Renungan Ayat – 7

Allah Ta’ala berfirman:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Maka istiqomahlah sesuai dengan apa yang diperintahkan dan orang orang yang bertaubat bersamamu. Dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Dia melihat apa yang kamu lakukan.” (Hud:112)

Perhatikanlah ayat ini..
Allah menyuruh kita untuk istiqomah sesuai dengan apa yang diperintahkan..
bukan sesuai selera dan kepuasan keinginan kita..

lalu Allah berfirman: “dan orang yang bertaubat bersamamu..”
Karena ketika istiqomah terkadang kita jatuh kepada maksiat. Namun segera bertaubat dan beristighfar..

Lalu Allah berfirman: “Jangan melampaui batas..”
Peringatan agar istiqomah kita tidak berubah menjadi ghuluw atau berlebih lebihan..
Melebihi batasan batasan syariat yang telah ditentukan melalui lisan RasulNya..

Wallahu a’lam.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Renungan Ayat – 6

Kapan Berhujjah Dengan Pendapat Ulama

Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rohimahullah berkata:

“Tidak boleh bagi seorang pun untuk berhujjah dengan pendapat ulama dalam masalah yang diperselisihkan. Hujjah itu adalah nash, ijma’ dan dalil yang di istimbath yang ditetapkan mukadimahnya dengan dalil dalil syariat bukan ditetapkan oleh pendapat ulama. Karena pendapat ulama dijadikan hujjah bila sesuai dengan al kitab dan sunnah bukan dijadikan alasan untuk menolak alquran dan sunnah.”

(Majmu fatawa 26/202-203).

Perkataan beliau ini menunjukkan bahwa perkataan ulama dapat dijadikan hujjah bila telah menjadi kesepakatan atau ijma.
Adapun ketika para ulama berbeda pendapat, kewajiban kita adalah melihat dalil-dalil mereka mana yang paling kuat.
Karena pendapat ulama bukanlah dalil atas ulama yang lainnya.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Agar Tidak Merugikan Kita

Jangan pedulikan bully-an orang kepada kita .. agar hal itu tidak merugikan kita, tapi merugikan mereka sendiri.

=====

Syeikh Abdurrahman Assi’dy -rohimahullah-:

“Diantara sesuatu yang bermanfaat adalah pengetahuanmu bahwa gangguan manusia kepadamu -terutama dengan kata-kata buruknya-; tidak akan membahayakanmu, justru itu membahayakan mereka.

Kecuali jika kamu menyibukkan diri dengannya, dan membiarkan gangguan itu menguasai emosimu, maka ketika itulah dia jadi membahayakanmu sebagaimana dia telah membahayakan mereka.

Jika kamu tidak mempedulikannya, maka ia tidak akan membahayakanmu sama sekali..”

[al Wasaailul Mufiidatu Lil Hayaatis Sa’iidah hal 16]

Di alih-bahasakan oleh,
Ustadz DR. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى 

Kisah Sepotong Roti…

Dahulu..
ada seorang lelaki yang beribadah selama 60 tahun lamanya..
lalu ia terfitnah oleh seorang wanita..
dan berzina dengannya selama enam hari..
lalu ia sadar dan bertaubat..

ia pun pergi meninggalkan tempat ibadahnya..
lalu ia singgah di sebuah masjid..
dan tinggal di sana selama tiga hari tak ada makanan..
suatu ketika, ada orang yang memberinya roti..
ketika ia hendak memakannya..
ia melihat dua orang yang amat membutuhkan..
ia pun memotong roti..
dan memberikannya kepada keduanya..
sementara ia tak makan..

maka Allah memerintahkan malaikat untuk menimbang..
antara amalannya selama 60 tahun dan zinanya selama 6 hari..
ternyata lebih berat zina selama 6 hari..
lalu Allah memerintahkan menimbang zinanya 6 hari dengan dua potong roti..
ternyata lebih berat dua potong roti

[diriwayatkan oleh Nadlr bin Syumail dari perkataan ibnu Mas’ud..
dan ibnu Abu Nuaim meriwayatkan juga kisah yang sama dari Abu Musa Al Asy’ari dengan sanad yang shahih]

lihatlah..
ibadah 60 puluh tahun dikalahkan oleh zina 6 hari..
tidakkah menjadi takut hati kita untuk berbuat maksiat..
lihat juga..
ternyata berinfak di saat kita butuh..
melebihi ibadah selama 60 tahun..
namun..
itu tak mudah..
karena jiwa amat mencintai harta..
kecuali orang yang Allah berikan kekuatan padanya..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى .

Antara Sholat, Puasa Romadhon dan Pikun – Apakah Masih Ada Kewajiban Sholat dan Puasa dan Membayar Fidyah..?

Simak penjelasan Ustadz Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى berikut ini : (tunggu hingga audio player muncul dibawah ini:

Jawaban (audio) diatas ini adalah berdasarkan pertanyaan sbb :

Assalamu’alaykum Ustadz,

Ingin menanyakan, ayah ana sudah sepuh diatas 80an tahun qoddarallah wa maa syaa-a fa-ala mengalami pikun dan demensia tak bisa membedakan siang dan malam, dan tak mengenali anggota keluarga.

Bagaimana dengan kewajiban sholat dan puasanya Ustadz ? Karena beliau sudah tak bisa membedakan lagi bahwa barusan sudah makan jadi tampak lapar terus. Mohon nasehatnya Ustadz.

Syukron wa baarakallahu fiik
.
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ: عَنِ الْمَجْنُوْنِ حَتَّى يَفِيْقَ، وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ.

“Telah diangkat pena dari tiga golongan: dari orang gila sampai ia sadar, dari orang tidur hingga ia bangun, dan dari anak kecil hingga ia baligh.” [HR. at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi (II/102/693) – Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir 3514]
.
.
ARTIKEL TERKAIT
Bagaimana wudhu dan sholat orang yang sakit yang memakai pampers dan tak ada yang membantunya..?
.
.
Ikuti terus channel :
https://t.me/bbg_alilmu
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://t.me/kaidah_ushul_fiqih

Berfikir Sejenak

Coba fikirkan hadits ini.. masuk yang mana ya kita..

Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الدُّنْيَا لأَرْبَعَةِ نَفَرٍ عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالاً وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِى فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالاً فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِى مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالاً وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِى مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لاَ يَتَّقِى فِيهِ رَبَّهُ وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَلاَ يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالاً وَلاَ عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِى مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ

“Dunia telah diberikan pada empat orang:

ORANG PERTAMA, diberikan rizki dan ilmu oleh Allah. Ia kemudian bertakwa dengan harta tadi kepada-Nya, menjalin hubungan dengan kerabatnya, dan ia pun tahu kewajiban yang ia mesti tunaikan pada Allah. Inilah sebaik-baik kedudukan.

ORANG KEDUA, diberikan ilmu oleh Allah namun tidak diberi rizki berupa harta oleh Allah. Akan tetapi ia punya niat yang kuat (tekad) sembari berujar, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku akan beramal seperti si fulan.’ Orang ini akan mendapatkan yang ia niatkan. Pahalanya pun sama dengan orang yang pertama.

ORANG KETIGA, diberikan rizki oleh Allah berupa harta namun tidak diberikan ilmu. Ia akhirnya menyia-nyiakan hartanya tanpa dasar ilmu, ia pun tidak bertakwa dengan harta tadi pada Rabbnya dan ia juga tidak mengetahui kewajiban yang mesti ia lakukan pada Allah. Orang ini menempati sejelek-jelek kedudukan.

ORANG KE-EMPAT, tidak diberikan rizki oleh Allah berupa harta maupun ilmu. Dan ia pun berujar, ‘Seandainya aku memiliki harta, maka aku akan berfoya-foya dengannya.’ Orang ini akan mendapatkan yang ia niatkan. Dosanya pun sama dengan orang ketiga.”

[HR. Tirmidzi no. 2325, shahih kata Syaikh Al Albani]

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Renungan Ayat – 6

Allah Ta’ala berfirman:

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۚ فَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ

“Maka bersabarlah, sesungguhnya janji Kami itu pasti benar. Boleh jadi kami akan memperlihatkan kepadamu sebagian apa yang Kami janjikan kepada mereka atau Kami wafatkan engkau terlebih dahulu. Maka kepada Kamilah mereka akan dikembalikan.” (Ghofir: 77)

Ayat ini adalah hiburan bagi para pendakwah kepada al-haq agar mereka yakin bahwa janji Allah berupa kemenangan itu pasti benar. Terkadang janji tersebut Allah perlihatkan sebagiannya ketika masih hidup. Atau Allah wafatkan terlebih dahulu lalu Allah pun merealisasikan janjiNya.

Maka bagi para da’i janganlah tergesa gesa dalam berdakwah untuk segera melihat hasil. Karena hasil itu di tangan Allah. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengikuti manhaj para rosul dalam berdakwah.

Wallahu a’lam.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Renungan Ayat – 5

Menebar Cahaya Sunnah