Simak penjelasan Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى berikut ini :
Dari Kajian Renungan Takbir, 10 April 2016 di Masjid Al Kautsar, Polda Metro Jaya, Jakarta.
Hal 38 dari Buku Renungan Takbir :
“..Adapun tambahan-tambahan yang diada-adakan oleh banyak kaum muslimin di zaman ini, maka semua itu tidak ada asalnya dan diada-adakan, Al Hafidz Ibnu Hajar, rohimahullah, berkata :
“Telah diada-adakan di zaman ini tambahan melebihi itu sesuatu yang tidak ada asalnya..” (Fathul Baari 2/462)
Diantara tambahan yang diadakan di zaman ini adalah :
“Ini adalah dua dzikir yang dijadikan satu, yang pertama sampai: …bukrotawa ashiila, adalah do’a Istiftah, dan yang kedua: dari Laa ilaa illallahu wahdahu… dan seterusnya adalah dzikir yang dibaca oleh Nabi Shollallahu ‘alayhi wa sallam di Bukit Shofa dan Marwah ketika Sa’i, namun dua dzikir ini dijadikan satu dan dibaca pada saat dua hari raya..”
In adalah penempatan Dzikir yang bukan pada tempatnya, dan tidak pernah diucapkan oleh Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wa sallam, tidak pula para sahabat, tidak juga Tabi’in dan para Ulama setelahnya. Kalaulah itu baik, tentu mereka telah lebih dahulu melakukannya…”