Category Archives: Firanda Andirja

Kelembutan Di Rumah Tanda Kebahagian

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللهَ إِذَا ارَادَ بِاهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِم الرِّفْقَ

“Sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan bagi sebuah keluarga maka Allah akan memasukan kelembutan kepada mereka..”

(HR Ahmad dan dishohikan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 523)

Renungkanlah kondisi rumah tanggamu..

jika selalu dipenuhi dengan suara keras, lantang, kekasaran..
bentakan, pukulan terhadap anak-anak..
jeritan anak-anakmu..
mengangkat suara di hadapan suami…

Maka Ketahuilah, engkau sedang jauh dari kebaikan..

Segera rubahlah sikapmu.. perbaiki kondisi rumahmu, penuhi dengan senyuman, kelembutan, niscaya Allah menebar kebaikan dalam keluargamu..

Ditulis oleh,
Ustadz Dr. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى

ref : https://bbg-alilmu.com/archives/9908

Mendo’akan Hidayah Bagi Anak

Kisah ini disampaikan oleh seorang pensiunan penjaga Ka’bah di bagian Hajar Aswad.

Syaikh Abdurrozaq حفظه الله تعالى bertanya padanya,

“Selama puluhan tahun engkau bertugas, adakah kisah yang menakjubkan yang engkau alami..?”

Lelaki itu kemudian menjawab,

“Ada.. suatu hari, ketika itu aku baru bertugas selama beberapa bulan lamanya. Tiba-tiba aku mendengar di antara jama’ah umroh, seorang lelaki dari Afrika Barat bagian Utara ( Maroko, Aljazair, Tunis – beliau lupa tepatnya) sedang berdo’a,

“Ya Allah, teman-temanku seluruhnya telah engkau beri anak. Saudara-saudaraku seluruhnya telah engkau beri anak. Sedangkan aku, belum punya anak. Segala cara telah aku tempuh, namun belum berhasil. Maka berikanlah aku anak ya Allah..”

Lelaki itu berdo’a dengan sungguh-sungguh dan khusyuk. Hingga Allah jadikan aku mengingat wajahnya, dan mengingat suaranya.

Kemudian waktu berlalu hingga belasan atau 20an tahun lamanya. Ketika itu aku sedang kembali bertugas di dekat Ka’bah, dan tiba-tiba aku mendengar suara yang sama dengan 20 tahun lalu yang aku dengar. Lelaki yang sama datang dan kembali berdo’a. Namun do’anya kali ini berbeda.

“Ya Allah, cabutlah nyawa anakku. Matikanlah anakku. Anakku ini memalukan aku dan keluargaku. Dia durhaka kepadaku..” dan lelaki ini terus menyebutkan kenakalan anaknya.

Aku lihat orang itu dan aku sadar, ini adalah orang yang dulu, yang 20 tahun lalu meminta agar ia diberi anak. Maka akupun berjalan kepadanya dan menariknya keluar dari kerumunan.

“Engkau yang 20 tahun lalu berdo’a di sini, berdoa meminta anak. Iya kan..??”

“Iya..” ujarnya dengan penuh kaget.

“Dengar, sungguh engkau telah berbuat zholim pada anakmu 2 kali. Aku mendengar do’amu 20 tahun yang lalu, dan engkau hanya meminta kepada Allah anak. Engkau tidak meminta anak yang sholeh. Engkau hanya bilang ‘semua orang Engkau beri anak, maka berikanlah kepadaku anak..’

Engkau tidak bilang ‘ya Allah berikanlah aku anak yang sholeh..’ Kau telah zholim pada anakmu..

Yang kedua, kenapa engkau tak berdo’a agar Allah memberikan hidayah pada anakmu..?? Ini adalah kezholimanmu yang kedua..”

Dan subhanallah, orang itu terperanjat.

“Sini ikut aku, dan engkau berdo’a lagi kepada Allah agar Allah beri hidayah kepada anakmu..”

Maka lelaki itupun berdo’a dengan sungguh-sungguh hingga menangis, berharap Allah berikan hidayah pada anaknya dan menyesali perbuatannya.

Kemudian keduanya pun berpisah..

Setahun berjalan, maka sang lelaki itupun kembali datang ke tanah suci, dan kali ini ia membawa anaknya.

Kali ini sang anak sudah tampak padanya bahwa ia telah hijrah. Telah menjadi anak yang taat dan penurut, dan telah menjadi anak yang sholeh. Singkat cerita, kami bertiga pun bertemu. Maka akupun bertanya kepadanya,

“Bagaimana ceritanya engkau bisa berubah..?”

