Sepuluh Tanda Matinya Hati

Abu Nu‘aim al-Ashfahani rohimahullah menyebutkan dalam kitab al-Hilyah, bahwa Ibrahim bin Adham (Abu Ishaq) rohimahullah -salah seorang tabi‘in- pernah melewati sebuah pasar di kota Bashrah, maka sebagian manusia bertanya kepadanya,

Wahai Abu Ishaq, bukankah Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman,

﴿وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِیۤ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ﴾ [غافر ٦٠]

“Dan Robb kalian berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagi kalian..” [QS. Ghofiir : 60]

Sedangkan kami, kami sudah berdo’a kepada Allah namun belum juga dikabulkan.

Maka beliau (Abu Ishaq) menjawab, “Hal demikian terjadi karena hati kalian telah mati, (yang dapat diketahui) dengan sepuluh perkara, yaitu :

1. Kalian mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun kalian tidak menunaikan hak-Nya.

2. Kalian membaca Alqur’an, namun kalian tidak mengamalkan kandungannya.

3. Kalian mengakui cinta kepada Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, namun kalian tinggalkan sunnahnya.

4. Kalian mengatakan bahwa syaithan adalah musuh, namun kalian malah mengikutinya.

5. Kalian mengatakan rindu dengan Surga, namun kalian meninggalkan jalan (amal sholeh) untuk menggapainya.

6. Kalian mengatakan takut dengan neraka, namun kalian tidak lari darinya.

7. Kalian mengatakan, bahwa kematian adalah sebuah kepastian, namun kalian tidak mempersiapkan diri untuk menyambutnya.

8. Kalian lebih suka disibukkan dengan aib orang lain dan melupakan aib kalian sendiri.

9. Kalian telah merasakan nikmat Allah, namun kalian tidak menunaikan rasa syukur kepada-Nya.

10. Kalian telah menguburkan orang-orang yang telah wafat, namun kalian tidak mengambil pelajaran darinya.

Maka bagaimanakah do’a kalian akan dikabulkan..?!

(Hilyatul Auliyaa’ – 8/15)

Tanda Zuhud Terhadap Dunia Dan Manusia

Al Fudhail bin Iyadh rohimahullah berkata,

“Tanda Zuhud terhadap dunia dan manusia adalah tidak menyukai pujian mereka dan tidak peduli dengan ejekan mereka..”

(Hilyatul Auliya’ – 8/90)

Zuhud adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat untuk akherat..

Pujian manusia tidak ada manfaatnya untuk akherat kita..
Bahkan seringkali memberikan mudhorot..

Demikian pula celaan manusia tidak membahayakan akherat kita..
Bahkan dapat menguntungkan..
Kecuali bila kita baper dan membalas dendam dengan yang lebih..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Selalu Memuji Allah Dan Istighfar Kepada-Nya

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

“Siapa yang selalu memuji Allah maka kebaikan akan selalu mengikutinya .. dan siapa yang selalu ber-istighfar maka akan terbuka semua yang terkunci..”

(Addaa wad Dawaa hal 180)

Memuji Allah dalam setiap keadaan menunjukkan keyakinan yang kuat bahwa Allah terpuji pada setiap perbuatan-Nya..
Sehingga menimbulkan sifat ridho terhadap ketentuan yang getir kepadanya..

Dan selalu memohon ampunan menunjukkan pengakuan dirinya yang banyak dosa dan kesalahan..

Sehingga kesulitan menjadi rahmat untuknya..
Karena ia merasa bahwa itu semua akibat dosa dosanya..

Dan ia yakin bahwa kesulitan itu menggugurkan dosa dosanya dan mengangkat derajatnya..

Ia yakin kesulitan itu untuk kebaikan dirinya agar memiliki jiwa yang kuat dan tabah..
Maka iapun senantiasa memuji Allah ‘Azza wajalla..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Tiga Golongan Penghafal Alqur’an

Al Hasan al-Bashri rohimahullah berkata,

Penghafal Alqur’an itu ada tiga golongan :

PERTAMA : orang yang membawa barang dagangan lalu membawanya dari kota ke kota untuk mendapatkan apa yang dimiliki orang.

KEDUA : orang yang menghafal huruf-huruf Alqur’an dan melalaikan hukum-hukumnya, kemudian digunakan untuk mendukung para penguasa dan mencela anak negerinya. Penghafal Alqur’an semacam ini juga banyak dan semoga Allah tidak memperbanyak mereka lagi.

KETIGA : ada orang yang membaca Alqur’an lalu meletakkan obatnya pada penyakit hatinya, begadang malam, kedua matanya bercucuran air mata, berhias khusyuk, berpakaian ketenangan dan merasakan kesedihan. Demi Allah, penghafal Alqur’an semacam ini sangat sedikit. Karena merekalah Allah menyiramkan hujan, menurunkan pertolongan, dan mengusir bencana.

