All posts by BBG Al Ilmu

Keharmonisan Rumah Tangga

Ust. Ferry Nasution, حفظه الله

Keharmonisan Rumah Tangga yang sebenarnya bukanlah sekedar keharmonisan diantara suami-istri dan anak-anak saja, akan tetapi keharmonisan yang haqiqi ialah keharmonisan antara diri mereka (anggota keluarga) dengan syariat ALLAH artinya keharmonisan yang dibimbing diatas alqur’an dan sunnah serta diwujudkan dengan pengamalannya dalam kehidupaan berumah tangga mereka.

Inilah keharmonisan yang menjadi idaman kehidupan seorang muslim dan muslimah.

– – – – – •(*)•- – – – –

Kerusakan Ummatku

Ust. Badru Salam LC, حفظه الله تعالى

عقبة بن عامر الجهني قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : هلاك أمتي في الكتاب واللبن قالوا يا رسول الله ما الكتاب واللبن قال يتعلمون القرآن فيتأولونه على غير ما انزل الله عز و جل ويحبون اللبن فيدعون الجماعات والجمع ويبدون

Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir Al Juhaniy berkata,
“Saya mendengar Rasulullahi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Kehancuran umatku di karenakan Al Kitab dan susu.”
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullaah ada apa dengan Al Kitab dan susu?” beliau menjawab, “Mereka mempelajari Al Qur’an lalu menta`wil-nya dengan sesuatu yang tidak di turunkan oleh Allaah ‘azza wa jalla. Dan mereka memerah susu, lalu mereka meninggalkan shalat jama’ah dan jum’at, karena pergi ke desa (untuk memerah susu).”
(Musnad Ahmad 4/155 No. 17451, Musnad Abu Ya’la 3/285 No. 1746, Al Ma’rifah wat Taariikh Al Fasawiy 2/293).

Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata: Sanadnya Hasan, dan dihasankan juga oleh Syaikh Al Bani dalam As Silsilah Ash Shahiihah 6/277 No. 2778.

Padahal al qur’an adalah hidayah..
Namun menjadi kebinasaan ketika difahami sembarangan..

Padahal susu adalah berkah..
Namun menjadi kebinasaan ketika menjadikan kita lalai dari ketaatan..

Ya Allah.. Jadikan Al Qur’an sebagai hidayah bagi kami..

Luruskan pemahaman kami..
dan jangan Engkau lalaikan hati kami karena sibuk mengejar dunia..
Amin..

– – – – – •(*)•- – – – –

Embun Pagi

Oleh Ust. Badrusalam LC, حفظه الله
Setiap pagi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca Subhanallah wa bihamdihi 100x..

Ucapan yang agung.. Menggugurkan dosa walaupun sebanyak buih di lautan..

Subhanallah dan alhamdulillah memenuhi apa yang ada di langit dan di bumi..

Sebelum beliau wafat..Beliau diperintahkan oleh Allah..Untuk memperbanyak ucapan:
Subhanallah wabihamdih astaghfirullah wa atuubu ilaihi..

suatu pagi..Shofiyyah bintu Huyaiyy berdzikir kepada kepada Allah..Semenjak shubuh sampai siang..

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya..Aku membaca kalimat yang lebih baik dari yang kamu baca dari pagi sampai siang..Yaitu: Subhanallahi Wabihamdihi ‘Adada Kholqihi
Waridlaa Nafsihi
Wa Zinata ‘Arsyihi
Wa Midaada Kalimaatihi..

– – – – – •(*)•- – – – –

Perbaiki Keluarga

www.klikUK.com

Syeikh Ibnu Badies al-Jazairi berkata:
…Demikianlah wajib bagi seseorang untuk memulai dalam bimbingan dan dakwahnya kepada orang terdekatnya kemudian yang setelah mereka secara bertahap.
 
Setiap kita ketika melaksanakan tugas membimbing keluarganya dan orang terdekat dengannya maka tidak lama akan kita lihat kebaikan telah tersebar di masyarakat seluruhnya. Karena dari keluarga (rumah tangga) akan tersusun masyarakat. 

Ketika setiap kita memperhatikan keluarganya maka umat akan mencapai ketinggian dengan ketinggian yang dicapai para keluarga tersebut, seperti naiknya sesuai karena naiknya elemen-elemennya. Sehingga orang yang memperhatikan keluarganya otomatis telah memperhatikan umatnya. 

Ketika dia berniat dengan berkhidmat kepada keluarganya untuk berkhidmat kepada umat, maka dia mendapatkan pahala berkhidmat kepada semuanya; keluarganya dengan amalan dan umatnya dengan niat tersebut. Atau untuk keluarganya secara langsung dan umatnya secara tidak langsung. Ini semua termasuk yang dibalas pahala secara syariat.
 

