Adz-Dzahaby rohimahullahu Ta’ala berkata,
Tertawa ringan dan tersenyum lebih utama. Adapun sebagian orang-orang yang berilmu yang meninggalkannya maka hal itu terbagi menjadi dua :
Pertama: menjadi sesuatu yang utama apabila ia meninggalkannya karena menjaga adab, takut kepada Allah, dan sedih terhadap keadaan dirinya.
Kedua: tercela bagi yang meninggalkannya karena ia orang yang pemarah, sombong dan dibuat-buat.
Namun orang yang banyak tertawa ia akan diremehkan oleh manusia .. dan tidak diragukan lagi bahwa tertawa pada pemuda lebih ringan urusannya dan lebih dimaklumi dibandingkan pada orang yang sudah tua.
Adapun tersenyum dan berwajah ceria maka jelas lebih mulia dibandingkan itu semua. Karena Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
تَبَسُّمُكَ فِيْ وَجْهِ أَخِيْكَ صَدَقَةٌ.
“Senyumanmu di hadapan saudaramu merupakan shodaqoh..” (Shohih Al-Adab Al-Mufrod no. 353)
Jarir (bin Abdillah Al-Bajaly) rodhiyallahu ‘anhu berkata: “Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah melihat diriku kecuali beliau selalu tersenyum..” (Al-Bukhari no. 6089 dan Muslim no. 2475)
Inilah akhlak Islam .. jadi yang paling utama adalah orang yang banyak menangis di malam hari, namun banyak tersenyum di siang hari.
Tinggal di sini ada sedikit yang perlu diperhatikan :
– bagi siapa yang terlalu banyak tertawa dan tersenyum, hendaknya ia menguranginya dan mencela dirinya agar manusia tidak muak kepadanya.
– sedangkan bagi yang suka cemberut dan bermuka masam, hendaknya ia tersenyum, memperbaiki akhlaknya serta mencela dirinya atas keburukan akhlaknya.
Segala sesuatu yang menyimpang dari sikap pertengahan maka hal itu tercela. Dan jiwa membutuhkan perjuangan dan latihan.
(Siyar A’lamin Nubalaa’ – 10/140-141)