{Nasihat Ust Maududi Lc}
Gantungkan hatimu kepada Allah…
Gantungkan pandanganmu kepada rahmat Allah…
Gantungkan cita-cita mu disurga Allah…
Niscaya engkau akan merasakan kenikmatan yang tiada tara…
– – – – – •(*)•- – – – –
{Nasihat Ust Maududi Lc}
Gantungkan hatimu kepada Allah…
Gantungkan pandanganmu kepada rahmat Allah…
Gantungkan cita-cita mu disurga Allah…
Niscaya engkau akan merasakan kenikmatan yang tiada tara…
– – – – – •(*)•- – – – –
Ust. Abu Riyadl, حفظه الله
Mungkin langsung anda katakan sekian dan sekian, dg hitungan penanggalan masehi.. Padahal kalo dihitung dg penanggalan hijriyah pastinya anda lebih tua dari umur yg terhitung di akte kelahiran
Pernakah anda mendengar hadits berikut tentang kisaran umur? Dan ini tentunya dihitung dg tanggal hijriyah
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM , beliau bersabda:
“Umur umatku adalah antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit dari mereka yang melebihi itu” ini adalah hadits yang shahih, dikeluarkan oleh Imam at-Turmudzy (3550), Ibn Majah (4236), Ibn Hibban (II:96), al-Hakim (II:427). Sanadnya dinilai Hasan oleh al-Hafizh Ibn Hajar di dalam kitabnya Fathul Baary (XI:244) dan dinilai shahih oleh al-Hakim berdasarkan persyaratan Muslim. Penilaian ini disetujui Imam adz-Dzahaby. Hadits ini juga memiliki Syahid (riwayat pendukung) dari hadits Anas seperti itu juga, hanya saja di situ sabda beliau SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM berbunyi,
“Sedikit dari mereka yang mencapai usia 80 tahun.” Dikeluarkan oleh Abu Ya’la (jLD 5: 283) dan dinilai Shahih oleh Syaikh al-Albany di dalam kitabnya as-Silsilah as-Shahihah (757).
Semoga semakin dekatnya kita kpd ajal akan membuat diri kita semakin takut untuk berbuat maksiat..
آمــين اَللّهُمَّ آمــين
بَارَكَ اللَّهُ فِيْك
Ditulis oleh Ustadz Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc حفظه الله تعالى
– – – – – •(*)•- – – – –
Ust. Ferry Nasution, حفظه الله
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Tutur kata yang baik (kpd saudaramu) termasuk shodaqoh.” (bukhary:2989)
Dlm riwayat yg lain Nabi bersabda:
“Jangan sekali-sekali engkau meremehkan perkara kebaikan, meskipun engkau hanya berwajah ceria ketika engkau berjumpa saudaramu”
(Muslim 2626) dibab: disukai menampakkan wajah yg ceria ketika berjumpa.
Syaikh utsaimin Rahimahullah didalam kitab “syarh riyadhussholihin :2/380” menjelaskan:
“Sepatutnya bagi seseorang apabila berjumpa dgn saudaranya, ia menunjukkan wajah yang ceria & baiknya tutur kata kepadanya. Yg demikian ini merupakan akhlak Nabi. Yg demikian ini tidaklah mengurangi kedudukan seseorang bahkan dgn akhlak yg demikian angkat mengangkat derajatnya, diberikan ganjaran oleh ALLAH, telah mengikuti sunnah, krn Nabi apabila berjumpa menunjukkan perasaan senang & tersenyum padanya.
Perhatikan wahai saudara-saudariku begitu indahnya & sangat tingginya akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Utk itu TIDAK sepatutnya bagi seorang muslim/muslimah terutama bagi kawan-kawan yg sdh mempelajari/mendalami da’wah yg haq ini, berlaku kasar kpd saudaranya, menampakkan kebencian yg sgt padanya dll. Apalagi saat engkau menegurnya dgn cara yg kasar kpd mereka disaat mereka baru mengenal/ menerima da’wah yg haq ini. Sehingga dgn sebab perbuatan kasarmu kpd mereka, membuat mereka lari & membuat mereka benci terhadap dakwah yg haq ini dgn sebab akhlak antum/antunna yg kurang baik padanya.
Saudara-saudariku yg saya muliakan, harus antum & antunna ketahui: da’wah ini, ya’ni mengembalikan manusia utk mentauhidkan ALLAH & menghidupkan sunnah-sunnah Nabi, memiliki banyak tantangan yg sgt berat & sgt sulit bagi mereka utk menerimanya & janganlah engkau beratkan lagi mereka dgn akhlakmu yg kasar kepadanya.
