Category Archives: Mutiara Salaf

SELINGAN – Ketika Suami Hendak Mendo’akan Temannya

~ TERJEMAHAN BEBAS ~

Syaikh Prof. Dr. Abdurrozzaq Al Badr hafizhohullah menceritakan suatu kejadian,

Ada seorang suami sedang duduk bersama istrinya, lalu sang suami teringat akan temannya yang ditinggal mati istrinya.

Maka sang suami berkata, ‘aku akan memohon kepada Allah agar memberikan dia rezeki seorang istri, aku akan berdo’a..’

Tiba tiba Istrinya berkata, ‘jangan..’

Sang suami berkata, ‘lho kenapa..?! aku khan berdo’a yang baik agar Allah memberikan dia seorang istri pengganti yang sholihah..’

Istrinya berkata, ‘pokoknya jangan pernah engkau berdo’a seperti itu .. karena nanti malaikat akan berkata ‘walaka bi mitslin..’ (semoga engkau mendapatkan yang sama).

Sang istri rupanya teringat akan hadits ~ dimana Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akan adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia mendo’akan kebaikan untuk saudaranya, maka Malaikat tersebut berkata ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan..’ (HR. Muslim)

Istighfar Para Pendusta

Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan hafizhohullahu ta‘ala berkata,

وأما الذي يقول: أستغفرُ الله  بلسانه وهو مقيمٌ على  المعاصي بأفعاله فهو كذابٌ لا ينفعُهُ الإستغفار.

Adapun seorang yang mengatakan dengan lisannya, “Aku mohon ampunan kepada Allah..”, namun terus berbuat kemaksiatan, maka dia adalah pendusta, ucapan istighfarnya tidak memberikan manfaat. Fudhail bin Iyadh rohimahullahu ta’ala berkata:

استغفارٌ بِلاَ إقلاعٍ توبةُ الكذابينَ

Ucapan istighfar tanpa diiringi dengan meninggalkan dosa merupakan taubatnya para pembohong.

Dan ada juga yang menyebutkan,

استغفارُنا يحتاجُ إلى استغفارٍ

Ucapan istighfar kita butuh kepada istighfar.

يعني أنَّ منِ استغفرَ ولم يترُكِ المعصية فاستغفارهُ ذنبٌ يحتاجُ إلى استغفار فلننظر في حقيقةِ استغفارنا لئلاَّ نكونَ من الكذابينَ الذين يستغفرونَ بألسنتهم وهم مقيمونَ على معاصيهم.

Maknanya, bahwa seorang yang mengucapkan istighfar namun tidak meninggalkan perbuatan dosa, maka ucapan istighfarnya itu sebagai sebuah dosa yang butuh kepada istighfar yang lain.

Maka hendaklah kita memperhatikan bagaimana bentuk dari istighfar kita, agar kita tidak menjadi para pendusta, yang mengucapkan kalimat istighfar dengan lisannya, namun mereka tetap saja melakukan perbuatan kemaksiatan.

( Al-Khuthab Al-Mimbariyyah fil Munasabat Al-Ashriyyah -1/hal. 226 )

Jangan Tinggalkan Sholat Sunnah Witir

Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahullah berkata,

والوتر أقله ركعة واحدة، لا تستغرق ربع الساعة، أو ربما تستغرق خمس دقائق من بين أربع وعشرين ساعة، مع تأكده. فكيف يتركه الإنسان؟ هذا لا يكون إلا رجلا متهاونا.

Sholat witir minimalnya satu roka’at, tidak menghabiskan waktu seperempat jam, atau mungkin hanya 5 menit dari 24 jam. Padahal sholat witir merupakan perkara yang sangat ditekankan.

Maka bagaimana seseorang meninggalkannya..?! Hal ini tidak dilakukan kecuali oleh orang yang meremehkannya.

( Syarh al-Ushul min Ilmil Ushul, hal. 52 )

ARTIKEL TERKAIT

  1. Nasehat Tentang Sholat Tahajjud dan Witir
  2. Tentang DUA Bentuk Witir 3 Roka’at – Manakah Yang Lebih Utama..?
  3. Beda Antara Posisi Duduk Di Roka’at Akhir Sholat Witir Yang SATU Roka’at Dan Yang TIGA (2+1) Roka’at

Pengaruh Yang Luar Biasa

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,

Kata ini (Laa haula walaa quwwata illaa billah) memiliki pengaruh yang ajaib dalam :

– menghadapi situasi sulit agar tahan banting,
– tatkala menemui para penguasa dan orang-orang yang ditakuti,
– menghadapi keadaan pelik, dan juga
– mempunyai pengaruh yang menakjubkan dalam menghindari kefaqiran.