Sumber: Majalah al-Ishlah al-Jazair edis 1 tahun 2007 hlm 66.

http://m.klikuk.com/perbaiki-keluarga/
– – – – – •(*)•- – – – –

Pemilu Telah Selesai…

Ust. Firanda, حفظه الله

Harapan kepada para ikhwan kembali lagi pada kesibukan semula (berdakwah dan lain-lain), pemilu sudah cukup menguras waktu dan energi dan ketegangan…

Kita hanya tunggu taqdir Allah tentang negeri ini, semoga tetap yang terbaik bagi kaum muslimin, semoga Allah memberi ganjaran bagi semuanya yang telah berusaha dan berijtihad semaksimal mungkin, baik yang nyoblos maupun yang golput…

Maafkanlah saudara-saudaramu yang mencelamu..tidaklah mereka mencela kecuali karena cinta kepada agama…

Adapun antum tidak perlu mencela dan tidak perlu membalas, cukuplah Allah yang tahu niat baik antum…

Ana sengaja meng off kan tulisan kemarin (tentang memilih) agar tidak berlanjut lagi, mungkin akan ada tulisan lagi menjelang pemilihan presiden…

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sikap sebagian teman-teman, diantaranya :

* alhamdulillah masih banyak yang faham fikih ikhtilaf

* masih banyak yang berhusnudzon kepada para ulama dan para penuntut ilmu

* masih banyak yang tidak memaksakan pendapat dan menyatakan bodoh/jahil/hizbi bagi yang berselisih dengannya

* masih banyak yang tetap bisa menahan mulutnya sehingga tidak menjatuhkan dan mencela saudaranya apalagi melupakan kebaikan-kebaikan saudaranya hanya karena sesuatu yang dinilai sebagai suatu kesalahan.

Toh semuanya (memilih, golput, mencela, mendukung, dll) semuanya akan bertanggung jawab masing-masing dihadapan Allah.

Mari rapatkan barisan, kembali berdakwah seperti biasa…

Baarokallahu fiikum

 Ditulis oleh Ustadz Firanda Andirja MA حفظه الله تعالى

Kita Beda, Namun Tak Mesti Saling Bermusuhan

Ust. M Abduh Tuasikal, حفظه الله

Berselisih pendapat dalam masalah ijtihadiyah adalah suatu hal yang wajar. Karena barangkali ada pemahaman dalil yang berbeda atau beda dalam hal ijtihad.

Namun seyogyanya perbedaan tersebut tidak mengantarkan pada sikap saling bermusuhan dan saling menghujat. Setiap muslim tetaplah bersikap bijak, mengedepankan akhlak mulia dan berkata yang santun.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah berkata,

وَأَمَّا الِاخْتِلَافُ فِي ” الْأَحْكَامِ ” فَأَكْثَرُ مِنْ أَنْ يَنْضَبِطَ وَلَوْ كَانَ كُلَّمَا اخْتَلَفَ مُسْلِمَانِ فِي شَيْءٍ تَهَاجَرَا لَمْ يَبْقَ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ عِصْمَةٌ وَلَا أُخُوَّةٌ وَلَقَدْ كَانَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا سَيِّدَا الْمُسْلِمِينَ يَتَنَازَعَانِ فِي أَشْيَاءَ لَا يَقْصِدَانِ إلَّا الْخَيْرَ

“Adapun perselisihan dalam masalah hukum maka jumlahnya tak berbilang. Seandainya setiap dua orang muslim yang berselisih pendapat dalam suatu masalah harus saling bermusuhan, maka tidak akan ada persaudaraan pada setiap muslim. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan Umar radhiyallahu ‘anhu saja -dua orang yang paling mulia setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berdua berbeda pendapat dalam beberapa masalah, tetapi yang diharap hanyalah kebaikan.” (Majmu’ Al Fatawa, 24: 173)

Kembali Ibnu Taimiyah melanjutkan:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada para sahabatnya,

لَا يُصَلِّيَن أَحَدٌ الْعَصْرَ إلَّا فِي بَنِي قُرَيْظَةَ

“Janganlah seorang pun shalat melainkan jika sudah sampai di Bani Quraizhah.”

Di antara mereka ada yang sudah mendapati waktu Ashar di jalan, namun mereka berkata, “Janganlah shalat kecuali sudah mencapai Bani Quraizhah.” Hingga akhirnya mereka pun luput (telat) melakukan shalat ‘Ashar.

Sedangkan lainnya berkata, “Kita tidak boleh mengakhirkan shalat ‘Ashar.” Akhirnya mereka pun melaksanakan shalat ‘Ashar di jalan (pada waktunya). Namun tidak ada seorang pun di antara dua kelompok yang berbeda tersebut saling mencela. Hadits ini disebutkan dalam shahihain dari hadits Ibnu ‘Umar.

Hal di atas berkaitan dengan masalah hukum (fikih). Oleh karenanya, jika ada masalah selama bukan suatu yang krusial dalam hal ushul (pokok agama), maka diserupakan seperti itu pula. (Majmu’ Al Fatawa, 24: 173-174)

Sungguh mengagumkan apa yang
dikatakan oleh ulama besar semacam Imam Syafi’i kepada Yunus Ash Shadafiy -nama kunyahnya Abu Musa-. Imam Syafi’i berkata padanya,

يَا أَبَا مُوْسَى، أَلاَ يَسْتَقِيْمُ أَنْ نَكُوْنَ إِخْوَانًا وَإِنْ لَمْ نَتَّفِقْ فِيْ مَسْأَلَةٍ

“Wahai Abu Musa, bukankah kita tetap bersaudara (bersahabat) meskipun kita tidak bersepakat dalam suatu masalah?” (Siyar A’lamin Nubala’, 10: 16).

Setelah membawakan perkataan Imam Asy Syafi’i di atas, Imam Adz Dzahabi berkata, “Hal ini menunjukkan kecerdasan dan kepahaman Imam Syafi’i walau mereka -para ulama- terus ada beda pendapat.” (Idem, 10: 17).

Semoga sajian kali ini bermanfaat dan semakin menyatukan hati kita yang berselisih dalam hal ijtihadiyah. Moga bisa saling menghargai dan tetap menjaga persaudaraan.

Referensi:

* Siyar A’laamin Nubala’, Imam Adz Dzahabi, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-11, tahun 1422 H, jilid ke-10.

* Majmu’atul Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, terbitan Darul Wafa’ dan Dar Ibnu Hazm, cetakan ke-4, tahun 1432 H, jilid ke-12.

Antara Orang Cerdas Dan Orang Yang Telat Cerdas

Ust. M Arifin Badri, حفظه الله

Sobat, nenek moyang kita menggambarkan orang yang cerdas nan sigap dengan pepatah: ” sedia payung sebelum hujan”.

Sungguh benar, betapa Antisipasi yang tepat pada waktu yang tepat dalam setiap masalah benar benar mencerminkan kercerdikan.

Beda dengan orang yang hanya bisa membeo dan mengekor, biasanya mereka bertindak disaat semuanya telah terlanjur, sehingga tidak dapat dihindari lagi.

Setelah hujan turun, atau mulai rintik rintik, mereka baru kalang kabut mencari payung atau minimal mencari tempat berteduh. Untung bila berhasil mendapatkan payung,namun bila tidak, tentu saja mereka menjadi basah kuyup.

Petuah nenek moyang di atas sejatinya juga telah diajarkan oleh para ulama’ terdahulu. Dalam referensi fiqih fiqih klasik telah ditemukan kaedah :
سد الذريعة

Anjuran Menutup segala celah terjadinya kerusakan sebelum kerusakan tersebut benar benar menjadi kenyataan.

Sebagai contoh kongkritnya, wanita dianjurkan menutup auratnya dengan rapi, walaupun belum ada lelaki hidung belang yang bermata jelalatan. Karena bila telah terlanjur berada dihadapan lelaki hidung belang sedangkan anda baru menyadari pentingnya jilbab yang benar, maka sering kali kurang berguna, paling kurang anda perlu perjuangan keras untuk menyelamatkan diri dari gangguan dan ulahnya.

Para orang tua diperintahkan untuk menjaga anak gadisnya agar tidak berduaan/ pacaran dengan lelaki yang belum halal baginya, walaupun belum ada hasrat untuk berzina, bahkan belum saling kenal.

Karena bila terlanjur saling kenal, saling cinta apalagi ada indikasi telah berkobar hasrat untuk berzina ( mabok cinta) maka walaupun anak gadis itu dipingit oleh orang tuanya, ia akan kabur dari rumah demi menemui lelaki hidung belang pujaan hatinya dan menyerahkan kehormatan dirinya.

Anda diharamkan untuk berjudi karena judi berpotensi menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara ummat manusia.

Namun betapa terlambatnya diri anda bila menyadari bahaya judi dan baru mencari cara untuk meninggalkannya setelah api permusuhan dan kebencian mulai terpercik, dan menyengat kulit anda.

Demikian seterusnya dalam banyak masalah, kaedah di atas berlaku. Karena itu sobat, jadilah orang cerdas dan bukan orang yang telat cerdas,karena orang yang telat cerdas sering kali menjadi korban dan susah untuk menghindari ancaman.

