Negara Islam Atau Negara Kafir…?

Tema ini mulai ditabuh oleh sebagian orang, namun sebenarnya menurut saya, tema ini tema penuh duri, karena kalaupun kita benar, apa manfaat yang dapat dipetik? lebih besarkah manfaatnya dibanding madharatnya?

Apalagi kalau salah, haduuuh ribet banget deh.

karena itu; himbauan saya: coba belajar lagi, belajar lagi, belajar lagi, bukan ekspos lagi ekspos lagi.

Baca satu buku, belum jadi ulama’, apalagi baru baca beberapa halaman saja.

Pesan saya: JADI MUSLIM, TERLEBIH BERILMU, JANGAN HOBI MANCING DAN JANGAN PULA MUDAH DIPANCING.

Muhammad Arifin Badri, حفظه الله

image

Nasehatku Untuk Ummahat dan Akhwat…

Jagalah lisan mu

Dari mengghibah..

Adu domba (namimah)

Mengejek..

Pamer harta atau pamer amalan..

Merasa diri sempurna..

Berkata menyakitkan lawan bicara..

Bersuara tinggi dan mudah menghardik..

Antunna bisa mencontoh bidadari surga sebelum Allah ambil ruh kalian…

Sesungguhnya kebanyakan para laki-laki akan terpengaruh dengann wanita yang ia cintai..

Buruknya akhlaqmu akan menular ke suamimu..

Indahnya akhlaqmu akan menjadi pemersatu umat..

engkau akan menjadi telinga suamimu dikala menilai tetanggamu….kawan karib suamimu.. bahkan menjadikan seorang suami yang menjadi seoarang dai sebagai pencetus perpecahan jika dalam hatimu berisikan rasa hasad dan dendam…
karena engkaulah juru nasehatnya…

lebih parah lagi sang suami bisa durhaka kepada ibunya karena membela dirimu…

sungguh engkau tega menjerumuskannya ke api..

Banyaklah mengaca pada sikap dan perilakumu…

Berusahalah engkau timbang dengan syariah Allah ta’ala dalam setiap perbuatan dan ucapanmu..

Sungguh engkau bisa jadi pembawa kebaikan atau sebaliknya menjadi pengompor keburukan dan kerusakan…

ittaqillah..

Abu Riyadl Nurcholis, حفظه الله

Kelalaian Membuat Hati Kering…

Ibnu al-Qayyim رحمه الله mengatakan :

“Kemarau yang melanda hati adalah kelalaian. Kelalaian itulah hakikat kekeringan dan kemarau yang menimpanya. Selama seorang hamba tetap mengingat Allah dan mengabdikan diri kepada-Nya niscaya hujan rahmat akan turun kepadanya sebagaimana layaknya air hujan yang terus menerus turun.

Namun, apabila ia lalai maka ia akan mengalami masa kering yang berbanding lurus dengan sedikit banyaknya kelalaian yang terjadi padanya. Dan apabila ternyata kelalaian telah berhasil menjajah dan menguasai dirinya maka jadilah ‘buminya’ itu hancur dan binasa.”

(Asrar as-Shalah, hal. 4).

Courtesy of Mutiara Risalah Islam

Allah Maha Penerima Taubat…

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba’du; 

Allah Ta’ala menciptakan manusia agar beribadah dan berbuat taat kepada Subhanahu wa Ta’ala. 

Dan Allah Ta’ala juga membuka pintu-pintu taubat dan inabah agar para hamba dapat menghapus segala kesalahan dan ketergelinciran serta menutup celah dan kekurangan ataupun memperbaiki diri menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Bahkan taubat dan istigfar merupakan kewajiban bagi para hamba dan menjadi perintah Allah Ta’ala, sebagaimana firman Nya : 

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Q.S. Al-Baqarah: 222)

Allah Ta’ala berfirman : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sungguh-sungguh.” (Q.S. At-Tahrim : 8)

Allah Ta’ala berfirman : 

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Bertaubatlah kepada Allah, wahai orang-oran beriman sekalian agar kalian beruntung.” (Q.S. An-Nuur: 31)

Allah ta’ala berfirman :

وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً

“Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.” (Q.S. An-Nisaa’: 27)

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

“Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya.” (Q.S. An-Najm: 32)

Allah ta’ala berfirman :

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ

“Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu.” (Q.S. Al-A’raaf: 156)

Allah ta’ala berfirman : 

فَإِنَّهُ كَانَ لِلأَوَّابِينَ غَفُوراً

baca lanjutannya :
http://rochmadsupriyadi.blogspot.co.id/2016/03/allah-ta-maha-penerima-taubat.html?m=1

Rochmad Supriyadi, حفظه الله

Diantara Adab Menuntut Ilmu…

Abdullah bin Mas’ud radliyallahu anhu berkata:
Manusia senantiasa dalam kebaikan..
selama ilmu itu datangnya dari para shahabat Nabi dan dari kibar mereka..
Apabila ilmu itu datangnya dari ashoghir, maka akan binasa…
(Diriwayatkan oleh Abdurrozaq Asho ‘aniy dalam mushonnafnya 11/249)

Atsar ini menunjukkan agar kita berusaha mendahulukan menuntut ilmu kepada kibar ulama..