( Al Wabilus Shoib hal.77 )

Nasehatilah Aku

Harim bin Hayyan pernah berkata kepada Uwais Al Qorni rohimahullah, ‘nasehatilah aku..’ maka beliau menjawab,

تَوَسَّدِ الْمَوْتَ إِذَا نِمْتَ، وَاجْعَلْهُ نَصْبَ عَيْنَيْكَ، وَإِذَا قُمْتَ فَادْعُ اللّٰهَ أَنْ يُصْلِحَ لَكَ قَلْبَكَ وَنِيَّتَكَ، فَلَنْ تُعَالِجَ شَيْئَا أَشَدُّ عَلَيْكَ مِنْهُمَا، بَيْنَا قَلْبُكَ مَعَكَ وَنِيَّتُكَ إِذَا هُوَ مُدْبِرٌ، وَبَيْنَا هُوَ مُدْبِرٌ إِذَا ه‍ُوَ مُقْبِلٌ، وَلَا تَنْظُرْ فِيْ صِغَرِ الْخَطِيْئَةِ، وَلَكِنِ انْْظُرْ إِلَى عَظَمَةِ مَنْ عَصَيْتَ

– Jadikanlah kematian sebagai bantalmu saat engkau tidur, dan jadikan ia di pelupuk matamu.

– Jika engkau bangun, berdo’alah kepada Allah untuk memperbaiki hati dan niatmu. Engkau tidak akan pernah mampu mengobati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati hati dan niat.

Adakalanya hatimu bersamamu tetapi niatmu berpaling darimu, dan adakalanya hatimu berpaling namun niatmu datang menghampiri.

– Janganlah engkau melihat pada kecilnya dosa tetapi lihatlah kepada keagungan Dzat yang engkau maksiati.

( Shifat Ash-Shofwah – 111/55 )

Ucapan Bila Melihat Hal Yang Menakjubkan

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rohimahullah berkata,

● Jika seseorang melihat sesuatu yang menakjubkan pada hartanya, hendaknya ia mengucapkan,

ما شاء الله لا قوة إلا بالله .

MAASYA ALLAH LAA QUWWATA ILLAA BILLAH | Ini adalah kehendak Allah, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah..”

Seperti kisah pemilik dua kebun (dalam surat Al-Kahfi 39) ketika berkata kepada sahabatnya,

“Duhai seandainya tatkala kamu masuk kebunmu kamu mengatakan,

ما شاء اللهُ لا قوَّة إلاَّ بالله

Maasya Allah laa quwwata illaa billah | Sungguh atas kehendak Allah semua itu terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah..”

Ini diucapkan ketika melihat sesuatu (yang menakjubkan) dalam hartanya.

● Jika melihat sesuatu yang menakjubkan pada harta orang lain hendaknya ia mengucapkan,

بارك الله عليه

BAAROKALLAHU ‘ALAYHI | Semoga Allah memberkahi atasnya..”

● Jika ia melihat sesuatu yang menakjubkan dari perkara dunia, hendaknya mengucapkan,

لبيك إن العيش عيش الآخرة

LABBAYKA INNAL ‘AISYA ‘AISYUL AAKHIROH | Saya penuhi panggilan-Mu, sesungguhnya tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat..”

Sebagaimana dahulu Nabi shollallahu ‘alayhi wasallam mengucapkan,

لبيك

“labbayka | Kami penuhi panggilan-Mu..” lalu beliau mengucapkan,

إن العيش عيش الآخرة

“Innal ‘aisya ‘aisyul aakhiroh | Sesunguhnya tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat..” (HR. Al Bukhari no. 2834)

Agar bisa menentramkan jiwanya bahwasanya dunia ini bagaimanapun (indahnya) ia pasti akan sirna. Tidak ada kehidupan (hakiki) padanya. Sesungguhnya kehidupan hakiki hanyalah di akhirat.

( Fatawa Nur ala Ad-Darbi 623 )

Jangan Membenci Orang Yang Mengingatkan Kekeliruanmu

Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisi rohimahullahu ta’ala berkata,

Adalah Salafush-sholih itu, mereka sangat mencintai orang-orang yang mengingatkan kepada mereka atas dosa dan keburukan yang mereka kerjakan.

