Ust. Kholid Syamhudi, حفظه الله
• Hikmah Fajar
Seorang dikatakan telah sabar menerima musibah apabila telah melakukan hal-hal berikut,
1. Tidak ada dihatinya perasaan buruk sangka kepada Allah dan takdirnya.
2. Amalannya tidak melakukan perbuatan yang dilarang Allah.
3. Lisannya tidak mencela Allah, takdirnya atau masa, bahkan lisannya mengucapkan, ‘Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un’ sebagaimana dalam ayat diatas.
Akan lebih baik lagi bila ditambah dengan doa yang diajarkan Rasululah kepada kita dalam hadits Ummu Salamah,
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
“Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang tertimpa musibah lalu menyatakan apa yang Allah perintahkan, ‘Innaa lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un Allahumma’ Jurni fi mushibatie wa Akhlif li Khairan minha.’ Kecuali Allah gantikan baginya yang lebih baik.” (HR. Muslim).
Mudah-mudahan kita dapat mendapatkan tingkatan tertinggi dari tingkatan sabar dan paling tidak kita masih ditetapkan sebagai orang yang sabar.
Selamat berlatih sabar.