Dari Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhu, Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya.
– Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allah tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya.
– Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak.
– Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna.
– Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allah menuliskannya sebagai satu kesalahan.
(HR. al-Bukhari no. 6491)
======
● Imam Nawawi rohimahullah mengatakan,
Wahai saudaraku .. semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua.
Lihatlah betapa sempurna kelemahlembutan Allah ‘Azza wa Jalla..! Renungilah untaian kalimat-kalimat ini.
– Sabda beliau : عِنْدَهُ (di sisi-Nya) mengisyaratkan perhatian Allah terhadap amalan hamba.
– Kata : كَامِلَةً (kaamilah/sempurna) berfungsi sebagai penegas dan menunjukkan perhatian Allah yang besar terhadapnya.
Kemudian beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang keburukan yang diniatkan oleh seorang hamba namun ditinggalkannya : كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً (Maka Allah ‘Azza wa Jalla mencatatnya sebagai satu kebaikan sempurna). Beliau menguatnya dengan kata “kaamilah” (sempurna).
Sedangkan jika ia tetap melakukan keburukan itu, maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan. Di sini, kecilnya balasan dikuatkan dengan kata “waahidah” (satu) bukan dengan kata “kaamilah”.
(Kitaabul Arba’în an-Nawawiyyah hlm. 106)