Smg ini semua, memberikan pelajaran yang baik utk kita semua & smg ALLAH menyatukan kita diatas islam & sunnah
Ahmad Ferry Nasution
Ust. Badrusalam, حفظه الله
Umar bin Al Khathab menulis surat kepada Abu Musa:
“Perintahkan para karib kerabat itu untuk saling berkunjung, dan jangan saling bertetanggaan.”(Al ‘Aqdul Fariid 2/164).
Kata orang..Saudara itu kalau jauh sewangi bunga..Tapi kalau berdekatan sebau tinja..bisa jadi benar..karena..Hubungan kekerabatan amat rawan retak..Mudah putus..Kecuali orang yang dirahmati oleh Allah..
– – – – – •(*)•- – – – –
Hakikat taubat sebagaimana yang telah ditegaskan Imam Raghib Al-Ashfahani rahimahullah adalah
1. Meninggalkan dosa karena keburukannya.
2. Menyesali dosa yang telah dilakukan.
3. Bertekad kuat untuk tidak mengulanginya.
4. Berusaha melakukan apa yang bisa menjadi penggantinya (kebaikan).
Jika keempat hal itu terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna. (Mufradat al fadil al qur’an, al-Asfahani, hal.169)
Semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan kaum muslimin.
Muslim.or.idHakikat taubat
Ust. M Arifin Badri, حفظه الله
Biasanya anda berlari karena mengejar sesuatu agar tidak menjauh. Sebagaimana biasanya sesuatu bila ditinggal atau diabaikan akan hilang, sehingga anda kawatir setiap kali ketinggalan sesuatu.
Namun anehnya selama ini anda berlari mengejar rejeki, padahal untuk urusan rejeki, ia tidak pernah lari. Sebaliknya, anda menjadi gundah, lagi panik bila menyadari ada dari sebagian harta anda yang ketinggalan di suatu tempat karena anda kawatir kehilangan.
Sobat! ketahuilah sikap semacam ini sejatinya adalah kesalahan besar yang selama ini melilit diri anda.
Percayalah bahwa rejeki anda tidak akan pergi menjauh sehingga tidak ada perlu anda berlari tunggang langgang mengejarnya.
Sebaliknya rejeki anda juga tidak akan hilang dipungut orang walaupun telah ketinggalan di suatu tempat.
Cukuplah anda berusaha sewajarnya yaitu dengan tetap mengindahkan batasan dan hukum syari’at, niscaya seluruh rejeki anda pasti berhasil anda dapatkan dan nikmati.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إن الروح الأمين نفث فى روعى أنها لا تموت نفس حتى تستوفى رزقها فأجملوا فى الطلب
Sejatinya Malaikat Jibril (Ruhul Qudus) membisikkan ke dalam jiwaku bahwa tiada seorang jiwapun yang meninggal dunia hingga ia benar-benar telah
mengenyam jatah rizkinya, karena itu tempuh jalan-jalan yang baik dalam mencari rizki. (Ibnu Aii Syaibah, Al Baihaqy dan lainnya).
percayalah sobat! niscaya anda bahagia.
¤ Nasehat ustadz DR. Muhammad Arifin Baderi ¤
Ust. Badrusalam, حفظه الله
Dua hari yang lalu Fulan baru saja kehilangan barang. Ponsel seharga puluhan juta rupiah itu raib saat ia tiduran di masjid. Tiba-tiba Fulan melihat Alan sedang asyik bermain ponsel yang mirip dengan ponselnya yg hilang.
Fulan langsung mendekati Alan. Diperhatikannya ponsel Alan dengan seksama. Ternyata, ponsel itu memiliki ciri yang persis dengan ponsel Fulan yang hilang. Fulan yakin itu adalah ponselnya.
Emosi Fulan langsung meluap. Fulan merebut ponsel dari tangan Alan. Alan tidak terima ponselnya direbut Fulan. Keributan terjadi. Fulan menuduh si Alan mencuri. Alan mengelak. Ia mengaku telah membeli ponsel itu dari temannya yang dua bulan lalu datang dari luar negeri.
Fulan tidak punya saksi. Tapi Alan pun juga tidak punya bukti kwitansi.