Ibnu Qutaibah menafsirkan makna kibar adalah para ulama yang telah tua umurnya, karena biasanya mereka lebih mengedepankan ilmu dari pada semangat..

ini lebih menyelamatkan kita dalam memahami agama ini, karena ketika semangat dan perasaan lebih mendominasi, maka akan banyak muncul fitnah dan kerusakan dengan alasan amar makruf nahi mungkar dan sebagainya..

Namun, tentunya bukan berarti kita wajib fanatik kepada kibar, seakan ucapan kibar sama dengan dalil. sebagaimana yang kita lihat di zaman ini.
bahwa sebagian mereka memberi wala dan baro di atasnya. siapa yang tak mau ikut ijtihad kibar maka ia musuhi. Allahul musta’an.

Ini dia ibnu Abbas, menyelisihi Abu Bakar dan Umar dalam masalah haji tamattu’. padahal Abu Bakar dan Umar jauh lebih kibar dari ibnu Abbas..

Tentunya fanatik kita hanya kepada Allah dan rasulNya.

Badru Salam, حفظه الله

Adilkah Timbangan Kita…?

– Sebagian kita suka mencela polisi yang suka
minta duit di jalan, tapi ketika ditilang minta
damai dengan memberikan uang…
– Sebagian kita tidak suka pejabat korupsi, tapi
suka ngurangi timbangan dalam jualan…
– Sebagian kita tidak suka diejek tapi suka
mengejek…
– Sebagian kita tidak suka orang cemberut tapi
tidak suka senyum…

dst…terkadang kita hanya pintar bicara dan
menilai orang lain, marilah kita perbaiki diri kita
untuk menggapai rahmat dan ridha Allah ta’ala.

Abu Ya’la Kurnaedi, حفظه الله

image

Jenggot

Ada banyak hadits yang menerangkan anjuran untuk memendekkan dan mencukur habis kumis, dan perintah membiarkan jenggot, memanjangkannya, dan memuliakannya. Karena dalam terpeliharanya jenggot, ada nilai ketampanan dan tanda kelelakian.

Sayang banyak orang yang membalik keadaan ini. Mereka memanjangkan kumisnya dan menggundul jenggotnya atau memendekkannya, atau menyisakannya di bagian yang sempit dari wajahnya, dan itu sangat bertentangan dengan petunjuk Nabi, ikut-ikutan para musuh Allah dan Rosul-Nya, serta merendahkan diri dari martabat pria nan wibawa turun ke gaya wanita dan orang-orang rendahan, sehingga tepatlah bagi mereka ucapan seorang penyair:

“Seseorang akhirnya kalah di hari datangnya ujian kepadanya, sehingga dia melihat baik apa yang sebenarnya tidak baik.”

Pas juga perkataan penyair lainnya: “Tidak aneh bila ada banyak wanita bergaya pria. Tapi yang aneh adalah pria yang bergaya wanita. [Kitab Mulakhkhosh Fiqhi 1/29]

Musyaffa’ Ad Dariny, حفظه الله

Jangan Enggan Menyebarkan Status (Pesan) Kebaikan Kepada Orang Lain

Menyebarkan status sendiri, atau copas dari orang lain, sama-sama dapat pahala menunjukkan kebaikan. Karena sebenarnya, mereka semua sama-sama mengambil ilmu dari yang lain.

Yang satu mengambil ilmu dari ulama lain, sedangkan yang ngopas mengambil ilmu dari pembuat status. Dan dua-duanya masuk dalam sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Siapa yang menunjukkan kebaikan kepada orang lain, maka baginya pahala seperti orang yang melakukannya..” [HR. Muslim: 1893].

Ingat pula bila Anda tidak mampu menyaingi orang lain dalam membuat sendiri ‘pesan kebaikan’, maka paling tidak Anda tidak kalah dalam menyebarkannya kepada orang lain.

Mari berlomba-lomba dalam menyebarkan kebaikan. Semoga itu semua menjadi ‘tabungan kebaikan’ bagi kita semua.

Ditulis oleh,
Ustadz Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى

Menebar Cahaya Sunnah