Perjalanan Ini…

Ust. Jafar Salih حفظه الله تعالى

Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
Buktinya banyak orang kaya raya tidak sanggup mengerjakannya.

Jangankan sehari lima waktu, bahkan seminggu sekali pun terlupa.

Tidak jarang pula seumur hidup tidak pernah singgah kesana.

Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid. karena orang pintarpun sering tidak mampu menemukannya.

Walaupun mereka mampu mencari ilmu hingga kuliah di Universitas Eropa atau Amerika, dapat melangkahkan kaki Ke Jepang dan Korea, dengan semangat yang membara.

Namun ke mesjid tetap saja perjalanan yang tidak mampu mereka tempuh walau telah bertitel S3.

Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid. Karena para pemuda kuat dan bertubuh sehat yang mampu menaklukkan puncak gunung Bromo dan Merapi pun sering mengeluh ketika diajak ke mesjid.

Alasan mereka pun beragam, ada yang berkata sebentar lagi, ada yang berucap tidak nyaman dicap alim.

Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.

Maka berbahagialah dirimu bila dari kecil engkau telah terbiasa melangkahkan kaki di mesjid.

Karena bagi kami, sejauh manapun engkau melangkahkan kaki, tidak ada perjalanan yang paling kami banggakan selain perjalananmu ke mesjid.

Biar kuberi tahu rahasia kepadamu, sejatinya perjalananmu ke mesjid adalah perjalanan untuk menjumpai Rabbmu. Dan itulah perjalanan yang diajarkan oleh Nabi, serta perjalanan yang akan membedakanmu dengan orang-orang yang lupa akan Rabbnya.

Perjalanan terjauh dan terberat itu adalah perjalanan ke mesjid. Maka lakukanlah walau engkau harus merangkak dalam gelap shubuh demi mengenal Rabbmu.

Semoga Allah Memberi HidayahNya Buat Kita dan Keluarga… Aamiin

– – – – – – 〜✽〜- – – – – –

Lebih Mulia Dari Khalifah

Ust. Badrusalam, Lc حفظه الله تعالى

Khalifah Harus Ar Rasyid bertanya kepada Yahya bin Aktsam, “Apa kedudukan yang paling mulia?”

Yahya: “Jabatan yang engkau duduki wahai amirul mukminin.”

Khalifah: “Apakah kamu mengetahui ada jabatan yang lebih tinggi dariku?”

Yahya: “Tidak.”

Khalifah: “Tetapi saya mengetahuinya.. Seorang yang berada dalam halaqoh dan berkata, “Haddatsana fulan dari fulan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda…

Yahya: “Ya amirul mukminin, apakah itu lebih tinggi? Sementara engkau adalah keturunan anak paman Rasulullah dan pemimpin kaum muslimin?”

Khalifah: “Ya, itu lebih tinggi karena namanya selalu beriringan dengan nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak akan mati selamanya. Sedangkan nama kami akan mati dan hilang dan para ulama itu akan senantiasa harum selama lamanya.”

(Al Adab Asy Syar’iyah karya ibnul muflih 2/138)

– – – – – •(*)•- – – – –

Pentingnya Peran Media Massa

Ustadz Abu Riyadl Nurkholis Majid, Lc

Dizaman arab jahiliah.. peran media sangat penting.. namun media tersebut berbentuk puisi (syair) yang maknanya dapat memengaruhi pemikiran masyarakat..

Mereka bisa tergiring kepada suatu politik tertentu dan ketersohoran seseorang yang dimuat dalam syair tsb..

Pada masa khilafah bani umayyah dan abasyiyah pun juga demikian.. pengaruh media ini sangat dapat bermanfaat untuk memberi info.. bahkan info keilmuan sekalipun..

Adapaun sekarang media tsb telah berubah bentuk menjadi tv, radio dan alat telekomunikasi lainnya baik jejaring sosial dll.

Nah sangat disayangkan.. pemilik stasiont televisi yang pengaruhnya sangat kuat tidak dikuasai oleh muslim yang sejati..

Pembentukan opini dan pemikiran dari segi keyakinan, muamalat, akhlaq, politik dll bukan ditangan kita wahai sahabatku..

