Waktu Antara Adzan dan Iqomah, Lebih Baik Diisi Dengan Memperbanyak Do’a Daripada Membaca Alqur’an…

Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhohulloh, ketika mensyarah hadits tentang “do’a antara Adzan dan Iqomat tidak ditolak”, beliau mengatakan:

Banyak orang meninggalkan do’a antara Adzan dan Iqomat, dan menyibukkan dirinya dengan membaca Alqur’an.

Memang membaca Alqur’an, tidak diragukan merupakan amalan yang agung, namun membaca Alqur’an masih ada waktu yang lain.

[Tashilul Ilmam bi Fiqhil Ahadits min Bulughil Marom 6/326].

——–

Sayangnya, bahkan yang memanfaatkan waktu itu untuk membaca Alqur’an saja sedikit.

Saudaraku, bukanlah Anda berharap do’a Anda mustajab dikabulkan Allah? Dan bukankah Allah telah memberikanmu waktu ini berulang hingga 5 kali dalam sehari? Pantaskah engkau menyia-nyiakannya?!

Musyaffa’ Ad Dariny, حفظه الله

Kawatir Suami Digoda Wanita Murahan Ketika Bepergian..?

Sobat! Di saat ada seorang keluargamu hendak bepergian, terlebih ke tempat yang jauh dan untuk waktu yang lama, sering kali anda merasa kawatir. Berbagai bayangan negatif dan kekawatiran menghantui pikiran anda; bagaimana bila ia kehabisan bekal, tersesat jalan, atau ditipu orang.

Bahkan betapa sering anda juga mengawatirkan nasibnya bila ia mengalami kecelakaan atau kejadian buruk serupa lainnya. Dan bila anda adalah orang yang beragama, maka sering kali anda mengawatirkan nasib agamanya; anda kawatir bila kerabat anda tersebut tergoda berbuat maksiat atau digoda wanita lain. Bukankah demikian sobat?

Sebagian orang mengira bahwa solusi dari semua itu ada pada perusahaan asuransi; sehingga mereka mengikuti program asuransi kecelakaan, membekalinya dengan travel cek, atau hal lain yang serupa.

Namun benarkah semua itu benar benar dapat melindungi nasibnya? Tentu saja tidak, semua fasilitas itu kalaupun benar berguna hanya meringankan efek dari berbagai petaka di atas. Hingga saat ini tidak ada satu perusahaan asuransi yang dapat membentengi anda dari kecelakaan atau godaan wanita jalang atau lelaki hidung belang. Alias kerabat atau keluarga anda yang bepergian tersebut tetap saja berada dalam ancaman dan bahaya.

Namun, tahukah anda bahwa ada satu cara agar kerabat atau keluarga anda tersebut benar benar terlindung dari berbagai petaka dan godaan?

Titipkan dirinya kepada Allah Azza wa Jalla, Dia-lah yang kuasa melindungi dan membela keluarga anda dari segala petaka dan godaan.

Karenanya, dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melakukannya bila melepas kepergian kerabat atau sahabatnya, dengan membaca doa:

أستودعُ اللهَ دينَك وأمانتَك وخواتيمَ عملِك

Aku titipkan agamamu, keluarga yang engkau tinggalkan dan akhir dari amalanmu kepada Allah . (Abu Dawud dan At Tirmizy)

Sobat! Bila semuanya telah anda titipkan kepada Allah Azza wa Jalla, mungkinkah akan celaka atau ditimpa petaka? Bila Allah telah melindungi suami atau istri anda, mungkinkah ada wanita murahan atau lelaki hidung belang yang dapat menggoda atau menodai kesucian mereka?

Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى

Kaidah Ushul Fiqih Ke-3 : Kesulitan Mendatangkan Kemudahan…

Pembahasan ini merujuk kepada kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى

KAIDAH SEBELUMNYA (KE-2) bisa di baca di SINI

=======

🍀 Kaidah yang ke 3 🍀

👉🏼  Kesulitan mendatangkan kemudahan.

Telah disebutkan bahwa agama ini mudah, namun ketika ada kesulitan, maka lebih diberi kemudahan oleh syariat.