Orang yang telat cerdas biasanya baru menyadari adanya ancaman dan terbuka mata setelah ancaman benar benar berada di depan mata bahkan mulai merasakan percikan api petakanya.

 Ditulis oleh Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri حفظه الله تعالى

┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈

Meninggalkan Sholat Karena Sibuk Dengan Dunia

Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, حفظه الله

Biasanya yang meninggalkan shalat itu disebabkan sibuk dengan harta, kerajaan, kekuasaan dan sibuk berdagang. Jika keadaannya demikian, maka ia akan dikumpulkan bersama Qorun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Kholaf.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan tentang shalat pada suatu hari di mana beliau bersabda,

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ

“Siapa yang menjaga shalat, maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan kelak. Nantinya di hari kiamat, ia akan dikumpulkan bersama Qorun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Kholaf.” (HR. Ahmad 2: 169. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Disebutkan empat orang di atas karena mereka adalah para pembesar orang kafir.

Ada faedah yang mengagumkan dari hadits di atas. Orang yang meninggalkan shalat biasa sibuk dengan harta, kerajaan, kekuasaan, dan berdagang.

Siapa yang sibuk dengan harta sehingga melalaikan shalatnya, maka ia akan dikumpulkan bersama Qorun.

Siapa yang sibuk dengan kerajaannya sehingga melalaikan shalatnya, maka ia akan dikumpulkan bersama Fir’aun.

Siapa yang sibuk dengan kekuasaan sehingga melalaikan shalat, maka ia akan dikumpulkan bersama Haman (menterinya Fir’aun).

Siapa yang sibuk dengan berdagang sehingga melalaikan shalat, maka ia akan dikumpulkan bersama Ubay bin Kholaf.

Semoga Allah memperbaiki iman kita dan terus memudahkan kita menjaga shalat lima waktu.

Referensi:
Ash Shalah wa Hukmu Tarikiha, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar Al Imam Ahmad, cetakan pertama, tahun 1426 H, hal. 37-38.

– – – – – •(*)•- – – – –

Persatuan

Ust. Rochmad Supriyadi, حفظه الله

Tidak diragukan lagi bahwa kaidah ajaran Islam terbesar, pondasi yang sangat mendasar, adalah menjaga hati dan menjalin persatuan diatas kebenaran, berpegang di atas jamaah, serta memperbaiki hubungan diantara sesama seakidah.

Dikarenakan perkara tersebut mendatangkan maslahat yang amat besar, berpahala melimpah, dan keutamaan yang banyak. Sebalik nya perpecahan, perselisihan, akan mendatangkan keburukan dan petaka serta menggugurkan banyak hukum-hukum.

Allah berfirman ,” Dan berpegang teguhlah kaliyan di atas tali Allah dan. janganlah berpecah belah “. QS Ali-Imron 103.

Allah berfirman,” Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan diantara sesama kaliyan “. QS Al-Anfal 1

Kandungan makna ayat mulia diatas terkadang tidak terfikirkan kebanyakan para manusia yang berusaha memecah keutuhan kalimat dan para provokator yang tidak memiliki kecenderungan untuk tegak nya keutuhan.

Para ulama islam sepakat akan menjaga utuh nya kalimat dan berusaha menguatkan asas ini.

Diantara teladan dari para ulama’ sebagai berikut contoh nya ;

– Dikisahkan di banyak riwayat ungkapan para ulama’,” Marilah kita memohon kepada Allah agar disatukan hati-hati kami dan kalian, dan memperbaiki hubungan diantara kita semua, serta menunjuki kita kepada jalan yang selamat, dan mengentaskan kita dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran, dan tujuan terbesar kita adalah memperbaiki hubungan diantara kita serta melembutkan hati-hati kita.

– – – – – •(*)•- – – – –

Zhann – Prasangka

Ust. Fuad Hamzah Baraba’, Lc حفظه الله تعالى

Rasulullah pernah bersabda,
 
”إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث”

”Jauhilah olehmu berprasangka, karena prasangka adalah perkataan yang paling dusta.”
(Muttafaqun ‘alaihi).

Sufyan ats-Tsauri -rahimahullah- pernah mengatakan: “Prasangka (zhann) ada dua macam: Yang berdosa dan tidak berdosa.

Prasangka yang berdosa yaitu ketika seseorang memiliki dugaan kemudian ia mengucapkannya.

Sedangkan yang tidak berdosa yaitu ketika seseorang mempunyai dugaan namun ia tidak mengungkapkannya.

– – – – – •(*)•- – – – –