Rata rata manusia itu awam..
Mereka hanya tau dari apa yang mereka lihat dan dengar..

Kata pepatah jawa:
Tresno songko kulino..

Monggo mari kita berfikir untuk ini.. bagi yang bermodal besar marilah berupaya mewujudkan impian ini.. sehingga masyarakat luas dapat memanfaatkannya. Dan menjadi amal jariyah di akhirat kelak..

~~»»•««~~

Akhlak Mulia

Ust. Rochmad Supriyadi, Lc حفظه الله تعالى

Sesungguhnya akhlak mulia memiliki kedudukan yang besar dalam kehidupan manusia, baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat dan makhluk sekitarnya, bahkan kebutuhan terhadap akhlak melebihi kebutuhan makan dan minum, dikarenakan berkaitan dengan bahagia dan sengsaranya bagi seorang hamba di dunia dan akhirat, terlebih jika manusia hidup tanpa akhlak mulia, maka ia tidak memiliki kebaikan dan manfaat, bahkan penuh dengan keburukan, kejahatan dan mudhorot,

la haula wala quwwata illa billah.

Agama islam menjunjung tinggi akhlak mulia, bahkan perhatian terhadapnya sangatlah besar, Allah Ta’ala berfirman didalam QS. Qaaf: 18,

‪ ‬مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ‬‬

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir”.

Allah Ta’ala berfirman di dalam QS. Al Zalzalah: 7 ,

‪ ‬فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ‬‬

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya”. 

Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling sempurna akhlaknya”. (HR. Bukhary dan Muslim).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai adalah yang paling baik akhlaknya“. (HR. Bukhary).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya kalian takut terhadap neraka walau bersedekah dengan secuil kurma, kalau tidak mampu maka berucaplah yang baik“. (HR. Bukhary dan Muslim).

Baca : http://rochmadsupriyadi.blogspot.com

 Ditulis oleh Ustadz Rochmad Supriyadi, Lc حفظه الله تعالى

┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈

Keyakinan (Iman) Yang Benar Adalah…

Ust. Abu Riyadl, حفظه الله

Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu berkata: “Keyakinan (iman) yang benar itu adalah:

1. jangan engkau meraih kerelaan manusia melalui kemurkaan Allah

2. jangan merasa iri terhadap seseorang atas apa yang telah Allah beri rezeki kepadanya.

3. janganlah engkau mencela seorang pun atas sesuatu yang belum Allah berikan kepadamu. Sesungguhnya rezeki Allah tidak dikendalikan oleh ketamakan orang yang tamak, dan tidak pula dicegah oleh kebencian orang yang benci.

Sesungguhnya Allah dengan keadilanNya, ilmuNya, dan hikmah-Nya menjadikan ruh beserta rasa bahagia pada rasa keyakinanmu dan keridhaanmu, serta menjadikan rasa gelisah dan sedih pada rasa bencimu dan keraguanmu.”

 Ditulis oleh Ustadz Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc حفظه الله تعالى

┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈

Harta Dunia Seperti Pisau Bermata Dua

Ust. Abu Riyadl, حفظه الله

Jadikan ia sebagai bekalmu..
Dan jangan jadikan ia sebagai penghalangmu..

Sa’id bin Jubair menuturkan:

“Kesenangan( harta) yang menipu, apa yang menjadikanmu lalai terhadap akhirat,

Sedangkan sesuatu (harta) yang tidak melalaikanmu ia bukan termasuk kesenangan yang menipu, tetapi kesenangan yang menghantarkanmu menuju sesuatu yang lebih baik darinya (yakni bekal akhirat).”

Antara dunia dan akhirat ibarat seseorang yang memiliki neraca yang jika ia berat disisi satunya maka akan ringan disisi lainnya..
Jika ia berat di sisi akhirat maka akan terasa enteng melihat dunia..
Maka hilanglah rasa bakhil, rasa malas, rasa tidak peduli halal haram.. dll

Www.abu-Riyadl.blogspot.com

 Ditulis oleh Ustadz Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc حفظه الله تعالى

┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈

Berkata Jujur

Ibnu_Mukhtar ہﮩ

Di tahun 97 H…

“Wahai Abu Hazim, berdoalah untukku.”, kata Amirul Mukminin Sulaiman bin Abdul Malik kepada Salamah bin Dinar Abu Hazim Al A-roj rohimahulloh. Beliau adalah seorang alim, cendekia dan Imam di kota Madinah.

