Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata,
“Seorang hamba senantiasa berada antara nikmat Allah yang harus disyukuri dan dosa yang membutuhkan istighfar..”
(Majmu’ Fatawaa 10/88)
Karena setiap insan pasti selalu berada dalam nikmat Allah..
Banyak nikmat yang ternyata digunakan bukan untuk ketaatan..
Bahkan untuk dosa dan keburukan..
Maka ia selalu membutuhkan taubat dan istighfar..
Agar nikmat nikmat tersebut tidak berubah menjadi malapetaka..
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ (١١٢)
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat..” (Qs. An-Nahl ayat 112)
Penulis,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى