Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, MA, حفظه الله تعالى
Kira kira demikian bunyi himbauan yang disampaikan oleh Khalifah Umar bin Al Khatthab radhiallahu ‘anhu pada masa kekhilafahan beliau.
Mungkin anda keheranan, ada apa gerangan seorang khalifah melarang masyarakatnya dari memakan telor? Mungkinkah perekonomian pada zaman beliau begitu susah, sampai sampai telor menjadi barang mewah, yang mahal harganya? Atau mungkinkah telor hukumnya haram?
Sama sekali tidak demikian sobatku! Di zaman khalifah Umar bin Al Khatthab, kemakmuran benar benar telah tercapai. Betapa tidak, perbendaharan Persia dan Romawi telah dikuasai oleh pasukan Khalifah Umar bin Al Khatthab, dan dibelanjakan untuk ummat Islam. Dan memakan telor halal, tanpa ada perselisihan sedikitpun dari para ulama’ tentang kehalalannya.
Bila demikian, apa gerangan alasan beliau melarang kaum muslimin dari mengkonsumsi telor? Anda penasaran? Temukan jawabannya pada ucapan beliau sendiri berikut ini:
ولا تأكلوا البيض ، فإنما البيضة لقمة ، فإذا تركت صارت دجاجة ثمن درهم
“Janganlah kalian mengkonsumsi telor, karena telor itu akan habis dengan sekali suap. Namun bila engkau tetaskan, maka akan berubah menjadi seekor ayam yang nilai jualnya sebesar satu dirham.” (Ibnu Abi Ad Dunya dll)
Cermatilah sobat, bagaimana seorang kholifah yang sedang berada pada puncak kejayaannya memiliki kepekaan akan pentingnya perilaku ekonomi yang cerdas . Mengembangkan sumber daya alam, dan menjadi pelaku ekonomi (konsumen dan produsen) yang bijak.
Andai ummat Islam mengilhami dan kemudian mengamalkan petuah ekonomi yang disampaikan oleh Kholifah Umar bin Al Khatthab di atas, niscaya -dengan izin Allah- kemakmuran terwujud.
Namun sayang, ummat Islam saat ini kurang pandai dalam mengelola sumber daya alamnya, sehingga berbagai pkekayaan alam kita punah. Budaya konsumtif yang merusak terus dikembangkan, pukat harimau, dinamit, racun, strum dan lainnya telah terbukti memusnahkan banyak sumber daya alam kita. Sebagaimana budaya konsumsi yang kurang bijak terus dikembangkan, sehingga ada tren: sate BALIBUL (baru lima bulan), berbelanja hanya karena merek, dan tren bukan karena kebutuhan dan masih banyak lagi perilaku ekonomi yang tidak islamy.
Semoga Allah Ta’ala kembali membangkitkan syari’at Islam dalam jiwa jiwa ummat Islam, sehingga kejayaan Islam segera terwujud di negri ummat Islam. Amiin