Category Archives: Mutiara Salaf

Jangan Jadikan Dzikir Sebagai Nada Dering Hp

Syaikh Sholeh al-Fauzan hafizhohullah berkata,

الذكر لا يجعل نغمة للجوال، الذكر: قرآن أو حديث أو تكبير أو أذان، لا يجعل نغمة الجوال، ولا يجعل منبهًا على المكالمة؛ لأن هذا فيه إهانة لذكر الله عز وجل

Kalimat dzikir tidak boleh dijadikan sebagai nada dering telepon genggam .. dan yang dimaksud dengan dzikir ialah :
– ayat-ayat Alqur’an,
– hadits-hadits Nabi shollallahu ‘alayhi wasallam,
– kalimat takbir, atau
– adzan,

semua ini tidak boleh dijadikan sebagai nada dering dan tidak boleh dijadikan sebagai nada tunggu panggilan telefon .. karena hal tersebut termasuk perbuatan merendahkan kalimat dzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla.

(Taujihat lil Jundil Muslim – halaman 23)

Diantara Bentuk Sikap Tawadhu

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

من أساء اليك ثم جاء ليعتذر

فإن التواضع يوجب عليك قبول معذرته

وتكِلّ سريرتهُ إلى الله تعالى

Siapa yang berbuat buruk kepadamu lalu kemudian ia datang meminta maaf, maka sikap tawadhu mengharuskanmu untuk :

– menerima permintaan maafnya, dan
– menyerahkan isi hatinya kepada Allah ta’ala.

(Tahdzibul Madarij 2 – 687)

Balasan Bagi Orang Yang Menjaga Ketaatan Kepada Allah Di Masa Mudanya

● Al Imam Ibnu Rojab rohimahullah berkata,

ومن حفظ الله في صباه وقوته حفظه الله في حال كبره وضعف قوته ومتعه بسمعه وبصره وحوله وقوته وعقله

Siapa saja yang menjaga (hukum-hukum) Allah di masa mudanya dan ketika fisiknya masih kuat, maka Allah pun menjaganya saat di masa tuanya dan ketika fisiknya telah lemah .. dan Allah akan memberikan kenikmatan di :
– pendengaran,
– penglihatan,
– kemampuan,
– kekuatan, dan
– juga akalnya.

(Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam I/186)

● Syaikh al-‘Utsaimin rohimahullah berkata,

وغالبا أن الإنسان الذي يمضي وقته بطاعة الله سبحانه وتعالى، إذا هرم تجده لا يهتم إلا بالطاعات

Dan pada umumnya seseorang yang telah menghabiskan waktunya dalam ketaatan kepada Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi, maka saat dia sudah berusia tua, engkau akan mendapatkan dia hanya peduli pada ketaatan.

(Tafsir Surat Yasin – 241)

Bersahabatlah Dengannya

Ibnu Rojab rohimahullah berkata,

“Bersahabatlah dengan yang akan menemanimu..

Demi Allah yang beristiwa di atas ‘Arsy, tidak ada yang akan menemanimu di kuburmu kecuali satu teman saja yaitu amal sholehmu..

Maka perbaikilah persahabatanmu dengannya di dunia .. niscaya ia akan menjadi teman baikmu di dalam kubur..”

(Latho-if Al Ma’arif – 99)


Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Meninggalkan Semua Perkara Yang Tidak Bermanfaat

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah ta’ala berkata,

قَد جَمَعَ النَّبِيَُ – ﷺ – الوَرَعَ كُلَّهُ فِي كَلِمَةٍ وَاحِدةٍ فَقَالَ،

Sungguh Nabi shollallahu ‘alayhi wasallam telah mengumpulkan seluruh sifat waro’ (kehati-hatian dalam setiap perkara) dalam satu kalimat. Beliau shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

« مِنْ حُسْنِ إسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ»

“Termasuk baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan perkara perkara yang tidak berguna baginya..”

فهذَا يَعُمُّ التَرَكَ لِمَا لَا يَعْنِي مِنَ: الكَلامِ، و النَّظرِ، و الإستمِاعِ، و البَطشِ، و المَشي، و الفِكر، و سَائِرَ الحَركَاتِ الظَاهِرَةِ و البَاطِنَةِ،
فَهذهِ الكَلِمَةُ كَافِيَّةٌ شَافِيَّةٌ فِي الوَرَعِ.

Maka ini mencakup untuk meninggalkan seluruh perkara yang tidak berguna baik dari :
– ucapan,
– pandangan,
– pendengaran,
– meraba dengan tangan,
– berjalan,
– berfikir, dan
– semua gerakan lahir dan batin lainnya.

Maka kalimat ini sangat cukup dalam mendefinisikan makna waro’.

(Madaarijus Saalikiin : 2/21)

Seorang Mukmin Diberkahi Di Mana Saja Dia Berada

Allah Ta’ala berfirman,

‏{ وجعلني مباركًا أين ما كنتُ } مريم : ٣١

“Dan Dia menjadikanku DIBERKAHI di mana saja aku berada..”

● Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah menjelaskan,

‏فهكذا المؤمن مباركٌ أينما حلَّ ،
‏والفاجر مشؤومٌ أينما حلَّ ..

Demikian pula mukmin, ia diberkahi di mana saja ia berada. Sedangkan orang fajir (buruk) membawa kesialan di mana saja ia berada.

(Al Wabil Ash Shoyyib hal. 177)

● Al Imam Ath Thobari rohimahullah berkata,

Sebagian ulama menafsir bahwa yang dimaksud diberkahi adalah memberi manfaat kepada manusia.

Pendapat lain mengatakan maksudnya adalah suka menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran.

Sebagian lagi mengatakan maksudnya adalah mengajarkan kebaikan.

