Jangan Putus Asa Dan Jangan Tertipu

Abu Bakar Ash-Shiddiq -rodhiyallahu ‘anhu- berkata,

Sungguh Allah bisa mengampuni dosa-dosa besar, maka jangan sampai kalian putus asa karenanya.

Sebaliknya Allah bisa mengadzab seseorang karena dosa-dosa kecil, maka jangan sampai kalian tertipu dengannya.

(Syarh Al Bukhori Li Ibn Al Batthol – 19/267)


Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى

Kewajiban Seorang Mukmin Terhadap Dirinya

Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin rohimahullah berkata:

والنفس أمانة عندك يجب عليك أن ترعاها حق رعايتها، وكما أنه لو كان لك ماشية فإنك تتخير لها المراعي الطيبة وتبعدها عن المراعي الخبيثة الضارة، فكذلك نفسك يجب عليك أن تتحرى لها المراتع الطيبة، وهي الأعمال الصالحة، وأن تبعدها عن المراتع الخبيثة، وهي الأعمال السيئة.

Dirimu merupakan amanah di sisimu yang wajib engkau jaga dengan sebaik-baiknya.

Sebagaimana jika engkau memiliki hewan ternak, engkau memilihkan untuknya rerumputan yang baik dan menjauhkannya dari rerumputan yang jelek dan membahayakan.

Demikian pula engkau wajib mencarikan untuk dirimu rerumputan yang baik, yaitu amal-amal sholeh, dan menjauhkannya dari rerumputan yang buruk, yaitu amal-amal yang jelek.

(Syarh Riyadhush Sholihiin – 3/16)

Jangan Jadikan Dzikir Sebagai Nada Dering Hp

Syaikh Sholeh al-Fauzan hafizhohullah berkata,

الذكر لا يجعل نغمة للجوال، الذكر: قرآن أو حديث أو تكبير أو أذان، لا يجعل نغمة الجوال، ولا يجعل منبهًا على المكالمة؛ لأن هذا فيه إهانة لذكر الله عز وجل

Kalimat dzikir tidak boleh dijadikan sebagai nada dering telepon genggam .. dan yang dimaksud dengan dzikir ialah :
– ayat-ayat Alqur’an,
– hadits-hadits Nabi shollallahu ‘alayhi wasallam,
– kalimat takbir, atau
– adzan,

semua ini tidak boleh dijadikan sebagai nada dering dan tidak boleh dijadikan sebagai nada tunggu panggilan telefon .. karena hal tersebut termasuk perbuatan merendahkan kalimat dzikir kepada Allah ‘Azza Wa Jalla.

(Taujihat lil Jundil Muslim – halaman 23)

Diantara Bentuk Sikap Tawadhu

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

من أساء اليك ثم جاء ليعتذر

فإن التواضع يوجب عليك قبول معذرته

وتكِلّ سريرتهُ إلى الله تعالى

Siapa yang berbuat buruk kepadamu lalu kemudian ia datang meminta maaf, maka sikap tawadhu mengharuskanmu untuk :

– menerima permintaan maafnya, dan
– menyerahkan isi hatinya kepada Allah ta’ala.

(Tahdzibul Madarij 2 – 687)

Balasan Bagi Orang Yang Menjaga Ketaatan Kepada Allah Di Masa Mudanya

● Al Imam Ibnu Rojab rohimahullah berkata,

ومن حفظ الله في صباه وقوته حفظه الله في حال كبره وضعف قوته ومتعه بسمعه وبصره وحوله وقوته وعقله

Siapa saja yang menjaga (hukum-hukum) Allah di masa mudanya dan ketika fisiknya masih kuat, maka Allah pun menjaganya saat di masa tuanya dan ketika fisiknya telah lemah .. dan Allah akan memberikan kenikmatan di :
– pendengaran,
– penglihatan,
– kemampuan,
– kekuatan, dan
– juga akalnya.

(Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam I/186)

● Syaikh al-‘Utsaimin rohimahullah berkata,

وغالبا أن الإنسان الذي يمضي وقته بطاعة الله سبحانه وتعالى، إذا هرم تجده لا يهتم إلا بالطاعات

Dan pada umumnya seseorang yang telah menghabiskan waktunya dalam ketaatan kepada Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi, maka saat dia sudah berusia tua, engkau akan mendapatkan dia hanya peduli pada ketaatan.