Maka pemuda itupun menjawab,

“Suatu ketika aku mendengar adzan di waktu Ashar, dan aku tidak tahu mengapa, Allah jadikan hatiku sangat ingin datang sholat berjama’ah di masjid. Yang biasanya aku malas, tiba-tiba muncul keinginan untuk berubah. tiba-tiba aku ingin ke Masjid..”

“Kapan tepatnya kejadian itu..?”

Pemuda itupun menjawab dengan lebih detail, dan setelah dicocokkan dengan waktu Saudi, itulah hari dan jam yang sama ketika sang ayah berdo’a kepada Allah agar anaknya diberi hidayah.

Maasyallah. Tepat di saat sang ayah berdo’a agar anaknya diberi hidayah, saat itu juga Allah beri hidayah kepada anaknya. Padahal lokasi mereka jauh terpisah..

Inilah di antara kisah menakjubkan dari terkabulnya do’a. Mau anak senakal apapun, atau bagaimanapun, apabila itu maslahat, maka Allah akan kabulkan..”

Dikisahkan oleh,
Ustadz DR. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى

Diposting oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

ref : http://surl.li/eykrv

Allah Membagi Amalan Sebagaimana Allah Membagi Rezeki

Amalan-amalan sholeh itu seperti rezeki yang dibagi-bagikan Allah kepada hamba-hambaNya.. ada yang jadi tukang kayu, ada pengusaha, ada pedagang, dll.

Demikian pula amalan sholeh,
– ada orang yang dimudahkan untuk selalu sholat malam (namun jarang puasa sunnah)..

– ada yang sebaliknya dimudahkan untuk selalu puasa sunnah (namun jarang sholat malam)..

– ada yang dimudahkan untuk sholat malam dan puasa sunnah..

– ada yang dimudahkan Allah untuk bersedekah namun tidak pandai berceramah..

– ada yang pintar ceramah tapi tidak mampu bersedekah, dan demikianlah..

Karenanya masing-masing kita hendaknya menekuni amal sholeh yang dimudahkan Allah baginya, dan jangan pernah menyepelekan amalan sholeh tersebut, serta jangan pernah pula menyepelekan amal sholeh orang lain.

Bukankah tanpa donatur, dakwah sulit untuk berjalan..? dan bukankah dana tanpa arahan da’i juga kurang optimal..?

Sebagaimana sholat malam merupakan sebab masuk surga, maka demikan pula puasa, bersedekah, dan berdakwah.

Menekuni amalan sholeh yang Allah mudahkan bagi kita -apapun bentuk amalan sholeh tersebut- merupakan ungkapan rasa syukur kita kepada Allah yang telah memudahkan segalanya

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى

Kerinduan Orangtua

Kita -sebagai orang tua-sering rindu kepada anak kita, ingin melihatnya, ingin memeluknya, ingin ngobrol dengannya. Betapa bahagianya kita tatkala melihat tawa anak kita.

Begitu pula ibu dan ayah kita, bisa jadi di masa tua mereka rindu kepada kita, maka janganlah kita baru menjenguk mereka atau menelpon mereka jika kita yang rindu. Kerinduan mereka kepada kita tidak harus menunggu kerinduan kita kepada mereka. Apalagi kita sering sibuk sehingga kerinduan terhadap mereka
terlupakan dan terabaikan.

Terlebih lagi orang tua malu untuk menyatakan kerinduannya kepada kita.

Kapan lagi..? Mumpung mereka masih bisa melihat tawa kita.

Waktu untuk kesibukan kita belum tentu sepanjang umur orang tua kita.

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى

ref : https://bbg-alilmu.com/archives/16683

Jangan Pernah Berharap Selamat Dari Ocehan Manusia

Ibnu Duraid Al-Azdi -rahimahullah- (wafat 321 H) berkata :

وَما أَحَدٌ مِن أَلسُنِ الناسِ سَالِمًا ….. وَلَو أَنَّهُ ذاكَ النَبِيُّ المُطَهَّرُ

“Tidak seorangpun yang selamat dari ocehan manusia.. bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tersucikan pun tak selamat..

فَإِن كانَ مِقدَاماً يَقولونَ أَهوَجُ …. وَإِن كانَ مِفْضَالاً يَقولونَ مُبذِرُ

Jika ia seorang yang selalu maju paling depan… maka mereka berkata, “Dasar tukang nekat tanpa perhitungan..”

Jika ia seorang yang sering bersedekah, maka mereka berkata, “Dasar tukang mubadzzir..”

وَإِن كانَ سِكّيتاً يَقولونَ أَبكَم …. وَإِن كانَ مِنطيقاً يَقولونَ مِهْذَرُ

Kalau ia seorang yang pendiam maka mereka berkata : “Si Bisu..”

