرجت سقط مغشيا عليه. فقيل له: كنت معها معافى، فما أصابك؟ فقال: أنين الأبناء عذب قلوب الأمهات.

Ada seorang anak yang sakit, maka ibunya menjenguknya; maka orang tersebut bangkit dan memakai pakaiannya dengan rapi seakan-akan sedang tidak sakit.

Ketika sang ibu keluar, orang tersebut pingsan. Maka ditanyakan kepadanya: “kamu sehat dan bugar ketika ada ibumu, lalu apa yang menimpamu (sehingga kau pingsan)?”

Maka dia menjawab: “Rintihan sakit anak itu dapat menyakiti hati para ibu.”

(Selesai dari Syekh as-Sadhan).

Faedah (dari pent):

– Jangan mudah mengeluh baik problem rumah tangga, kesulitan biaya, penyakit, apalagi penyakit anak di depan orangtua, terlebih ibu, karena hal itu dapat membuat orangtua pikiran, dan hal itu bisa saja menjadi penyebab kesedihan yang mendalam bagi orangtua yang tentunya bisa saja hal itu membuat mereka jatuh sakit.

Jadilah kita orang yang mandiri dan kuat kepribadiannya di depan mereka.

Kalaupun kita tidak bisa membuat orangtua tersenyum, janganlah membuat mereka menangis atau bersedih bahkan sakit.

Sebelum detak jantung ibumu yang telah melahirkanmu berhenti, berikanlah yang terbaik untuknya!

– – – – – •(*)•- – – – –

View

Orang-Orang Yang Tidak Mengetahui Perkara Jahiliyah

Ust. Jafar Salih, حفظه الله تعالى

Barangsiapa memanggil-manggil Ali bin Abi Thalib maka ia kafir. Dan barangsiapa ragu akan kafirnya orang ini, ia pun kafir.

Jika demikian kondisi orang yang ragu akan kafirnya orang kafir, padahal ia tetap memusuhinya, membencinya, maka bagaimana jadinya orang yang meyakini si kafir ini masih muslim dan tidak mau memusuhinya?! (Lebih jauh lagi) bagaimana dengan orang yang (justru) mencintai si kafir?! Atau membelanya dan membela cara beragamanya dan beralasan bahwa kami tidak mampu memusuhi mereka (orang-orang kafir) karena bisnis dan perlu mencari rezki.

Padahal Allah Ta’aala berfirman (mencela musyrikin Makkah yang mengetahui kebenaran namun tidak mau mengikutinya dengan alasan keselamatan):
((Dan musyrikin berkata: Jika kami mengikuti jalan kebenaran bersamamu (Muhammad) kami akan diculik dari tempat-tempat tinggal kami)) Al Qashash: 57).

jikalah seperti ini Allah mencela orang-orang yang abstain dari menampakkan kebenaran dan mengamalkan tauhid serta memusuhi musyrikin dengan alasan khawatir akan keselamatan keluarga dan kerabatnya, bagaimana dengan orang-orang yang abstain dalam hal ini tapi dengan alasan rejeki?!

Namun perkara ini persis seperti yang diucapkan Umar Radhiyallahu ‘Anhu: “Akan lepas tali Islam seutas demi seutas. Jika tumbuh di dalam Islam orang-orang yang tidak mengetahui perkara Jahiliyah.”

Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah dalam “Mufidul Mustafid” 149-150 Cet. Maktabah Ar-Rusyd

– – – – – •(*)•- – – – –

View

[Tanggapan pada Voa-Islam]: Mendukung Salah Satu Capres, Bukan Berarti Mendukung Demokrasi

Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, حفظه الله تعالى

Keliru memahami bahwa memberikan suara berarti mendukung demokrasi padahal ulama yang membolehkan nyoblos tidak berpandangan seperti itu.