(Tafsir Surat Yasin – 241)

Bacaan Setelah Sholat Fardhu Yang Kerap Terlupakan

Setiap setelah selesai sholat fardhu/wajib, kita dianjurkan membaca surat :
– Al Ikhlash
– Al Falaq,
– An Naas
masing-masing sebanyak 1 kali.

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir rodhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ

“Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam  memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat di akhir sholat (sesudah salam)..”

(HR. An-Nasa’i no. 1336 dan Abu Dawud no. 1523. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih).

Yang dimaksud mu’awwidzaat  adalah surah Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani rohimahullah dalam kitab Fath Al-Baari 9:62.

=======
Silahkan download dan share pdf panduan ringkas dzikir setelah sholat fardhu :

E-BOOK (PDF) DZIKIR SETELAH SHOLAT FARDHU (klik dan download)

https://tinyurl.com/sx7z9z4s
atau
https://t.me/bbg_alilmu/20053

Bersahabatlah Dengannya

Ibnu Rojab rohimahullah berkata,

“Bersahabatlah dengan yang akan menemanimu..

Demi Allah yang beristiwa di atas ‘Arsy, tidak ada yang akan menemanimu di kuburmu kecuali satu teman saja yaitu amal sholehmu..

Maka perbaikilah persahabatanmu dengannya di dunia .. niscaya ia akan menjadi teman baikmu di dalam kubur..”

(Latho-if Al Ma’arif – 99)


Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Bila Tidak Mampu Memberikan Manfaat Kepada Orang Lain Maka Setidaknya Jangan Mengganggunya

Rosulullah shollallaahu ‘alayhi wasallam bersabda,

على كل مسلم صدقة
‏فقالوا : يا نَبِيَّ اللَّهِ فمن لم يجد؟
‏قال : يَعمل بيَدِهِ فَيَنفَعُ نَفْسَهُ ويَتَصَدَّقُ
‏قالوا : فإن لم يجد ؟
‏قالَ : يعين ذا الحاجة الملهوف
‏قالوا : فإن لم يَجد ؟
‏قال :
‏فليعمل بالمعروف وليمسك عن الشر
‏⇦ فإنها له صدقة.

“Setiap muslim hendaklah bersedekah..”

Mereka berkata, “Jika tidak mampu..?”
Beliau bersabda, “Bekerja dengan tangannya agar ia memberi manfaat pada dirinya dan bersedekah..”

Ditanya lagi, “Jika tidak mampu juga..?”
Beliau bersabda, “Membantu orang yang membutuhkan pertolongan..”

Ditanya lagi, “Jika tidak mampu juga..?”
Beliau bersabda, “Hendaklah ia beramal kebaikan dan menahan diri dari keburukan..”

(HR Al Bukhari no. 1445)


Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Meninggalkan Semua Perkara Yang Tidak Bermanfaat

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah ta’ala berkata,

قَد جَمَعَ النَّبِيَُ – ﷺ – الوَرَعَ كُلَّهُ فِي كَلِمَةٍ وَاحِدةٍ فَقَالَ،

Sungguh Nabi shollallahu ‘alayhi wasallam telah mengumpulkan seluruh sifat waro’ (kehati-hatian dalam setiap perkara) dalam satu kalimat. Beliau shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

« مِنْ حُسْنِ إسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ»

“Termasuk baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan perkara perkara yang tidak berguna baginya..”

فهذَا يَعُمُّ التَرَكَ لِمَا لَا يَعْنِي مِنَ: الكَلامِ، و النَّظرِ، و الإستمِاعِ، و البَطشِ، و المَشي، و الفِكر، و سَائِرَ الحَركَاتِ الظَاهِرَةِ و البَاطِنَةِ،
فَهذهِ الكَلِمَةُ كَافِيَّةٌ شَافِيَّةٌ فِي الوَرَعِ.

Maka ini mencakup untuk meninggalkan seluruh perkara yang tidak berguna baik dari :
– ucapan,
– pandangan,
– pendengaran,
– meraba dengan tangan,
– berjalan,
– berfikir, dan
– semua gerakan lahir dan batin lainnya.

Maka kalimat ini sangat cukup dalam mendefinisikan makna waro’.

(Madaarijus Saalikiin : 2/21)

Menebar Cahaya Sunnah