Jika ia seorang yang sering berbicara maka mereka berkata, “Tukang ngigau..”

وَإِن كانَ صَوّاماً وَبِاللَيلِ قائِماً ….. يَقولونَ زَرّافٌ يُرائِي وَيَمكُرُ

Jika ia seorang yang suka berpuasa di siang hari, dan di malam hari suka sholat malam, maka mereka berkata “Si penipu, hanya riyaa’/pamer dan hanya membuat makar..”

فَلا تَحتَفِل بِالناَّسِ في الذَمِّ وَالثَنَا ….. وَلا تَخشَ غَيرَ اللَهِ فَاللَهُ أَكبَرُ

Maka janganlah engkau perdulikan celaan dan pujian manusia
Dan janganlah engkau takut kecuali kepada Allah, Dialah Allah Yang Maha Besar..

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Dr. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى

ref : https://bbg-alilmu.com/archives/8522

Hanya Di Surga

Hanya di surga cinta tanpa perpisahan..

Adapun di dunia, betapapun kuat tali cinta tersebut, maka pasti akan berpisah..

Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ

“Cintailah siapa yang engkau kehendaki, sungguh engkau akan berpisah dengannya..” (Silsilah al-Ahadits as-Shahihah no. 831)

Tidak ada kebahagiaan dan cinta yang sempurna kecuali hanya di surga..

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى.

Bagaimana Caranya Agar Hati Bisa IKHLAS Terus ..? Adakah Do’anya..?

Kupas Tuntas Tentang (KTT) DO’A. Simak penjelasan Ustadz DR. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى berikut ini :

(tunggu hingga audio player muncul dibawah iniIkuti terus channel : https://telegram.me/bbg_alilmu

Artikel terkait (KLIK Link dibawah ini) :
DAFTAR KOMPLIT Artikel Kupas Tuntas Tentang (KTT) DO’A…

Keselamatan Hakiki… Sudahkah Anda Meraihnya ?

يَقُولُ حَذَّاء اللَّفَاف: قَالَ رَجُلٌ لِحَاتِمٍ الْأَصَمِّ: مَا تَشْتَهِي؟، قَالَ: ” أَشْتَهِي عَافِيَةَ يَوْمٍ إِلَى اللَّيْلِ “، قُلْتُ لَهُ: أَلَيْسَتِ الْأَيَّامُ كُلُّهَا عَافِيَةً؟، قَالَ: ” إِنَّ عَافِيَةَ يَوْمِي أَنْ لَا أَعْصِي اللهَ فِيهِ “

Hadzdzaa’ Al-Laffaaf berkata : Ada seseorang berkata kepada Haatim Al-Ashom, “Apa yang engkau hasratkan..?”. Ia menjawab, “Aku berhasrat keselamatan hari ini hingga malam hari nanti..” Akupun berkata kepada Hatim, “Bukankah seluruh hari-harimu keselamatan..?”, Haatim berkata, “Sesungguhnya keselamatan hariku adalah hari dimana aku sama sekali tidak bermaksiat kepada Allah pada hari tersebut..” (Atsar diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman no 6858)

Tiada hari tanpa kemaksiatan..
mata bermaksiat..
lisan bermaksiat..
hati bermaksiat..

sungguh indah jika kita bisa melalui hari-hari tanpa kemaksiatan..
sungguh kemaksiatan akan menghilangkan keselamatan dan mendatangkan bencana di dunia dan akhirat..

Siapa diantara kita yang merasa aman dan selamat dari adzab akhirat jika hari-hari kita isi dengan kemaksiatan..? sementara Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam takut kepada adzab akhirat jika beliau bermaksiat..??

إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

“Sesungguhnya jika aku bermaksiat kepada Tuhanku, sungguh aku takut akan siksa hari yang besar (kiamat)..” (QS Yuunus : 15)

قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku bermaksiat kepada Tuhanku..” (QS Al-An’aam : 15)

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى

2210141354

Larangan Mencukur Bagi Yang Hendak Berkurban

عن أم سلمة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال * إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِي الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ

Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anhaa bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Jika kalian melihat hilal bulan Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih (kurban) maka hendaknya dia tidak memotong rambut dan kukunya..” (HR Muslim no 1977)

Dalam riwayat yang lain :

فَلاَ يَمُسُّ مِنْ شَعْرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئًا

“Janganlah ia menyentuh rambut dan bulu-bulunya (rambut badannya) sedikitpun..”