(Tafsir Ath Thobari)

Diantara Keutamaan Berteman Dengan Orang Sholeh

Allah ‘azza wa jalla berfirman,

وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا

“Dan bersabarlah dirimu bersama orang yang menyeru Robbnya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas..” (Qs. Al Kahfi: 28)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy rohimahullah mengatakan,

Di dalam ayat ini terkandung perintah untuk berteman dengan orang yang baik, serta memaksa diri untuk berteman dan bergaul dengan mereka, meski mereka fakir. Sebab, berteman dengan mereka memiliki faedah yang tidak bisa dihitung.

(Tafsir As Sa’dy)

Dalam kesempatan lain, Syaikh As Sa’dy rohimahullah mengatakan,

Faedah minimal yang bisa engkau dapatkan dari teman duduk yang sholeh -dan ini bukan faedah yang ringan-, yaitu engkau :

– tidak melakukan kejelekan dan kemaksiatan dalam rangka menjaga pertemanan,

– berlomba dalam kebaikan, dan menjauhi kejelekan,

– dia akan menjagamu saat engkau ada maupun tidak (misal ketika di-ghibahi, pent.),

– kecintaan dan do’anya akan memberikan manfaat bagimu, saat engkau masih hidup atau sudah mati,

– dia pun akan membelamu disebabkan hubungannya denganmu dan kecintaan kepadamu.

(Bahjatu Quluubil Abror)

Tiga Tanda Kebinasaan

Berkata Imam Muhammad bin Fadhl Al Balkhi rohimahullah,

: ” علامة الشقاوة ثلاثة أشياء: يرزق العلم ويحرم العمل، ويرزق العمل ويحرم الإخلاص، ويرزق صحبة الصالحين ولا يحترم لهم1]“

Tanda-tanda kebinasaan itu ada 3 :

– diberikan rezeki ilmu tapi terhalang untuk beramal,

– diberikan rezeki untuk beramal tapi terhalang dari ikhlas, dan

– diberikan rezeki berteman dengan orang sholeh tapi tidak bisa memuliakan mereka.

(Mawa’idz Shoolihiin hal 386)


Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Diantara Tanda Sifat Munafik

Ubay bin Ka’ab rodhiyallahu ‘anhu berkata,

“Suatu hari Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam mengerjakan sholat shubuh, lantas beliau bersabda, “Apakah si Fulan ikut menghadiri sholat shubuh..?”

Para sahabat pun menjawab, “Tidak..” Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah si Fulan (yang lain) menghadiri sholat shubuh..?” Para sahabat menjawab, “Tidak..”

Lantas beliau shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya dua sholat ini (shubuh dan isya) adalah sholat yang paling berat bagi orang orang munafik. Andaikan mereka mengetahui pahala yang tersedia pada ke 2 sholat tersebut, niscaya mereka pun pasti mendatangi (tempat pelaksanaan) kedua sholat ini, walaupun dengan cara merangkak..”

(HR. Abu Dawud no. 554, an-Nasaa’i no. 843 dan Ahmad no. 21265)

● Ibrahim an-Nakho’i rohimahullah berkata,

“Cukuplah menjadi tanda sifat munafik, yaitu seorang lelaki yang bertetangga dengan masjid tetapi dia tidak pernah terlihat ada di dalam masjid tersebut (untuk menunaikan kewajiban sholat 5 waktu)..”

(Fathul Baari Libni Rojab IV/19)

Teruslah Berdo’a

Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إثْمٌ، وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ؛ إِلاَّ أَعْطَاهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَهَا. قَالُوا: إذًا نُكْثِرُ. قَالَ: اللهُ أَكْثَرُ

“Tidaklah seorang muslim berdo’a dengan sesuatu pun, selama (do’anya) tidak mengandung dosa atau memutus silaturrohiim, kecuali Alah akan memberinya salah satu dari tiga hal :

– disegerakan baginya pengabulan (do’a)nya,
– atau disimpan baginya di akhirat,
– atau dihindarkan darinya bencana atau keburukan yang semisal dengannya..”

(Ketika mendengar hadits ini) para sahabat bertanya, “Kalau demikian (yakni setiap orang yang berdo’a pasti akan mendapatkan salah satu dari tiga hal tersebut), kami akan memperbanyak do’a..”

Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam menjawab, “Sungguh, pengabulan Allah subhaanahu wa ta’ala lebih banyak dari do’a kalian..”

(HR. Ahmad no. 11133)

Hadits ini dinilai hasan shohiih oleh Syaikh al-Albani rohimahullah dalam Shohih at-Targhiib wa at-Tarhiib no. 1633

● Umar bin al-Khotthob rodhiyallahu ‘anhu berkata,

ﺇِﻧِّﻲ ﻻَ ﺃَﺣْﻤِﻞُ ﻫَﻢَّ اﻹِْﺟَﺎﺑَﺔِ، ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻫَﻢَّ اﻟﺪُّﻋَﺎءِ، ﻓَﺈِﺫَا ﺃُﻟْﻬِﻤْﺖُ اﻟﺪُّﻋَﺎءَ ﻓَﺈِﻥَّ اﻹِْﺟَﺎﺑَﺔَ ﻣَﻌَﻪُ

“Sungguh, aku tidak terlalu merisaukan apakah do’aku dikabulkan atau tidak (karena pasti dikabulkan). Akan tetapi, yang aku kawatirkan, apakah aku mendapatkan taufik dari Allah subhaanahu wa ta’ala untuk berdo’a ataukah tidak.

Sebab apabila aku telah diberi taufik untuk berdo’a, sungguh pengabulan itu pasti menyertainya..”

(Ad Daa’u wad Dawaa – 17)

ARTIKEL TERKAIT
Tiga Perkara Yang Penting Untuk Diingat Ketika Berdo’a Kepada Allah