“Sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan bagi sebuah keluarga maka Allah akan memasukan kelembutan kepada mereka” (HR Ahmad dan dishahikan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 523)
Renungkanlah kondisi rumah tanggamu… jika selalu dipenuhi dengan suara keras, lantang, kekasaran…, bentakan, pukulan terhadap anak-anak…jeritan anak-anakmu…, mengangkat suara di hadapan suami…
Maka Ketahuilah… engkau sedang jauh dari kebaikan…
🍃 Segera rubahlah sikapmu… perbaiki kondisi rumahmu, penuhi dengan senyuman, kelembutan, niscaya Allah menebar kebaikan dalam keluargamu.
JANGAN pernah… wahai saudaraku JANGAN pernah MEREMEHKAN NERAKA…
karena siksaan di dalamnya TIDAK AKAN PERNAH BERHENTI… dan TIDAK AKAN PERNAH DI RINGANKAN…
Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam adzab neraka Jahannam. Tidak diringankan adzab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa. Dan tidaklah Kami menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Mereka berseru,”Hai Malik, biarlah Rabbmu membunuh kami saja.” Dia menjawab, ”Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” [Az Zukhruf: 74-77]
“Apakah engkau mengejek doa dan menyepelekannya…. Tidakkah engkau tahu apa yang bisa diperbuat oleh do’a ?
سِهَامُ اللَّيلِ لا تُخْطِي وَلَكِنْ *** لَهَا أَمَدٌ وَلِلْأَمَدِ انْقِضَاءُ
Anak panah yang dilepaskan di malam hari, tidak akan meleset, akan tetapi… Anak panah tersebut ada waktunya/tempo untuk mengenai… dan setiap waktu pasti ada akhirnya“
Janganlah pernah meremehkan do’a… ia adalah senjata kaum sholihin… bahkan senjata para Nabi ‘alaihim as-salaam.
Angkatlah kedua tanganmu… mintalah kepada Robb-mu… jangan pernah malu untuk meminta kepada Robb-mu yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang kepada para hambaNya…
Curahkan segala keluh kesahmu kepada Robb-mu yang lebih rahmat kepada seorang hamba dari kasih sayang seorang ibu kepada anaknya…
Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.
Bahwa mereka mewanti-wanti manusia dari bahaya berbuat bid’ah dalam agama.
Dan juga bahaya berkata atas Allah dengan tanpa ilmu.
👉🏼 Karena dua perkara ini adalah perkara yang bisa menghancurkan kemudian merusak syari’at Islam.
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setiap kali khotbah Jum’at, beliau selalu berkata:
“Sebaik-baiknya ucapan adalah ucapan Allah, sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Rasulullah dan seburuk-buruknya perkara adalah perkara yang di ada-adakan dan setiap bid’ah itu sesat.” (dikeluarkan Imam Muslim dalam shohihnya).
Bayangkan Nabi dalam khotbahnya selalu mengingatkan masalah bid’ah, ini menunjukkan kebid’ahan/bid’ah itu memang sangat bahaya sekali. Bid’ah itu bisa merusak kesempurnaan Islam. 👉🏼 Bid’ah itu menyebabkan akhirnya di masukkan kedalam Islam sesuatu yang bukan agama, sehingga akhirnya seseorang yang tidak bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil.
Demikian pula mereka mewanti-wanti agar jangan berkata atas Allah dengan tanpa ilmu. 👉🏼 Karena berkata tanpa ilmu ini sebab utama muncul berbagai macam pemikiran-pemikiran yang menyimpang, munculnya bid’ah, munculnya kesyirikan, munculnya penyimpangan adalah merupakan disebabkan adalah berkata atas Allah tanpa ilmu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan [QS Al-A’raf : 33]
“Katakanlah sesungguhnya Rabku mengharamkan perbuatan fahisya (maksiat) yang tampak maupun yang tersembunyi, dosa, dan berbuat zolim tanpa haq dan kamu mempersekutukan Allah dalam perkara yang tidak di turunkan padanya perkara ilmuNya.”
Maka ini menunjukkan bahwa berkata tanpa ilmu itu merupakan itu adalah merupakan keharaman yang paling besar/ yang paling agung. Sampai-sampai Allah menutup ayat tersebut dengan berkata tanpa ilmu .
Oleh karena itu ya Akhul Islam, Saudara-saudaraku sekalian kita berusaha dalam berbicara masalah agama ini betul-betul diatas ilmu, diatas dalil, diatas hujjah bukan sebatas ro’yu dan pendapat semata.
Karena agama ini yang berasal dari Allah dan itu adanya dari Alqur’an dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, adapun pendapat-pendapat ulama bukanlah dalil dan hujjah.
👉🏼 Hujjah itu Alqur’an dan Hadits.
Ulama itu hanya sebatas wasilah untuk memahami Alqur’an dan Hadits, bukan untuk menolak Alqur’an dan Hadits.
Maka dari itulah zaman sekarang, kita melihat banyak orang-orang yang mudah berbicara tanpa ilmu, sebatas dengan ro’yu-ro’yunya saja.
Allahul musta’an
Wallahu a’lam 🌴
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.
Tawadlu (rendah diri) merupakan akhlak yang sangat mulia. Jika dikerjakan karena Allah maka akan meninggikan derajat di sisi Allah. Semakin seseorang tidak angkuh maka semakin tinggi derajatnya di sisi-Nya.
Akan tetapi ada orang yang merendahkan dirinya di hadapan orang lain dengan tujuan riyaa’, agar orang lain memujinya dan mengenalnya sebagai orang yang tawadlu…, ia ingin meninggikan mutunya di hadapan orang lain dengan pura-pura merendahkan dirinya.
Maka janganlah engkau demikian wahai hamba Allah..!!!
Tawadhu’ lah engkau dari lubuk hatimu yang paling dalam, dengan penuh kesadaran bahwa tidak ada pada dirimu sesuatu yang patut kau banggakan dan sombongkan, semuanya titipan dan amanah dari Allah yang akan dimintai pertanggung jawabannya.