Ust. M Abduh Tuasikal, حفظه الله
“Bagaimana perasaan antum saat ibu Megawati terpilih menjadi presiden ?”.
Senang, gundah, kesal, atau bagaimana ?. Kata ustadz antum, presiden tidak boleh berasal dari kaum wanita. betul kan ?. Nah, ketika kita tertimpa musibah adanya presiden wanita, saya yakin antum pun sedih.
Meski antum menyadari bahwa negeri ini hidup dalam sistem demokrasi, antum lebih senang jika pemimpin antum adalah seorang laki-laki dibandingkan wanita. Jika tidak begitu, antum tidak normal.
Begitu pula antum pun akan lebih suka pemimpin yang muslim yang cerdas, sehat, dan tidak buta dibandingkan pemimpin muslim yang sakit-sakitan, tak cerdas, punya cacat fisik,…. apalagi berpemikiran sangat liberal don condong pada pluralisme senkretisme. Iya apa iya ?.
Maka di sini saya belum menemukan jawabannya dasar sikap sedih dan gembira antum.
Kegembiraan antum adalah menggantungkan usaha orang lain untuk memilih, sementara antum sendiri abstain, diam. Saat terpilih pemimpin yang ‘agak mending’ dan punya pembelaan terhadap dakwah, antum merasa senang. Ya, senang karena pilihan orang lain tepat. Sampai-sampai kepala daerah, wakil rakyat, atau pejabat-pejabat daerah/negara yang punya simpati pada dakwah, selalu saja dimintai restu dan perlindungan oleh antum, teman-teman antum, dan/atau ustadz-ustadz antum. Tapi sekali lagi,…. mereka itu adalah pilihan yang diusahakan oleh orang lain, sementara antum sendiri abstain.
Sebaliknya, ketika terpilih pemimpin yang jelek, merugikan dakwah, antum pun istighfar. Antum katakan bahwa pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Dengan kata lain,… pemimpin yang jelek itu terangkat karena dipilih oleh rakyatnya yang leke pula. Antum menyalahkan orang lain,…. sementara antum sendiri abstain/diam.
Golput itu tidak mengubah apa-apa, karena yang mengubah sesuatu itu adalah dakwah.
Partsipasi dalam Pemilu itu untuk mewujudkan kemaslahatan umum.
Memperbanyak orang yang baik dan mempersedikit orang yang jelek.
Tapi kalaupun antum mau golput, silakan. Itu sangat saya hargai, karena tidak ada pemaksaan dalam hal ini.
[Dari komentar Ustadz Abul Jauzaa di webnya: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2014/03/partisipasi-dalam-pemilu.html]
Ditulis oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal حفظه الله تعالى
┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈
