Biasakan mengucapkan do’a berikut kepada istri, suami, anak, orangtua, teman, dll. Bila ditujukan ke wanita (istri atau ibu atau anak perempuan) maka katakanlah “Jazaakillahu khoyron“. Bila ditujukan ke pria (suami, ayah atau anak laki), maka katakanlah “Jazaakallahu/Jazaakumullahu Khoyron“, dan jawaban dari do’a tsb adalah “Wa Jazaakallahu/Jazaakumullahu/Jazaakillahu khoyron”…
Dari ‘Usamah bin Zaid, ia berkata: Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa diberi suatu kebaikan, lalu ia mengucapkan kepada orang yang memberi kebaikan tersebut: “Jazaakallahu khoyron” (*), maka sesungguhnya hal itu sudah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.”
[HR. at-Tirmidzi no. 1958, an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubro 6/53, dll. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohih at-Targhib wat Tarhib 969]
(*) Artinya: “Semoga Allah membalas-mu dengan kebaikan“
Dari kitab yang berjudul “Showarif ‘Anil Haq“, tentang Hal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari Kebenaran, ditulis oleh Syaikh Hamd bin Ibrohim Al Utsman, حفظه الله تعالى.
. PEMBAHASAN SEBELUMNYA (Penghalang yang ke 13) bisa di baca di SINI
=======
🌿 Penghalang yang ke 14 🌿
Perkara yang ke 14 yang menyebabkan seseorang terhalang dari hidayah yaitu…
⚉ Ia tidak berusaha untuk mengajak manusia kepada kebenaran [ تر ك هداية الناس للحق ]
Yang akibatnya Allah jadikan ia lupa kepada ilmu bahkan lama kelamaan akhirnya ia pun berpaling dari hidayah
قد يتر ك العبد تبليغ الحقَّ
Terkadang seorang hamba meninggalkan untuk menyampaikan hidayah, kebenaran dan ilmu yang ia seharusnya ajarkan kepada manusia….kenapa ? Karena malas atau karena bakhil.
Maka… tentu ini sesuatu yang sangat buruk sekali, dan ini merupakan akhlaknya orang-orang Yahudi.
Allah mensifati orang Yahudi dalam QS An Nisaa : 37
“Yaitu orang-orang yang bakhil dan memerintahkan manusia untuk bakhil dan mereka menyembunyikan apa yang Allah berikan kepada mereka berupa karunia-Nya”
⚉ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullah (Kitab Ash-shirootul-mustaqiim hal 7), berkata:
فو صَفَهُم بالبخل
“Allah mensifati mereka orang-orang Yahudi dengan kebakhilan,
الذي هو البخل بالعلم
yang maknanya adalah bakhil dengan ilmu
و البخل بالمال
dan bakhil dengan harta.
Walaupun redaksi ayat ini (kata beliau) lebih menunjukkan kepada bakhil dengan ilmu.
Maka orang yang bakhil terhadap ilmunya, itu sama halnya dengan orang Yahudi (atau tasyabuh dengan mereka.)
فإ نه سبب لِحر مان بر كة العلم والا نتفا ع به
Sebab ketika seseorang bakhil dengan ilmu, itu sebab terhalang dari keberkahan ilmu, terhalang untuk mengambil manfa’at dan ilmu, bahkan menyebabkan lupa dan hilang.”
⚉ Abdullah bin Mubarok rohimahullah berkata:
من بخل بالعلم ابتُلي بثلاث
“Orang yang bakhil dengan ilmu akan diberikan 3 perkara:
إما أن يَموت فيذهب علمه
ia meninggal ilmunya pun hilang
أو ينساه
atau ia melupakannya
أو يتبع سلطا ناً
atau ia menjadi penjilat penguasa”
Disebutkan dalam Kitab Aljaami’ ‘akhalqirrawii nomer 727
⚉ Berkata Ibnul Qayyim rohimahullah dalam Kitab Miftahdaarissaa’adah jilid 1 hal 172
فإن من خزن علمه، ولَمْ ينشر ه، ولَمْ يُعلَّمه ؛ ابتلاه الله بنسيانه وذها به منه
“Orang yang menyembunyikan ilmu dan dia tidak menyebarkannya/tidak mengajarkannya, Allah akan jadikan ia lupa dan hilang ilmunya
جزاء من جنس عمله
sebagai balasan perbuatannya.”
