(Ust Syafiq R Basalamah)
Tidak ada satu sekte sesat di muka bumi ini, yang menisbatkan dirinya kpd islam, kecuali mereka memiliki dalil
Tidak ada satu bid’ah dari bid’ah yang dilakukan melainkan pelakunya mempunyai dalil, dari dhahir-dhahir ayat Al Qur’an atau sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Tatkala syi’ah mengajak kpd imamnya yg dua belas, mengkafirkan para shahabat Nabi & istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menghalalkan mut’ah, merekapun mempersembahkan dalil – dalil kpd ummat
Tatkala ahmadiyah menyatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi setelah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka merekapun mendatangkan dalil-dalilnya
Tatkala liberal, menyatakan Al Qur’an perlu direvisi, Al Qur’an yang ada sudah tidak sesuai dengan masa kini, homoseks diperbolehkan, pornoaksi & pornografi halal, maka merekapun tidak omong kosong, mereka mendatangkan dalil-dalilnya dari Al Qur’an & sunnah yang menguatkan pemahaman mereka
Tatkala sekelompok shufi, dengan berbagai bid’ah mrk, bahkan sampai ada yang menyatakan Allah dapat menyatu dengan mahluknya, mereka juga menuliskan dalil-dalilnya dlm lembaran-lembaran buku yang banyak
Terus apakah dengan mendatangkan dalil-dalil tersebut, mereka dapat melegalkan ajaran mereka, karena mereka bersandar kepada dalil-dalil dari Al Qur’an & sunnah ??
Kalau seperti itu, akan dibawa kemana umat ini, kalau ternyata semuanya memiliki dalil…
Bahkan orientalis yang mengatakan islam adalah agama bangsa arab, hadits bikinan para ulama’ dll, merekapun juga mendatangkan dalil dari Al Qur’an & sunnah
Imam Syatibi berkata,”Oleh karena itu, tidaklah kamu mendapati salah satu sekte dari sekte-sekte sesat atau tidak satu orangpun yang menyelisihi pendapatmu dalam hukum-hukum, baik itu furu’iah atau yang prinsipil, yang tidak mampu untuk berdalil atas kebenaran mazhabnya dengan dhohir-dhohir dalil…
Bahkan kami mendapati orang-orang fasik yang berdalil dalam perkara-2 kefasikan dengan dalil-dalil yang ia sandarkan kepada syariat yg suci…
Bahkan orang-orang nashrani menguatkan ajaran mereka dengan Al Qur’an…
Oleh karena itu selazimnya bagi yang mengkaji suatu dalil syar’i untuk memperhatikan pemahaman orang-2 pertama (para sahabat) & pengamalan mereka dengan dalil itu, karena itu lebih layak untuk menepati kebenaran & lebih lurus dalam berilmu & beramal”.
(Al Muwafaqat 3/288-289).
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah memberikan solusi tapi kadang berat hati ini utk mengikutinya, karena sebagian hidup di lingkungan yang sudah turun-temurun meyakini hal itu..
atau karena termakan tulisan2 yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, disamping ilmu agama yang minim.
Apa solusi itu…?
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Maka sungguh, siapa yang hidup di antara kalian akan menyaksikan perselisihan yang banyak, maka wajib hendaklah kalian mengikuti sunnahku & sunnah Al-Khulafa yg mendapat bimbingan & petunjuk, pegang eratlah sunnah itu & gigitlah dengan geraham-geraham kalian.”
(HR. Abu Dawud no. 4607 & At-Tirmidzi no. 2676)
Maka demi kejayaan islam
Demi persaudaraan islam
Saatnya kita kembali kepada sunnah
Dlm urusan agama, cukuplah kita mengamalkan apa yang mereka amalkan. Yang tidak, ya tidak perlu dibahas tidak perlu dibikin ruwet
Kita terus meniti jalan mereka, sampai kita berjumpa dengan Allah
Insya Allah kita akan dihimpun bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam & para sahabatnya
آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