Kesulitan yang dimaksud adalah kesulitan yang melebihi kebiasaan dan bukan hanya sebuah kekhawatiran belaka.
Seperti orang yang sakit takut berwudlu dengan air, namun sebetulnya tidak memberi bahaya apapa.
kecuali bila diduga kuat akan menambah sakitnya, maka diperbolehkan bertayammum.

Kesulitan seperti ini mendatangkan kemudahan. Tentunya kemudahan pun harus sesuai syariat dan bukan disesuaikan selera dan shahwat manusia.

Contoh kaidah ini diantaranya:

⚉ Bolehnya bertayammum ketika tidak ada air, atau ada air namun malah menimbulkan bahaya bila menggunakannya.
.
⚉ Disyariatkan mengqoshor sholat di saat safar.
.
⚉ Dibolehkan menjamak dua sholat di saat ada kerepotan baik dalam safar maupun muqim.
.
⚉ Bolehnya sholat sambil duduk bagi orang yang sakit yang tak mampu berdiri.
.
⚉ Dan sebagainya.
.
.
Wallahu a’lam 🌴

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.

Dari kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى.

Silahkan bergabung di Telegram Channel : https://t.me/kaidah_ushul_fiqih

KAIDAH USHUL FIQIH – Daftar Isi LENGKAP

Courtesy of Al Fawaid

Kaidah Ushul Fiqih Ke-2 : Syariat Islam Adalah Syariat yang Mudah…

Pembahasan ini merujuk kepada kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى

KAIDAH SEBELUMNYA (KE-1) bisa di baca di SINI

=======

🍀 Kaidah yang ke 2 🍀

👉🏼  Syariat Islam adalah syariat yang mudah.

Allah berfirman:

يريد الله بكم اليسر

Allah menginginkan kemudahan untuk kamu.” (QS 2:185)

Allah juga berfirman:

وما جعل عليكم في الدين من حرج

Dan tidaklah Allah menjadikan dalam agama ini sesuatu yang menyusahkanmu.” (Al Hajj:78).

Bila kita perhatikan, perintah perintah Allah adalah mudah dan tidak sulit dilakukan.
Sholat misalnya, Allah hanya mewajibkan 5 waktu saja, di waktu waktu yang mudah.
Zakat pun tidak diwajibkan pada semua harta, tetapi hanya harta tertentu saja yang ditunjukkan oleh dalil dan qiyas. Itupun dengan nishob yang tidak memberatkan.

Dan bila suatu amal itu berat, maka Allah memberinya pahala yang amat besar.

Namun, sebab utama beratnya ibadah di hati adalah akibat dosa dan maksiat. Sehingga seorang hamba menganggap berat syariat yang mudah ini, karena ia lebih tunduk kepada hawa nafsu dan syahwatnya dari pada tunduk kepada penciptanya.
.
.
Wallahu a’lam 🌴

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.

Dari kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى.

Silahkan bergabung di Telegram Channel : https://t.me/kaidah_ushul_fiqih

KAIDAH USHUL FIQIH – Daftar Isi LENGKAP

Courtesy of Al Fawaid

Kaidah Ushul Fiqih Ke-1

Pembahasan ini merujuk kepada kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى

=======

🍀 Kaidah yang ke 1 🍀

👉🏼 Agama ini datang untuk mendatangkan mashlahat dan menolak mudlarat.

Karena semua perintah Allah pasti mashlahatnya murni atau lebih besar dari mudlaratnya seperti sholat, zakat, puasa, haji,  berbakti kepada orang tua dan sebagainya.

Demikian juga larangan Allah, pasti semuanya mengandung mudlarat yang murni atau lebih besar dari mashlahatnya seperti syirik, bid’ah, sihir, riba, zina, judi dan sebagainya.

⚉ Maka semua yang mashlahatnya murni atau lebih besar adalah perkara yang diperintahkan.

⚉ Dan semua yang mudlaratnya murni atau lebih besar adalah perkara yang dilarang. 

⚉ Apabila mashlahat dan mudlaratnya sama besar, maka lebih baik ditinggalkan agar tidak jatuh kepada yang dilarang.

Namun, terkadang sebagian orang memandang suatu mashlahat padahal sebetulnya tidak, seperti perayaan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, perayaan isra dan mi’raj dan sebagainya.