Abu Hazim berkata : “ya Alloh, bila hamba-Mu Sulaiman ini adalah orang yang Kau cintai, maka mudahkanlah baginya jalan kebaikan di dunia dan di akhirat. Dan jika dia termasuk musuh-Mu, maka berilah hidayah kepada apa yang Engkau sukai dan Engkau ridhoi, aamiin.”

Salah satu hadirin berkata : “Alangkah buruknya perkataanmu tentang amirul mukminin. Engkau sebutkan kholifah muslimin termasuk musuh Alloh, kamu telah menyakiti perasaannya.”

Abu Hazim : “Justru perkataanmu itulah yang buruk. Ketahuilah bahwa Alloh telah mengambil janji para ulama agar berkata jujur : ‘Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya,’ QS. Ali Imron ayat 187

Beliau menoleh kepada Kholifah seraya berkata : “Wahai Amirul Mukminin, umat-umat terdahulu tinggal dalam kebaikan dan kebahagiaan selama para pemimpinnya selalu mendatangi ulama untuk mencari kebenaran pada diri mereka. Kemudian muncullah kaum dari golongan rendah yang mempelajari berbagai ilmu mendatangi para amir untuk mendapatkan kesenangan dunia. Selanjutnya para amir tersebut tak lagi menghiraukan perkataan ulama, maka merekapun menjadi lemah dan hina di mata Alloh.

Seandainya segolongan ulama itu tidak tamak terhadap apa yang di sisi para amir, tentulah amir-amir tersebut akan mendatangi mereka untuk mencari ilmu. Tetapi karena para ulama menginginkan apa yang ada di sisi para amir, maka para amir tak mau lagi menghiraukan ucapannya.”

Kholifah : “Anda benar…”

Dikutip dari Mereka adalah para Tabi’in, Pustaka At-Tibyan hal. 167-168, dengan sedikit perubahan.
———–

SIBUKKAN DENGAN KEKURANGAN DIRI KITA….!

Ust. Ferry Nasution, حفظه الله

Saudaraku kaum muslimin…
Termasuk salah satu prinsip yang telah ditetapkan oleh agama kita yang mulia ini adalah, bahwa setiap muslim sebelum ia menyibukkan dirinya utk mengoreksi kekurangan orang lain, maka hendaknya ia berusaha sungguh2 memperbaiki dirinya terlebih dahulu, ya’ni berupaya merealisasikan keselamatan, dan menjauhkan segala hal yang akan menyebabkan kerugian /kebinasaan dirinya.

Perhatikan firman ALLAH surah: Al-Ashr 1-3.

Ayat diatas memberikan pelajaran kepada kita, diantara:
ALLAH memberitakan kepada kita bahwa orang yang akan selamat dari kerugian ialah mereka yang merealisasikan pada diri mereka keimanan dan amal shaleh terlebih dahulu sebelum mereka mendakwahi orang lain dgn nasehat menasehati tentang kebenaran dan kesabaran…

Ayat diatas menjadi hujjah atas pembahasan kita saat ini, dan ALLAH sgt mencela kepada Bani Israil dikarenakan mereka menyimpang dari prinsip ini, yaitu dgn firman ALLAH:

Lihat surah AlBaqarah :44.

Untuk itu wahai ikhwan dan akhwat sekalian hendaklah kita senantiasa membenahi terus diri kita sendiri dahulu dari segala bentuk kekurangan dengan terus belajar (menuntut ilmu) kpd guru2 kita, mempelajari kitab para ulama sampai selesai, serta mengamalkan apa yang sdh kita difahami dan istiqomahlah!
Kemudian apabila kita mampu untuk berdakwah maka mulailah terlebih dahulu kepada keluarga kita (anak dan istri) kemudian orang yg terdekat dg kita, agar dakwah ini menjadi rahmat terlebih dahulu untuk keluarga kita sebelum kepada orang lain…
dan JANGAN SAMPAI KITA SIBUKKAN diri kita utk orang lain akan tetapi keluarga kita tdk faham agama sama sekali…

Apabila antum dan antunna amalkan yang demikian, sungguh yang demikian lebih bermanfaat untuk diri kita dan juga kepada kemaslahatan dakwah.

Akhukum Ahmad Ferry Nasution

– – – – – •(*)•- – – – –

Metode Khitan Pada Wanita

Banyak di antara wanita yang masih belum memahami bagaimanakah metode khitan wanita yang benar. Mengenai masalah hukum khitan bagi wanita sudah kerap kali dibahas dalam bahasan fikih. Yang jelas, hukum yang lebih tepat adalah sunnah, bukan wajib.

Mengenai bagaimanakah metode yang benar dalam khitan wanita akan dibahas oleh dr. Raehanul Bahraen berikut ini. Beliau pun akan menjelaskan beberapa metode yang keliru dalam proses khitan.

Bagian yang Dikhitan

Bagian yang disunat atau dikhitan adalah klitoral hood (kulit penutup klitoris).

Apa itu Klitoral Hood?

Sebagaimana disebutkan dalam Wikipedia (English)
“Clitoral hood, (also called preputium clitoridis and clitoral prepuce), is a fold of skin that surrounds and protects the clitoral glans. It develops as part of the labia minora and is homologous with the foreskin (equally called prepuce) in male genitals.” (http://en.wikipedia.org/wiki/Clitoral_hood)

“Klitoral hood atau disebut juga preputium clitoridis and clitoral prepuce adalah lipatan kulit yang mengelilingi dan melindungi clitoral glans (batang klitoris). Berkembang sebagai bagian dari labia  (bibir)minora dan merupakan homolog dari kulup penis (biasa disebut preputium) pada kelamin laki-laki.”

Pengertian dari kamus kedokteran Dorland,
“Lipatan yang terbentuk oleh penyatuan labia minora anterior (depan) dan bersatu dengan glans klitoris.” (Dorland hal 1762, edisi 29, EGC)

Jadi klitoris terdiri dari glans (batang) klitoris atau yang dikenal oleh orang awam dengan “klitoris” saja dan klitolral hood yang merupakan kulit pembungkusnya.

Perkataan Ulama Ibnu Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah mengumpulkan pendapat para ulama mengenai hal ini,

وَقَالَ ابْن الصّباغ فِي الشَّامِل الْوَاجِب على الرجل أَن يقطع الْجلْدَة الَّتِي على الْحَشَفَة حَتَّى تنكشف جَمِيعهَا وَأما الْمَرْأَة فلهَا عذرتان إِحْدَاهمَا بَكَارَتهَا وَالْأُخْرَى هِيَ الَّتِي يجب قطعهَا وَهِي كعرف الديك فِي أَعلَى الْفرج بَين الشفرين وَإِذا قطعت يبْقى أَصْلهَا كالنواة

“Ibnu Shobag berkata dalam Asy-Syamil, ‘ Wajib bagi laki-laki memotong kulit (الجلدة) kepala penis sampai kepala penis terlihat seluruhnya. Adapun wanita ada dua penghalang, salah satunya selaput keperawanannya dan yang lain adalah yang wajib dipotong yaitu seperti jengger ayam pada bagian vagina, terletak diantara dua mulut vagina, jika dipotong maka pangkalnya akan tetapseperti biji (النواة).” (Tuhfatul Maudud biahkamil Maulud, 1: 191, Darul Bayan, As-Syamilah)

Al Mawardi rahimahullah berkata,

وَأما خفض الْمَرْأَة فَهُوَ قطع جلدَة فِي الْفرج فَوق مدْخل الذّكر ومخرج الْبَوْل على أصل كالنواة وَيُؤْخَذ مِنْهُ الْجلْدَة المستعلية دون أَصْلهَا

“Adapun cara mengkhitan wanita yaitu memotong kulit ( الجلدة) pada vagina di atas tempat penetrasi penis dan saluran kencing, di atas pangkal yang berbentuk seperti biji (النواة). Diambil dari situ kulitnya tanpa mengambil pangkalnya.” (Tuhfatul Maudud biahkamil Maulud, 1: 192, Darul Bayan, Asy-Syamilah)