Sedangkan kita saat ini pada umumnya, manusia yang paling kita benci adalah seseorang yang memberi tahu kepada kita aib dan dosa yang kita kerjakan..!

Ini adalah pertanda lemahnya iman..!
Karena akhlak yang buruk -dan dosa- itu seperti kalajengking..!

Kalaulah ada seseorang yang memberi tahu kepada kita bahwa dibalik pakaian kita ada seekor kalajengking, niscaya akan kita beri kepadanya sanjungan (atas perhatiannya kepada kita) dan akan segera kita bunuh hewan tersebut.

Padahal akhlak yang jelek -dan dosa- itu lebih berbahaya daripada kalajengking..! sebagaimana (bahaya dosa itu sendiri) tidak lagi tersembunyi lagi bagi kita.

( Mukhtashor Minhajil Qoshidin 196 )

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

قَــالَ بن قدامة المقدسي – رحمه الله -:

« وقد كان السلف يحبون من يُنبههم على عيوبهم، ونحن الآن في الغالب أبغض الناس إلينا من يعرفنا عيوبنا.

←وهذا دليل على ضعف الإيمان، فإن الأخلاق السيئة كالعقارب، لو أن منبهاً نبهنا على أن تحت ثوبِ أحدنا عقربــاً لتقلدنــا له منة، واشتغلنا بقتلها، والأخلاق الرديئة أعظم ضرراً من العقــرب على ما لا يخــفى “

[مختصر منهاج القاصدين(ص196)]

Sifat Orang Yang Bahagia Dan Orang Yang Celaka

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

والله سبحانه وصف أهل السعادة بالإحسان مع الخوف، ووصف الأشقياء بالإساءة مع الأمن .
‏ومن تأمل أحوال الصحابة رضي الله عنهم وجدهم في غاية العمل مع غاية الخوف .
‏ونحن جمعنا بين التقصير – بل التفريط – والأمن !

Allah mensifati orang yang bahagia sebagai orang yang selalu berbuat ihsan disertai rasa takut.

Dan mensifati orang yang celaka sebagai orang yang berbuat buruk disertai rasa aman.

Siapapun yang memperhatikan keadaan para shahabat akan mendapati bahwa mereka berada pada puncak amal disertai rasa takut.

Sedangkan kita mengumpulkan sikap meremehkan dengan merasa aman.

(Addaa Waddawaa 1/91)

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Saudara Yang Sebenarnya

Al-Imam Ibnu Hibban rohimahullah berkata,

والإخوان يُعرفون عند الحوائج؛ لأن كل الناس في الرخاء أصدقاء، وشرُّ الإخوان الخاذل لإخوانه عند الشدة والحاجة.

Saudara yang sebenarnya diketahui pada saat dia memiliki banyak kebutuhan (tuntutan masalah). Sebab, semua orang menjadi teman ketika dalam keadaan senang.

Seburuk-buruk saudara adalah yang menelantarkan saudaranya ketika dia sedang kesusahan dan membutuhkan.

( Roudhotul Uqola’ – hlm. 221 )

Jangan Balas Kenikmatan Dengan Keburukan

Al-Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

فإن الكريم لا يعامل بالإساءة من أحسن إليه. وإنما يفعل هذا لئام الناس. فليمنعه مشهد إحسان الله ونعمته عن معصيته حياء منه أن يكون خير الله وإنعامه نازلا إليه، ومخالفاته ومعاصيه وقبائحه صاعدة إلى ربه. فملك ينزل بهذا وملك يعرج بهذا، فأقبح بها من مقابلة!

Sesungguhnya, orang yang mulia tidak akan membalas Dzat yang telah berbuat baik kepadanya dengan keburukan. Yang melakukan hal itu hanyalah seburuk-buruk manusia.

Oleh sebab itu, merenungi kebaikan dan nikmat Allah akan menghalanginya untuk bermaksiat kepada-Nya. Dia malu jika kebaikan dan nikmat Allah turun kepadanya, namun di saat yang sama pelanggaran, kemaksiatan, dan keburukannya naik ke hadapan Robbnya.

Renungkanlah :
– malaikat turun kepadanya dengan membawa nikmat-nikmat untuknya, lalu
– malaikat lain naik dengan membawa dosa-dosanya

Betapa buruknya balasan yang dia berikan (kepada Robb-Nya).

(‘Uddatush Shobirin, hlm 102 )