Sebagai umat Nabi termulia Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tentu umat Islam dikaruniai oleh Allah banyak keistimewaan yang tidak diberikan pada umat-umat sebelum mereka. Di antara keistimewaan tersebut adalah dijadikannya mereka sebagai umat pertengahan. Tidak ekstrim kanan dan tidak pula ekstrim kiri. Allah ta’ala berfirman,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا
Artinya: “Begitulah Kami menjadikan kalian sebagai umat pertengahan..” QS. Al-Baqarah (2): 143.
Umat Islam memiliki prinsip pertengahan dalam akidah, ibadah, akhlak dan seluruh aspek kehidupan. Termasuk dalam menyikapi pandemi.
Ekstrim Kanan Vs Ekstrim Kiri
Dalam menyikapi pandemi ini, kita menyaksikan adanya dua kubu yang bertolak belakang. Ekstrim kanan dan ekstrim kiri.
Ekstrim kanan adalah golongan yang terlalu berlebihan dalam bersikap. Sedangkan ekstrim kiri adalah golongan yang bersikap meremehkan dan menyepelekan.
Kaum ekstrim kanan tenggelam dalam kecemasan dan kekhawatiran yang tidak wajar. Hingga taraf mengalami gangguan paranoid atau takut berlebihan. Hal ini dipicu dari terlalu sibuk siang dan malam mengupdate berita yang mengerikan tentang parahnya lonjakan penularan virus.
Sekedar mengetahui secara global kondisi terkini level pandemi tentu penting; untuk meningkatkan kewaspadaan. Namun tidak boleh berlebihan. Hingga tidak sempat membaca al-Qur’an dan berdzikir. Bahkan saat shalat pun yang dipikirkan adalah situasi terkini pandemi.
Padahal ketenangan hati dan ketentraman jiwa di masa genting seperti ini sangat diperlukan untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Adapun golongan ekstrim kiri adalah mereka yang bersikap meremehkan pandemi. Sikap menyepelekan itu bertingkat-tingkat. Ada yang sama sekali tidak percaya adanya Covid-19. Ada yang percaya, namun menganggap bahwa itu penyakit ringan biasa. Adapula yang percaya Covid-19 itu berbahaya, namun malas menerapkan protokol kesehatan. Tidak peduli bahwa sikap cueknya itu bisa membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.
Keberadaan golongan ini memiliki andil yang cukup besar untuk memicu drastisnya peningkatan kasus positif Covid-19 di dunia belakangan ini.
Sikap Ideal
Yang benar adalah bersikap pertengahan. Yaitu mengambil sikap waspada tanpa ketakutan yang berlebih. Menjalankan protokol ketat kesehatan, setelah mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. Dengan cara bertaubat nasuha, menjaga shalat lima waktu, merutinkan dzikir pagi dan petang, memperbanyak istighfar, serta konsisten membaca al-Qur’an setiap hari minimal 1 juz.
Jika sudah maksimal dalam bertawakal dan berikhtiar pencegahan, lalu ditakdirkan tertular, maka tetap mengedepankan optimisme bahwa Allah Maha Kuasa untuk menyembuhkan. Bila ternyata berakhir dengan kematian, maka semoga meraih pahala syahid.
Sungguh kematian adalah sebuah keniscayaan. Yang selamat dari Covid-19 pun akan meninggal dengan sebab lainnya. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa wafat dalam keadaan husnul khatimah, bukan su’ul khatimah.
Ditulis oleh,
Ustadz Abdullah Zaen MA, حفظه الله تعالى