Keduanya sepakat mencari penengah sebagai Qodhi untuk menghakimi. Dan ternyata, keduanya mendatangi Anda.
Lantas, Apa yang akan Anda lakukan ?
Simak penjelasan Ust Abu Yahya Badrusalam ,Lc.
http://m.salamdakwah.com/videos-detail/seri-arbain-annawawiyah—hadits-33.html
Ust. Badrusalam, حفظه الله
Sholat tahajjud supaya karirnya dilancarkan. Puasa senin kamis agar lulus ujian. Rutin sholat dhuha untuk penglaris dagangan. Rajin berdzikir berharap bertambahnya kekayaan. Padahal itu semua adalah amal ibadah yang seharusnya dilakukan untuk mengharap pahala dari sisi Allah taala.
Orang yang beribadah dengan tujuan dunia berarti dia menyamakan kehidupan akhirat yang Allah janjikan sama nilainya dengan dunia yang dia harapkan. Padahal tidak pantas menyamakan dunia dengan akherat.
Tidakkah dia tahu, seandainya dunia itu bernilai disisi Allah meskipun hanya seberat satu sayap nyamuk, tentulah orang-orang kafir tidak akan Allah beri minum walapun hanya seteguk. Tidakkah dia tahu, Rosulullah pernah mengambarkan bahwa dunia itu hina seperti bangkai kambing yang cacat telinganya. Bahkan, Rosulullah pernah menggambarkan dunia itu seperti kotoran manusia. Pantaskah dia mengharapkan yang hina dan meninggalkan yang mulia ? Bagaimana dgn kita?
Simak penjelasan Ust Abu Yahya Badrusalam,Lc. Klik http://m.salamdakwah.com/videos-detail/keikhlasan-1.html#Mengapa Anda Pilih Yang Hina?#
– – – – – •(*)•- – – – –
Ust Firanda Andirja, MA -hafizhahullah-
Jika menjadi dokter beresiko…, maka demikian juga menjadi da’i/ustadz maka lebih sangat beresiko. Jika sang dokter salah memberi resep bisa semakin memperparah derita pasien atau bahkan menyebabkannya meninggal…
Maka demikian juga jika ustadz salah memberi fatwa… tergesa-gesa… tidak menganalisa terlebih dahulu… maka bisa menyesatkan di dunia dan di akhirat menyebabkan penderitaan di akhirat.
Maka sungguh wajar jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang para ustadz yang demikian :
فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Mereka ditanya, lalu mereka berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan” (HR Al-Bukhari no 100 dan Muslim no 2673)
Maka jika masyarakat marah tatkala melihat dokter yang materialistis (padahal dokter bekerja mencari penghasilan…) apalagi sampai salah memberi resep…
Maka masyarakat lebih utama untuk marah kepada ustadz yang
materialistis (yang memasang tarif, apalagi tarif yang tinggi…!!!), apalagi sampai berfatwa menyesatkan umat atau membela firqoh sesat…!!
Tentunya seorang dai/ustadz yang telah berusaha dan berijtihad lantas salah dalam fatwanya, maka ustadz seperti seharusnya dimaafkan oleh masyarakat.
Maka demikian pula seorang dokter yang sudah berusaha menganalisa penyakit, bahkan mungkin bermusyawarah dengan para dokter yang lain, kemudian ternyata salah memberi resep atau salah mengambil tindakan, maka dokter ini bukan hanya dimaafkan akan tetapi juga dihargai atas usahanya, sebagaimana ustadz yang salah berfatwa namun dibangun diatas ijtihad dan usaha, maka ia mendapatkan satu pahala.
Jika Ustadz tidak ada yang maksum, maka terlebih lagi dokter tidak ada yang analisanya selalu tepat dan benar !!!, Apalagi kesembuhan hanya dari Allah…sebagaimana hidayah hanya milikNya…
– – – – – •(*)•- – – – –
Ust. Badrusalam, حفظه الله
قال الحسن البصري رحمه الله : ” تفقدوا الحلاوة في ثلاثة أشياء : في الصلاة وفي الذكر ، وفي قراءة القرآن ، فإن وجدتم .. وإلا فاعلموا أن الباب مغلق ” ..
Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata:”Carilah kelezatan pada tiga: pada sholat, dzikir dan membaca alqur’an.” Jika kalian menemukan kelezatan padanya (maka itu kebaikan). Jika tidak, berarti pintu masih tertutup. ” (Hilyah auliya 4/318).
– – – – – •(*)•- – – – –