(al-Tad al-Farid – 2/89)

Jiwa Yang Baik

Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata,

“Jiwa yang baik itu merasa lezat saat memberi maaf dan berbuat ihsan .. sedangkan jiwa yang buruk merasa senang dengan berbuat keburukan dan kezholiman..”

(Majmu’ Fatawaa 1/560)

Karena jiwa yang baik selalu menginginkan kebaikan dan merasa senang dengannya..

Sedangkan jiwa yang buruk merasa senang dengan keburukan dan perbuatan zholim..

Ya Allah jadikanlah hati kami menyukai keimanan dan hiaskanlah iman di hati hati kami..

Dan jadikan hati kami membenci kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan..

Dan jadikan kami orang orang yang mengikuti jalan yang lurus..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

EMPAT TONGGAK KUFUR

1. Sombong yang mencegahnya patuh kepada Allah

2. Hasad yang mencegahnya dari menerima nasehat

3. Marah yang membuatnya tidak bersikap adil

4. Syahwat yang menghalanginya dari bersungguh sungguh dalam ibadah

Apabila hancur kesombongan maka akan mudah untuk tunduk dan patuh kepada Allah..

Apabila hancur hasad dan dengki maka akan mudah menerima nasehat..

Apabila hancur kemarahan maka akan mudah untuk bersikap adil dan tawadhu..

Dan apabila hancur syahwat maka akan mudah untuknya bersabar dalam ibadah..

Dan merobohkan empat tonggak ini lebih sulit dari merobohkan gunung terlebih apabila telah berakar di hati..

Kita memohon kepada Allah keselamatan..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Kunci Sukses Dalam Pergaulan

Syaikh al-Utsaimin rohimahullah berkata,

Saat berinteraksi dengan manusia maka ingatlah selalu firman Allah, “Allah mencintai orang yang berbuat ihsan..” agar engkau berbuat ihsan kepada mereka sesuai dengan kemampuanmu.

(Syarh Riyadhush Sholihin 2/14)

Berbuat ihsan (baik) adalah kunci sukses dalam bermu’amalah dengan manusia..

Sifat mukmin adalah selalu ingin berbuat baik kepada manusia..
Bukan menjadi beban untuk manusia..
Walaupun ia susah..
Ia tetap tak ingin merepotkan orang lain..

Ia hanya meminta kepada Allah sambil berusaha..
Ia yakin bahwa Allah tak mungkin menyia nyiakan hamba yang bertawakal kepada-Nya..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Bersemangat Mendapatkan Pahala Menyebarkan Ilmu Agama

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rohimahullah mengatakan,

وصيتي لنفسي واياكم الحرص علي نشر العلم بين الناس، ولا تحقروا شيئا ،فاذا علمت إنسانا مسألة واحدة وعمل بها، ثم عملها ءاخر و ءاخر وءاخر فكل ما يحصل من اجر بالعمل الذي انت دللت الناس عليه،فلك مثله.

Wasiatku untuk kalian ialah bersemangat dalam menyebarkan ilmu agama di tengah-tengah manusia, dan janganlah kalian menganggap remeh urusan tersebut sedikitpun.

Karena ketika engkau mengajarkan sebuah permasalahan (ilmu) kepada seseorang, lalu orang tersebut mengamalkannya, dan diamalkan oleh orang lain, orang lain dan orang lain, maka setiap pahala yang didapatkan dari amalan yang engkau ajarkan manusia kepadanya, maka engkau juga akan mendapatkan pahala seperti yang mereka dapatkan.

(Liqaa al-Baab al-Maftuuh vol. 86)

Agar Nikmat Tidak Berubah Menjadi Malapetaka

Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata,

“Seorang hamba senantiasa berada antara nikmat Allah yang harus disyukuri dan dosa yang membutuhkan istighfar..”

(Majmu’ Fatawaa 10/88)

Karena setiap insan pasti selalu berada dalam nikmat Allah..

Banyak nikmat yang ternyata digunakan bukan untuk ketaatan..
Bahkan untuk dosa dan keburukan..

Maka ia selalu membutuhkan taubat dan istighfar..
Agar nikmat nikmat tersebut tidak berubah menjadi malapetaka..

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ (١١٢)

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat..” (Qs. An-Nahl ayat 112)

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Tiga Akhlak Tercela

Umar bin Abdil Aziz rohimahumallah berkata,

Sungguh beruntung orang yang terhindar dari sifat :
– suka berdebat,
– temperamen, dan
– rakus.

(Hilyatul Auliya’ – 5/290)

Suka berdebat adalah akhlak yang dicela oleh syari’at..
Karena dapat mengeraskan hati dan menutup pintu amal..
Menimbulkan ujub dengan kelebihan..

Demikian pula sifat tempramen atau mudah marah..
Menunjukkan akan kurang akal dan ketakwaan..

Terlebih bila disertai dengan sifat tamak dan rakus terhadap dunia..
Maka semakin merusak keimanan..

Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Menebar Cahaya Sunnah