👉🏼 Oleh karena itulah orang yang mengetahui kebenaran, jangan ia menyembunyikan kebenaran, jangan ia malas untuk menyampaikan kebenaran kepada manusia, jangan ia merasa malas atau bahkan bakhil untuk mengajak manusia kepada AL HAQ (kebenaran), mengajarkan ilmu yang telah Allah berikan kepadanya.
⚉ Kata Ibnul Qayyim rohimahullah dalam kitab RisalahIlaa kulli muslimhal 11-12
كما أن هدايته للغير وتعليمه ونصحه يفتح له باب الهداية
“Bahwasanya memberikan hidayah kepada orang lain berupa ilmu, mengajarkan dan memberikan nasehat itu membuka pintu hidayah untuknya.
فإن الجز اء من جنس العمل
karena balasan itu sesuai dengan jenis perbuatan
فكلَّما هدى غير ه وعلَّمه؛ هداه الله و علَّمه
semakin ia memberikan hidayah kepada orang lain dan mengajarkan ilmu semakin Allah juga memberikan kepadanya hidayah dan mengajarkan kepadanya ilmu
فيصير هاديًا مَهديًّا
maka ia pun memberikan hidayah dan diberikan hidayah”
👉🏼 Sebagaimana didalam do’a Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam yang di riwayatkan Imam at-Tarmidzi :
اللٌَهُمَّ زيَّنا بزينة اﻹيْمان
“Ya Allah hiasi kami dengan hiasan iman
واجعلنا هداة مهتدين
dan jadikanlah kami orang-orang yang memberikan hidayah
عير ضالَّين ولا مضلَّين
bukan orang yang sesat, bukan pula orang yang menyesatkan
سِلْمًا لأو ليائك ، حر بًالﻹعدائك ، نُحب بِحبَّك من أحبَّك ، ونعادي بعداو تك من عاداك
kasih sayang kepada wali-walimu dan tegas terhadap musuh-musuhmu, mencintai dengan cintamu orang yang mencintaimu, dan memusuhi orang-orang yang memusuhimu.”
.
. Wallahu a’lam 🌴
.
. Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
. Dari kitab yang berjudul “Showarif ‘Anil Haq“, tentang Hal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari Kebenaran, ditulis oleh Syaikh Hamd bin Ibrohim Al Utsman, حفظه الله تعالى.
. Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page : https://t.me/aqidah_dan_manhaj https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/
Sahabat Zaid bin Khalid Al Juhani rodhiyallahu ‘anhu mengisahkan bahwa di suatu malam, di daerah Hudaibiyah, turun hujan. Dan di pagi harinya Nabi shollallalhu ‘alaihi wa sallam memimpin sholat shubuh para sahabatnya. Seusai menunaikan sholat beliau berbalik menghadap kepada para sahabat lalu bertanya kepada mereka:
“Tahukah kalian, apa yang Allah firmankan ?”
Para sahabat menjawab: “Allah dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.”
Beliau bersabda: Allah berfirman: ‘Di pagi ini ada sebagian hambaku yang beriman kepadaku dan ada yang kufur kepadaku.’
Orang yang berkata:
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ.
kita mendapat hujan atas kemurahan Allah dan kerahmatan dari-Nya, maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan ingkar/kufur kapada astronomi (perbintangan).
Adapun orang yang berkata:
مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا
kami mendapat hujan karena pengaruh bintang ini dan itu, maka ia adalah orang yang ingkar/kufur kepada-Ku dan beriman kepada astronomi/perbintangan.” (Muttafaqun ‘alaih)
Bagaimana sobat ? masihkah anda berkata: hujan turun karena musimnya, ataukah anda mulai menyadari bahwa yang menciptakan musim dan juga hujan adalah Allah. Keduanya terjadi atas kehendak Allah.