Imam Nawawi rahimahullah  berkata,

الواجب في المرأة قطع ما ينطلق عليه الاسم من الجلدة التي كعرف الديك فوق مخرج البول, صرح بذلك أصحابنا و اتقوا عليه. قالوا: و يستحب أن يقتصر في المرأة على شيئ يسير ولا يبالغ في القطع

“Yang wajib dipotong pada wanita (saat khitan) adalah apa yang dikenal dengan sebutan kulit (الجلدة) yang bentuknya seperti jengger ayam di atas saluran kencing. Itulah yang ditegaskan dan disepakati oleh ulama mazhab kami. Mereka mengatakan, ‘dianjurkan memotong sedikit saja dan jangan berlebihan dalam memotong’.” (Al-Ma’jmu’, 1: 350)

Yang perlu diperhatikan dari perkataan ulama adalah kata  “kulit ( الجلدة)” sehingga yang dimaksud adalah klitoral hood bukan  batang klitoris atau glans.

Orang awam banyak yang mengira wanita yang disunat adalah klitorisnya.

Kemudian kata “biji (النواة)” yang di jelaskan “pangkal dan tidak diambil” . maka, tidak diragukan ini adalah glans (batang) klitoris karena bentuknya memang seperti biji.

Kemudian kata “seperti jengger ayam” (كعرف الديك) di atas saluran kencing, kata ini semakin meyakinkan bahwa  yang dimaksud adalah klitoral hood.

Memang labia minora maupun labia mayora berbentuk seperti jengger ayam. Akan tetapi keduanya ada dua pasang dan letaknya disamping.

Sebenarnya untuk lebih jelasnya langsung melihat gambar, akan tetapi kami sarankan laki-laki tidak mencari gambarnya dan bagi wanita kami sarankan untuk mencari gambarnya sehingga kelak ada yang bisa melakukan khitan bagi wanita.

Alasan Secara Anatomi Kedokteran

Telah dijelaskan bahwa klitoral hood adalah homolog dari kulup penis/preputium. Homolog merupakan istilah bahwa keduanya adalah organ awal yang sama ketika tahap embriologi.

Dalam perkembangannya embrio organ genital berkembang sesuai dengan jenis kelaminnya. Pada laki-laki yang disunat adalah kulup penis maka pada wanita juga demikian.

Sedangkan klitoris merupakan homolog dari penis. Hanya saja penis pada laki-laki berkembang terisi dengan bulbus cavernosus dan bulbus spongiosum serta pembuluh darah. Jika memotong klitoris maka sebagaimana memotong penis pada laki-laki.

Sebagaimana ma’ruf dalam syariat  bahwa hukum asal perintah bagi laki-laki sama dengan wanita sampai ada dalil yang memalingkannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنما النساء شقائق الرجال
 
“Wanita itu saudara kandung laki-laki.” (HR. Abu Daud 236, Tirmidzi 113, Ahmad 6: 256 dengan sanad hasan).

Metode Khitan Wanita yang Salah

1. Memotong klitoral hood berlebihan

Hadist Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kepada Ummu ‘Athiyah radhiyallahu ‘anha (wanita tukang khitan),

اخْفِضِي، وَلا تُنْهِكِي، فَإِنَّهُ أَنْضَرُ لِلْوَجْهِ، وَأَحْظَى عِنْدَ الزَّوْج

“Apabila engkau mengkhitan wanita potonglah sedikit, dan janganlah berlebihan (dalam memotong bagian yang dikhitan), karena itu lebih bisa membuat ceria wajah dan lebih menyenangkan (memberi semangat) bagi suami.” (HR. Abu Daud 5271, Al Hakim 3: 525, Ibnu Ady dalam Al-Kamil 3: 1083 dan Al Khatib dalam Tarikhnya 12: 291, shahih)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  rahimahullah berkata,

