Ibnul Qoyyim rohimahullahu ta’ala berkata,
الدعاء من أقوى الأسباب في دفع المكروه وحصول المطلوب، ولكن قد يتخلف عنه أثره، إما لضعفه في نفسه بأن يكون دعاء لا يحبه الله لما فيه من العدوان، وإما لضعف القلب وعدم إقباله على الله وجمعيته عليه وقت الدعاء، فيكون بمنزلة القوس الرخو جدًّا فإن السهم يخرج منه خروجًا ضعيفًا؛ وإما لحصول المانع من الإجابة من أكل الحرام، والظلم، ورَين الذنوب على القلوب، واستيلاء الغفلة والسهو واللهو وغلبتها عليها.
Berdo’a termasuk sebab-sebab yang terkuat untuk menolak perkara yang dibenci dan tercapainya perkara yang diinginkan, akan tetapi terkadang (do’a itu) berbeda-beda dalam hasilnya.
1. Bisa jadi karena lemahnya do’a tersebut, yaitu bahwa do’a itu tidak dicintai oleh Allah karena berisi permusuhan.
2. Bisa jadi karena lemahnya hati, hatinya tidak menghadapkan diri kepada Allah, dan hatinya lalai saat berdo’a, maka jadilah kedudukannya seperti sebuah busur panah yang sudah sangat mengendur, sehingga anak panah akan melesat darinya dengan sangat lemah.
3. Atau bisa jadi karena adanya penghalang dari terkabulkannya do’a seperti :
– memakan makanan yang haram,
– berbuat kezholiman,
– kotoran dosa yang mengotori hati, dan
– terkuasai oleh kelalaian, kelupaan, kesia-siaan, dan dominannya (hal-hal tersebut) atas hati.
(Ad Da-u Waa ad-Dawa – hlm. 9)