Karena tanpa perayaan tersebut mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamdapat dilakukan dengan yang sesuai syariatnya seperti menuntut ilmu syariat dan mengamalkannya.

Di zaman khulafa rasyidin Islam semakin jaya tanpa perayaan tersebut, bahkan kecintaan mereka kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi orang-orang yang merayakan maulid.

Itu menunjukkan bahwa perayaan maulid tidak memberi mashlahat apapun untuk agama. Dan tidak memberi mudlarat apapun bila ditinggalkan, justeru perayaan tersebut memberi mudlarat terhadap agama dari sisi menambah nambah syariat yang tidak pernah diizinkan oleh Allah Azza wajalla.
.
.
Wallahu a’lam 🌴

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.

Dari kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى.

Silahkan bergabung di Telegram Channel : https://t.me/kaidah_ushul_fiqih

KAIDAH USHUL FIQIH – Daftar Isi LENGKAP

Courtesy of Al Fawaid

Lebih Berharga Dari 1 Milyar Per Hari…

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُلِلّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَبَارِك

Pemirsa yang dirahmati oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, apakah Anda pada saat ini sedang mencari sebuah pekerjaan?

Atau Anda tidak puas dengan penghasilan bulanan Anda lalu Anda ingin memperbaiki kondisi finansial dan penghasilan yang halal yang selama ini Anda terima.

Lalu Anda buka lembaran surat kabar yang berisikan informasi-informasi tentang lowongan pekerjaan.

Atau Anda buka internet di forum lowongan pekerjaan lalu Anda mendapatkan sebuah informasi bahwa ada sebuah pekerjaan halal yang menawarkan penghasilan yang begitu mencengangkan.

Perusahaan tersebut menawarkan penghasilan 200 juta sebulan misalnya dan pekerjaan itu cocok dengan latar belakang Anda.

Apakah Anda akan mengambil peluang itu, mengirim surat lamaran?

Apakah Anda akan tinggalkan pekerjaan anda yang lama?

Saya rasa kita semua tahu jawabannya.

Anda akan ambil peluang itu dan tidak menyia-nyiakannya.

Kenapa?

Jawabannya simpel.

Mendapatkan 200 juta sebulan dengan cara yang halal.

Pemirsa yang dirahmati oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

Ada baiknya kita merenungkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam di bawah ini.

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menawarkan hal yang hampir serupa, jika kita aktualisasikan dengan bahasa kita.

Dalam sebuah hadist yang shahih, hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Nabi menawarkan sebuah penghasilan yang halal kepada para sahabatnya.

Mari kita simak bersama.

Beliau menyatakan, “Wahai sahabat, siapa diantara kalian yang berminat untuk pergi ke Buth-han dan ‘Aqiq?

Apa itu Buth-han dan Aqiq? Buth-han dan Aqiq adalah dua pasar unta di dekat kota Madinah.

Dan mengapa Nabi Shallahu ‘alaihi Wasallam menawarkan hal itu kepada para sahabatnya?

Mari kita simak lanjutan hadist tersebut

“Untuk mendapat dua unta Kaumawain dengan tanpa dosa dan tidak memutuskan tali silaturahim.”

Dengan bahasa yang lebih sederhana, Nabi menawarkan dua unta Kaumawain dengan cara yang halal dan tidak menzhalimi orang lain.

Apabila kita berada di posisi sahabat, siapa diantara kita yang menerima tawaran tersebut?

Pemirsa jangan cepat-cepat menolak, karena unta Kaumawain adalah unta terbaik yang ada di muka bumi ini.

Dan apabila kita hargai dengan harga sekarang maka satu ekor bisa bernilai 500 juta lebih, Allahu Akbar!

Dan berapa ekor yang Nabi tawarkan?

Dengan dua unta Kaumawain.

Sebulan sekali? Tidak.

Nabi mengatakan “Setiap hari.”

Anda pergi ke pasar unta tersebut untuk mendapatkan dua unta Kaumawain.

Sekali lagi jika satu unta berharga 500 juta dan orang tersebut mendatanginya setiap hari sebagaimana tawaran dan saran Nabi, maka berapakah penghasilan dia satu bulan?

Kurang lebih tiga puluh miliar, karena satu hari 1 M.

Siapa tidak berminat?