وَلِهَذَا يُقَالُ فِي الْمُشَاتَمَةِ: يَا ابْنَ الْقَلْفَاءِ، فَإِنَّ الْقَلْفَاءَ تَتَطَلَّعُ إلَى الرِّجَالِ أَكْثَرَ، وَلِهَذَا مِنْ الْفَوَاحِشِ فِي نِسَاءِ التَّتَرِ، وَنِسَاءِ الْإِفْرِنْجِ، مَا لَا يُوجَدُ فِي نِسَاءِ الْمُسْلِمِينَ، وَإِذَا حَصَلَ الْمُبَالَغَةُ فِي الْخِتَانِ ضَعُفَتْ الشَّهْوَةُ، فَلَا يَكْمُلُ مَقْصُودُ الرَّجُلِ، فَإِذَا قُطِعَ مِنْ غَيْرِ مُبَالَغَةٍ حَصَلَ الْمَقْصُودُ بِاعْتِدَالٍ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ.

“Oleh karena itu dalam kasus saling memaki, seseorang mangatakan, “Wahai anak wanita yang tidak dikhitan!” Karena wanita yang tidak dikhitan memiliki nafsu kepada laki-laki yang lebih besar. Inilah yang menyebabkan terjadinya perzinahan (pelacuran) pada wanita Tar-tar dan Eropa. Di mana hal ini tidak dijumpai di kalangan wanita muslimin. Jika khitan dilakukan secara berlebihan maka gairah seks akan melemah sehingga tidak sesuai dengan keinginan suami. Jika pemotongan tidak dilakukan berlebihan, terwujudlah tujuan pertengahan (pengendalian hawa nafsu).” (Al-Fatawa Al Kubra, 1: 274, Asy-Syamilah)

2. Memotong labia minor atau labiya mayora (bibir vagina)

Hal ini yang diungkapkan oleh peneliti Dr. Olayinka kos-Thomas dalam bukunya, The Circumcision of Women: A Strategy for Eradication, mengatakan bahwa sunat pada wanita Afrika memiliki tiga macam yang masih dipraktekkan hingga saat ini.

Pertama yang disebut “sunna“, yaitu terjadi clitorydectomy, pemotongan habis seluruh klitoris wanita yang disunat

Kedua ialah eksisi atau pemotongan seluruh klitoris dan seluruh bagian dari labia minora, bibir kelamin.

Ketiga, jauh lebih parah, yaitu dipotongnya semua bagian klitoris, labia minora, berikut labia majora, dan dijahitnya vulva, lubang kelamin. hanya sedikit yang tersisa, sekedar untuk aliran urine dan mensturasi.

3.  Memotong klitoris

Sudah kita bahas sebelumnya, agar lebih meyakinkan kami nukil penyataan perwakilan ulul amridalam bidang kesehatan, yaitu Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan, drg. Murti Utami mengatakan sunat perempuan yang diatur dalam Permenkes No. 1636/ MENKES/ PER/2010 tentang Sunat Perempuan berbeda dengan definisi Female Genital Mutilation (FGM) versi organisasi kesehatan dunia atau WHO.
“Permenkes Sunat Perempuan mengatur larangan menggunakan cara mengkauterisasi klitoris, yakni memotong atau merusak klitoris baik sebagian maupun seluruhnya.“ (DetikHealth, Jumat, 1/7/2011)

Kami berharap banyak wanita kaum muslimin yang mempelajari bagaimana cara khitan wanita, kemudian menyebarkannya kepada seluruh kaum muslimin dengan mengadakan kegiatan-kegiatan baik berupa pelatihan dan sunatan masal bagi wanita sehingga sunnah dan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap terjaga.

Moga info kesehatan di atas bermanfaat bagi para pengunjung Muslim.Or.Id sekalian.

Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in. Walhamdulillahi robbil ‘alamin.

Rujukan:
http://muslim.or.id/kesehatan-islami/metode-khitan-pada-wanita.html

– – – – – •(*)•- – – – –

Tafsir 11-12: Surat An Naas

Setelah berakhirnya pembahasan tafsir surat Al Fatihah, Ust Badru Salam Lc, حفظه الله kini masuk ke pembahasan tafsir surat An Naas.

Selamat mendengarkan.

Agar bisa mendengarkan kajian ini dengan jelas dan tidak ada background voice dari Radio, silahkan matikan radionya yang ada di sidebar kanan (Radio Sunnah).

Tafsir 11:

Tafsir 12:

Menebar Cahaya Sunnah