Tulisan kami sebelumnya di Muslim.Or.Id: http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/pelajaran-dari-perdebatan-dalam-memberikan-suara-dalam-pemilu.html

Dalam tulisan kami lainnya di Muslim.Or.Id: http://muslim.or.id/manhaj/menggunakan-hak-suara-dalam-pemilu-beda-dengan-masuk-parlemen.html

Muslim.Or.Id sudah beberapa kali memuat fatwa ulama besar yang menunjukkan bolehnya kita menggunakan hak pilih kita dalam Pemilu. Tujuannya adalah untuk mengambil mudhorot (bahaya) yang lebih ringan. Apa yang diambil ? Yaitu agar tokoh-tokoh pembawa kerusakan dapat dibendung, bukan dalam rangka mencari pemimpin yang dapat menegakkan hukum Islam di tanah air kita.

Dalam kaedah fiqhiyyah Syaik As Sa’di disebutkan,

وَضِدُّ تَزَاحُمُ المفَاسِدِ
يُرْتَكَبُ الأَدْنَى مِنَ المفَاسِدِ

“Lawannya, jika bertabakan dua mafsadat,
Pilihlah mafsadat yang paling ringan.”

Dan agama ini bisa jadi tegak lewat orang-orang yang fajir atau keji. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’ala anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Bilal pada saat perang Khoibar untuk menyeru manusia dengan mengatakan,

إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ ، وَإِنَّ اللَّهَ لَيُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ

“Sejatinya tidak ada yang dapat masuk surga kecuali jiwa-jiwa yang beriman. Namun demikian kadang kala Allah meneguhkan agama ini lewat orang yang fajir (keji, ahli maksiat)” (HR. Bukhari no. 3062 dan Muslim no. 111)

Abu Hurairah menceritakan tentang sebab munculnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Abu Hurairah berkata bahwa beliau mengikuti perang Khoibar. Lantas Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada orang yang mengaku membela Islam, “Ia nantinya penghuni neraka.” Tatkala orang tadi mengikuti peperangan, ia sangat bersemangat sekali dalam berjihad sampai banyak luka di sekujur tubuhnya. Melihat pemuda tersebut, sebagian orang menjadi ragu dengan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ternyata luka yang parah tadi membuatnya mengambil pedang dan membunuh dirinya sendiri. Akhirnya orang-orang pun berkata, “Wahai Rasulullah, Allah membenarkan apa yang engkau katakan.” Pemuda tadi ternyata membunuh dirinya sendiri. Rasul pun bersabda, “Berdirilah wahai fulan (yakni Bilal), serukanlah: Sejatinya tidak ada yang dapat masuk surga kecuali jiwa-jiwa yang beriman. Namun demikian kadang kala Allah meneguhkan agama ini lewat orang yang fajir (keji, ahli maksiat).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebagian saudara kita memberikan tanggapan bahwa sungguh sia-sia keberadaan orang baik di Parlemen. Atau mereka katakan bahwa partai adalah hasil demokrasi yang sudah barang tentu menyimpang dari ajaran Islam. Komentar seperti ini tidak tepat sasaran.

Ingat bahwa menggunakan hak suara dalam Pemilu bukan dalam rangka mencari pemimpin yang akan menegakkan Islam, namun dalam rangka meminimalkan ruang gerak para penjahat dan musuh Islam.

Lihatlah dahulu, pada awal kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota Madinah, beliau membuat perjanjian damai atau kerjasama dengan kaum Yahudi untuk mempertahankan kota Madinah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sepenuhnya memahami bahwa Yahudi tidak akan membela Islam apalagi menegakkan syari’at Islam. Beliau melakukan hal itu untuk meminimalkan ancaman dan resiko serangan kafir Quraisy dan sekutunya. Kisah perjanjian tersebut dimuat dalam kitab-kitab sirah dan dikisahkan oleh para ulama dalam kitab-kitab mereka.

Demikian fatwa ulama yang membolehkan menggunakan hak suara pada Pemilu mendatang juga maksud mereka adalah seperti itu.