Musim tidak berdiri sendiri dan sesuka hatinya menurunkan atau menghentikan hujan, musim tunduk kepada kehendak Allah Ta’ala.
Karena itu, mengapa anda lebih mengingat musim dibanding mengingat Allah Ta’ala ?
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ.
“kita mendapat hujan atas kemurahan Allah dan kerahmatan dari-Nya”
👉🏼 Orang yang amanah apabila mengaku telah mengembalikan, maka pengakuannya diterima selama bukan pada barang yang ia mengambil manfa’at padanya.
Contohnya : ⚉ apabila si A menitip uangnya kepada si B yang sangat amanah. Lalu beberapa hari kemudian si A meminta uangnya, dan si B mengaku sudah dikembalikan. Maka pengakuan B diterima karena ia orang yang amanah. Dasarnya adalah firman Allah Ta’ala:
ما على المحسنين من سبيل
“Orang yang berbuat ihsan, tidak jalan untuk (menghukumnya).”
Kecuali pada barang yang ia mengambil manfa’at padanya, maka pengakuannya tidak diterima sampai membawakan bukti.
Contohnya : ⚉ bila ia meminjam pulpen, lalu pemiliknya memintanya. Namun ia mengaku sudah mengembalikan. Maka pengakuannya tidak diterima.
.
. Wallahu a’lam 🌴
. Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
. Dari kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى. .
.
. Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page: https://t.me/kaidah_ushul_fiqih https://www.facebook.com/kaidah.ushul.fiqih/ . KAIDAHUSHUL FIQIH – Daftar Isi LENGKAP
Dari kitab yang berjudul “Showarif ‘Anil Haq“, tentang Hal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari Kebenaran, ditulis oleh Syaikh Hamd bin Ibrohim Al Utsman, حفظه الله تعالى.
. PEMBAHASAN SEBELUMNYA (Penghalang yang ke 12) bisa di baca di SINI
=======
🌿 Penghalang yang ke 13 🌿
Yang ke 13… diantara perkara yang menghalangi hidayah, yaitu…
⚉ Lalai dari minta hidayah [الغفلة عن سؤال الهداية]
Kata beliau (Syaikh Hamd bin Ibrohim Al Utsman, حفظه الله تعالى):
إذا نظر العاقل فِي كثير مِمَّن ضل من قبله و من أهل زمانه
“Apabila orang yang berakal melihat kebanyakan orang yang tersesat (baik sebelum kita ataupun orang yang berada di zaman kita), ia akan melihat bahwa banyak diantara mereka cerdas orangnya (IQ-nya tinggi)…“ namun kecerdasan tidak cukup untuk mengantarkan pelakunya kepada hidayah dan kebenaran… Karena hidayah milik Allah.
Allah berfirman [QS Al Baqoroh : 272]
وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ
“Akan tetapi Allah memberikan hidayah kepada siapa yang Allah kehendaki“
👉🏼 Dan karena kecerdasan itu bukan sebab seseorang dapat hidayah, akan tetapi hidayah itu adalah milik Allah yang Allah berikan kepada siapa yang Allah kehendaki, maka kewajiban seorang hamba adalah untuk selalu minta kepada Allah hidayah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam Alqur’an bahwa senantiasa mereka berselisih [QS Ar-Rum : 31-32]
Maka karena mereka selalu berselisih, kita minta kepada Allah hidayah dalam perkara yang di perselisihkan.
Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam berdoa dalam doa istiftah ( diriwayatkan Imam Muslim dari hadits A’isyah rodhiyallahu ‘anha )
اللَّهُمَّ ربَّ جبريل وميكائيل وإسر افيل، فا طِرَ السموات والأرض، عالِم الغيب والشهادة، أنت تَحكم بين عبادك فيما كانوا فيه يَختلفون، اهدنِي لِما اختُلف فيه من الْحَقَّ بإذنك، إنَّك تَهدي من تشاء إلَى صر اط مستقيم
“Ya Allah Robbnya Jibril, Mika’il, Isrofil pencipta langit dan bumi, yang mengetahui yang ghoib dan yang terang-terangan. Kaulah yang menghukumi antara hamba-hamba-Mu diantara perkara yang di perselisihkan oleh mereka, maka berikan aku hidayah di dalam perkara yang di perselisihkan tersebut hidayah kepada kebenaran dengan izinmu. Sesungguhnya Engkau-pun memberikan hidayah kepada siapa yang Engkau kehendaki, kepada jalan yang lurus.”
⚉ Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullah ( dalam Majmu’ Fataawa 5/118)
فإذا افتقر العبد إلَى اللّٰه، وأدمن النظر فِي كلام اللَّه، وكلام ر سو له، وكلام الصحابة والتا بعين وأئمة المسلمين انفتح له طر يق الهدى
“Apabila seseorang hamba butuh kepada Allah, lalu ia betul-betul selalu memperhatikan firman Allah, memperhatikan sabda Rosulullah, perkataan para sahabat, para tabi’in dan para ulama kaum muslimin, maka akan terbukalah kepada dia jalan kebenaran.”
⚉ Beliau (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullah) juga berkata ( dalam Majmu’ Fataawa 12/103)
فمن تبيَّن له الحقُّ فِي شيء من ذاك اتبعه
“Siapa yang menjadi jelas kepadanya kebenaran dalam suatu permasalahan hendaklah ia mengikutinya dan apabila kebenaran tersembunyi hendaklah dia ‘tawakuf’ (tidak mengambil sikap) dulu sampai Allah memberikan kejelasan kepadanya.”
وينبغي أن يستعين على ذلك بدعا ء اللّٰه
“Dan hendaknya dia mohon pertolongan kepada Allah dengan cara berdo’a kepada-Nya.”
⚉ Syaikh ‘Abdurrohman Assa’dii rohimahullah (dalam kitab Taisiir Al-latifil-mannan hal 180)
إن النَّاظر فِي العلم عند الحاجة إلَى العمل، أو التكلُّم به
“Orang yang sedang membahas ilmu disaat ia butuh kepada amal atau berbicara dengan ilmu tersebut apabila belum bisa menentukan mana dua pendapat yang kuat, setelah dia niatnya benar untuk mencari kebenaran dan membahasnya, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan orang seperti ini.”
Selama niatnya benar dan ia berusaha sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran, maka Allah akan memberikan kepada dia hidayah sebagaimana halnya Nabi Musa berdo’a kepada Allah [QS Al-Qoshos : 22]
“Semoga Allah memberikan kepadaku jalan yang benar.”
.
. Wallahu a’lam 🌴
.
. Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
. Dari kitab yang berjudul “Showarif ‘Anil Haq“, tentang Hal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari Kebenaran, ditulis oleh Syaikh Hamd bin Ibrohim Al Utsman, حفظه الله تعالى.
. Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page : https://t.me/aqidah_dan_manhaj https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/
“Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim yang lain di pagi hari melainkan 70.000 malaikat bersholawat atasnya (memintakan ampun untuknya) hingga ia berada di sore hari. Dan jika ia menjenguknya di sore hari maka 70.000 malaikat bershalawat atasnya (memintakan ampun untuknya) hingga ia berada di pagi hari. Dan ia memiliki buah-buahan yang dipetik di dalam surga.”
(HR. At-Tirmidzi no. 969, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shoghir no. 5767 dan Ash-Shohihah no. 1367)
Simak penjelasan Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc حفظه الله تعالى berikut ini : (tunggu hingga audio player muncul dibawah ini) :
Dari pembahasan Kitab Roudhotul Uqola wa Nuz-hatul Fudhola (Tamannya Orang-Orang Yang Berakal dan Tamasya-nya Orang-Orang Yang Mempunyai Keutamaan) karya Abu Hatim Muhammad Ibnu Hibban al Busty rohimahullah.