Saya rasa jika ini dilemparkan dan ini ditawarkan ke tengah-tengah kita, maka tidak ada satupun kaum muslimin yang menolaknya .

Begitu juga dengan para sahabat, karena ini tidak aib, melainkan dengan jalan yang halal.

Mereka mengatakan, “Wahai Rasullullah, kami berminat untuk pergi ke sana. Kami mau berangkat ke sana untuk mendapatkan dua unta Kaumawain setiap hari secara gratis dan halal.”

Ini penghasilan halal yang begitu menggiurkan, siapa yang tidak mau?!

Begitu Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam melihat respon para sahabatnya dan melihat kesiapan mereka untuk bergegas pergi ke dua pasar unta tersebut, Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam kembali bersabda di hadapan mereka

“Kalau kalian berminat untuk mendapatkan dua ekor unta tersebut (dua ekor unta yang harganya kurang lebih 1 M) setiap hari, mengapa kalian tidak pergi ke masjid untuk mendapatkan dua ayat di dalam Al-Qurānul Karim agar kalian mengetahui dan membaca dua ayat dari Al-Qur’anul Karim.

Karena dua ayat yang kalian baca dan pelajari itu lebih baik (lebih mahal, lebih tinggi) nilainya di sisi Allah di banding dua unta Kaumawain.

Dan tiga ayat itu lebih baik (lebih mahal, lebih tinggi nilainya) dari tiga unta.

Dan empat ayat yang kalian pelajari, itu lebih mahal dari empat unta.

Dan begitu seterusnya… lima ayat lebih mahal dari lima unta.. enam ayat lebih mahal dari enam unta… tujuh ayat lebih mahal daripada tujuh unta… Allahu Akbar!

Bagi kita yang sedang mencari pekerjaan halal, yang ingin meningkatkan penghasilan bulanan kita, kenapa kita tidak berpikir dan merenungi hadist ini?

Mengapa kita mencari pekerjaan?

Mengapa kita mencari penghasilan yang halal?

Banyak orang mengatakan untuk masa depan.

Kalau demikian, kenapa kita tidak berpikir masa depan kita setelah kita menghembuskan nafas kita yang terakhir?

Kenapa kita tidak berpikir masa depan di alam kubur yang pasti terjadi?

Kenapa kita tidak berpikir masa depan ketika kita dibangkitkan secara atau dalam kondisi telanjang bulat, tidak memakai alas kaki, tidak membawa bekal, tanpa dikhitan?

“Pada hari kiamat itu manusia dibangkitkan dalam kondisi telanjang bulat, tidak memakai alas kaki, tidak dikhitan/disunat dan tidak membawa perbekalan apapun juga.”

Bukankah itu masa depan juga?

Bahkan itulah masa depan yang hakiki, masa depan yang sejati, yang tidak mungkin kita lari darinya.

Oleh karena itu dalam hadist ini, Nabi menjelaskan bahwa keutamaan ilmu agama dan mempelajarinya itu lebih berharga (lebih mahal) daripada dunia yang selama ini kita cari, daripada lembaran-lembaran rupiah atau dollar yang selama ini kita dapatkan.

Siapa diantara kita yang mendapatkan gaji satu bulan satu miliar ? Sebagaimana yang ditawarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam.

Untuk mendapatkan gaji bulanan 10, 20, 30 juta, orang zaman sekarang rela menempuh perjalanan dua atau tiga jam untuk sampai di kantornya, rela bermacet-macet ria, rela bekerja selama delapan jam atau di tambah dengan jam-jam lembur.

Berapa yang Anda dapat? Mungkin hanya 30 juta, 50 juta dan seterusnya. Dan itu sudah angka yang sangat fantastis pada saat ini secara umum dan ‘urf di masyarakat .

Kalau demikian, kenapa kita tidak tertarik duduk di majelis taklim?

Duduk di lantai masjid untuk mempelajari tafsir Al-Qur’an dan hadist-hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam.

Saya rasa tidak ada kajian yang durasinya delapan jam sebagaimana durasi pekerjaan kita.

Tapi ada berapa ayat yang kita dapatkan? Ada berapa ayat yang kita pelajari dan pahami?

Ternyata sepuluh ayat mungkin, ternyata lima belas ayat, ternyata dua puluh ayat.