Fatwa ulama dalam memberikan suara dalam Pemilu:
http://muslim.or.id/manhaj/golput-ataukah-memberikan-suara.html
http://muslim.or.id/manhaj/fatwa-ulama-memberikan-suara-dalam-pemilu.html
http://muslim.or.id/manhaj/fatwa-ulama-2-memberikan-suara-dalam-pemilu.html

Memilih untuk Golput ataukah tidak, bukan masuk dalam masalah manhaj, namun karena maksud menimbang maslahat dan mudarat. Silakan baca fatwa-fatwa dari para ulama tersebut.

Kami membicarakan masalah Capres kali ini, karena tuntutan maslahat. Setiap muslim bingung, manakah yang harus dipilih. Dan kecenderungan kami pada satu capres bukan berarti itu jadi pendapat Salafi secara umum, yang lain barangkali lebih senang memilih Golput dan kami pun tidak memaksa.

Masih terlalu banyak di antara kita yang tidak terbiasa dan gerah menghadapi perbedaan pendapat dalam wilayah ijtihad. Semoga Allah memberikan bashirah bagi kita semua.

Semoga Allah terus memberikan kita hidayah untuk menerima kebenaran.

Status shahih dari Muhammad Abduh Tuasikal, 22 Rajab 1435 H

https://www.facebook.com/muhammad.tuasikal/posts/10202190301383676

view

Mendengar Lantunan Ayat Al Qur’an Hingga Menangis Tersedu-Sedu

Ust. DR. Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى

Sobat! Pernahkah anda mendengar lantunan ayat ayat suci Al Qur’an, lalu tanpa sadar air mata anda berlinang dan berderai derail ?

Pernahkah anda mendengar ceramah seorang ustadz atau muballigh yang begitu bagus, hingga anda menangis tersedu sedu karenanya?

Atau bahkan, pernahkah anda menghadiri satu acara pengajian lalu seorang muballigh yang begitu menyentuh hati, penceramahnya menangis sesenggulan dan akhirnya anda dan juga mayoritas pendengar hanyut dalam lautan isakan tangis?

Sobat! Izinkah saya bertanya kepada anda, apakah sejatinya yang menyebabkan anda menangis ?

Benarkah anda menangis karena anda memahami makna ayat dan hadits yang dibacakan? Ataukah anda menangis karena terbawa oleh merdunya suara sang qori’ ?

Benarkah anda menangis karena anda takut kepada ancaman Allah yang termuat pada ayat-ayat yang anda dengar atau anda rindu kepada surga yang tergambar pada ayat ayat tersebut ?

Bukankah sebelumnya anda telah membaca dan mendengar ayat-ayat yang sama namun mengapa anda tidak menangis? Ayat-ayat tersebut berlalu begitu saja seakan tidak ada apa apa ?

Mungkinkah anda menangis hanya karena hanyut dalam suasana haru, alias karena muballighnya menangis, dan orang di sekitar anda menangis, akhirnya andapun terharu dan turut menangis ?

Sobatku! Sekali lagi, izinkan saya kembali bertanya: tahukah anda bahwa para penggemar musik ketika menghadiri konser penyanyi yang mereka idolakan juga banyak yang menangis terharu ?

Sobat! Bila anda menyadari bahwa ternyata yang menjadikan anda menangis hanyalah merdunya suara, maka tangisan anda ini pantas untuk anda tangisi dan sesali, karena ternyata tangisan anda menyerupai tangisan penggemar musik.

Adapun tangisan orang orang yang beriman ialah tangisan karena memahami kandungan ayat ayat yang ia baca atau ia dengar, sehingga mereka menangis walaupun suara yang membacanya blero alias tidak merdu. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sejatinya orang orang yang beriman ialah mereka yang bila dibacakan kepada mereka ayat ayat-Nya, mereka bertambah iman dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakkal.” (Al Anfal 2)

https://id-id.facebook.com/DrMuhammadArifinBadri

– – – – – •(*)•- – – – –

View

 

Menebar Cahaya Sunnah