(HR Muslim no 1977, lihat penjelasan perbedaan antara sya’ar dan basyr dalam Aunul Ma’buud 7/349)

Dalam riwayat yang lain :

مَنْ كَانَ لَهُ ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أَهَلَّ هِلاَلُ ذِي الْحِجَّةِ فَلاَ يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّيَ

“Barang siapa yang memiliki hewan sembelihan yang akan ia sembelih maka jika telah nampak hilal bulan Dzulhijjah maka janganlah ia memotong rambutnya dan kukunya sedikitpun hingga ia menyembelih..”

(HR Muslim no 1977)

Faedah-Faedah Hadits:

PERTAMA :  Jika telah masuk malam 1 dzulhijjah (yaitu dengan nampaknya hilal) maka sejak malam tersebut (semenjak terbenamnya matahari) tidak boleh bagi seseorang yang hendak berkurban untuk memotong kukunya atau memangkas rambutnya, demikian juga rambut-rambut yang lain atau bulu-bulu yang lain.

KEDUA : Larangan ini berlaku hingga ia menyembelih sembelihannya. Jika ternyata ia hendak menyembelih lebih dari 1 sembelihan, maka ia boleh memotong rambut, bulu, dan kukunya setelah ia memotong hewan yang pertama, meskipun masih ada sembelihan yang lain yang belum dipotong.

KETIGA : Dzohir dari hadits ini bahwasanya larangan memotong dan mencukur tersebut hukumnya adalah haram dan bukan makruh, meskipun ada perselisihan para ulama dalam hal ini. Dan yang lebih kuat adalah hukumnya haram, karena asal dalam larangan adalah haram hingga datang dalil yang memalingkannya menjadi makruh.
Barang siapa yang sengaja memotong kuku atau mencukur rambut dan bulu, maka hendaknya ia beristighfar dan tidak perlu membayar fidyah, dan tidak mempengaruhi tentang keutamaan hewan sembelihan kurbannya.

KEEMPAT : Larangan memotong dan mencukur ini hanya berlaku bagi orang yang hendak menyembelih hewan kurban, tidak berlaku bagi orang lain yang ia wakilkan untuk membelikan atau untuk menyembelih hewan kurbannya. Demikian pula tidak berlaku bagi orang-orang yang ingin ia ikut sertakan mendapatkan pahala sembelihan kurbannya.

KELIMA : Barang siapa yang di awal Dzulhijjah tidak berniat ingin menyembelih hewan kurban lalu beberapa hari berikutnya iapun berniat maka ia dilarang untuk memotong kuku dan mencukur rambut dan bulu semenjak ia memasang niatnya tersebut.

KEENAM : Barang siapa yang butuh untuk memotong kukunya (misalnya karena kukunya pecah, sehingga ia terganggu atau tersakiti), atau butuh untuk mencukur rambutnya (misalnya karena ingin berobat dengan berbekam di kepalanya) maka tidak mengapa untuk melakukannya. Karena kondisi orang yang hendak berkorban tidaklah lebih agung dan lebih mulia dari pada kondisi seseorang yang sedang ihram (muhrim). Jika seorang muhrim boleh mencukur rambutnya jika ia memerlukannya maka demikian pula boleh bagi seseorang yang ingin berkorban. Hanya saja seorang yang muhrim jika mencukur rambutnya maka wajib baginya untuk membayar fidyah, adapun bagi orang yang ingin berkorban maka tidak perlu membayar fidyah.

KETUJUH : Tidak mengapa bagi seorang yang hendak berkorban untuk mencuci rambutnya, yang dilarang adalah mencukur rambutnya atau bulu-bulunya.

KEDELAPAN : Barang siapa yang ingin berkorban lalu bertekad untuk melaksanakan haji atau umroh maka hendaknya ia tidak memotong kuku dan tidak mencukur bulu-bulu tatkala hendak ihram, karena memotong kuku dan mencukur bulu-bulu hukumnya sunnah sehingga lebih didahulukan larangan mencukur bulu dan memotong kuku.

Adapun jika ia setelah umroh dan hendak bertahallul maka tidak mengapa ia mencukur rambutnya karena mencukur rambut –menurut pendapat yang rajih/kuat- termasuk salah satu manasik umroh. Demikian pula halnya seseorang yang setelah melempar jumroh ‘Aqobah maka boleh baginya untuk mencukur rambutnya –meskipun hewan sembelihan kurbannya belum dipotong-.

(Faedah-Faedah di atas diringkas dari kitab Ahaadiits ‘Asyr Dzilhijjah karya Abdullah Fauzaan, hal 8-10)

Ditulis oleh,
Ustadz Dr. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT BULAN DZULHIJJAH
Serba-Serbi DZULHIJAH – Kumpulan Artikel Terkait Ibadah Di Bulan Dzulhijjah

Ref : https://firanda.com/index.php/artikel/fiqh/316-larangan-mencukur-bagi-yang-hendak-berkurban