Itu belum ditambah hadist-hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam .

Itu lebih baik daripada unta yang satu ekornya berharga lima ratus juta.

Dan ulama kita menjelaskan; ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam membandingkan satu ayat dengan satu unta, itu bukan berarti hanya berharga atau hanya lebih baik daripada unta.

Namun ini menunjukkan bahwa ilmu agama lebih baik dari harta dunia. Karena unta Kaumawain merupakan simbol kekayaan pada saat itu.

Sehingga tidak heran, Allah memerintahkan untuk kita bergembira pada saat kita mendapatkan Al-Qur’an, saat kita mempelajarinya, saat kita mentadaburinya .

Ingatkah kita surat Yunus ayat 58?

Ketika Allah berfirman ,

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.

Apa tafsir karunia dan rahmat ini?

Para ulama seperti imam Mujahid, mengatakan bahwa;

** Karunia dalam ayat ini bukan harta dunia, namun IMAN.
** Rahmat dalam ayat ini bukan fasilitas dunia, namun AL-QURĀN.

Allah perintahkan kita untuk bergembira saat kita mendapatkan iman, saat iman kita bertambah dan pada saat kita mendapatkan dan mempelajari ayat-ayat Al-Qurān, lalu kita amalkan dan kita dakwahkan.

Kenapa demikian?

Di akhir ayat tersebut Allah jelaskan salah satu alasannya, yaitu karena Al-Qurān tdan iman tersebut itu lebih berharga (lebih mahal) daripada seluruh harta yang mereka kumpulkan.

Sehingga kita bisa meluangkan waktu setiap hari, dua belas jam, lima belas jam untuk dunia, untuk penghasilan yang halal.

Mengapa kita tidak punya waktu untuk menghabiskan beberapa jam saja sepekan mungkin sekali atau tiga hari sekali untuk mempelajari ilmu agama?

Semoga nasehat singkat ini bermanfaat untuk saya pribadi dan pemirsa sekalian.

Dan semoga kita semakin semangat untuk mempelajari ilmu agama dengan mengetahui keutamaan demi keutamaannya.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Muhammad Nuzul Dzikri, حفظه الله تعالى

Kepada Siapa Engkau Titipkan…?

Sobat! Di saat hendak bepergian, sering kali anda merasa kawatir akan harta kekayaan dan bahkan urusan keluarga yang anda tinggalkan. Karenanya sering kali anda merasa perlu untuk menitipkannya kepada orang yang anda percaya.

Sikap ini anda lakukan karena merasa kawatir, bila tidak dititipkan harta tersebut bisa hilang diambil orang atau mengalami kesusahan.

Namun demikian, benarkan anda sepenuhnya merasa tenang dan nyaman?

Betapa sering anda masih saja dirundung kekawatiran, walau sudah menitipkan harta kekayaan atau keluarga anda kepada orang yang anda percayai, bahkan kepada orang tua anda.

Kawatir, menyusahkan, kawatir orang yang anda titipi lalai atau bahkan berkhianat. Atau bisa jadi anda kawatir bila ternyata sepulang dari bepergian, orang yang anda titipi menuntut oleh oleh atau upah atau imbalan. Bukankah demikian sobat?

Sobat! Tahukah anda bahwa ada tempat penitipan yang pasti aman, tanpa anda perlu merasa kawatir, baik kawatir dikhianati atau kawatir ditagih upah atau imbalan?

Dia-lah Allah, titipkan harta kekayan dan juga keluargamu kepada-Nya, niscaya tidak akan pernah hilang, atau berkurang atau celaka.

Rasuulullaah bersabda:
إذا خرجت إلى سفر فقل لمن تخلفه:  أَسْتَوْدِعُكُمُ اللهَ الَّذِيْ لاَ تَضِيْعُ وَدَائِعُهُ
Jika engkau hendak keluar safar, maka katakanlah kepada keluargamu yang hendak engkau tinggalkan: “Aku menitipkan kalian semua kepada Allah yang tidak  pernah hilang titipan-Nya. (Hasan; HR. Ahmad, dll)

Selamat menerapkan, semoga puas.

Muhammad Arifin Badri, حفظه الله

Menebar Cahaya Sunnah