Ustadz Badru Salam, Lc, حفظه الله تعالى
Dalam mengamalkan Asmaa-ul-Husna, bolehkah kita melakukannya seperti dzikir ? atau bagaimana caranya yang benar ?
Simak jawaban Ustadz Badru Salam, Lc, حفظه الله تعالى berikut ini :
Ustadz Badru Salam, Lc, حفظه الله تعالى
Dalam mengamalkan Asmaa-ul-Husna, bolehkah kita melakukannya seperti dzikir ? atau bagaimana caranya yang benar ?
Simak jawaban Ustadz Badru Salam, Lc, حفظه الله تعالى berikut ini :
Ustadz Badru Salam, Lc, حفظه الله تعالى
Di Indonesia sebagian ulama berpendapat bahwa kita harus berpegang kepada satu madzhab saja. Benarkah pendapat tersebut ?
Simak jawaban Ustadz Badru Salam, Lc, حفظه الله تعالى berikut ini :
Ustadz Aan Chandra Thalib حفظه الله تعالى
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى
“Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim )
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَوْفُوا اللِّحَى
“Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim)
Catatan:
Saat pelajaran mata kuliah Qodho’ (peradilan dalam islam) dosen saya mengatakan:
“Mayoritas ulama sepakat bahwa diwajibkan diyat penuh bagi setiap rambut yang empat, yaitu rambut kepala, jenggot, bulu alis dan bulu mata. Dan bagi setiap satu alis setengah diyat, sedangkan bagi satu bulu mata seperempat diyat.
Dia terdiam sejenak, lalu berkata:
“Ikhwah sekalian….
Berapa jumlah uang yang anda berikan kepada tukang cukur..?
Tahukah anda apabila seseorang dengan sengaja mencukur jenggot anda, maka dia wajib membayar diyat..?
Tapi anehnya.. sebagian orang malah menyuruh orang lain mencukur jenggotnya dengan bayaran yang murah.
Mencukur jenggot adalah perbuatan maksiat, dan menggunakan harta untuk membayar jasa tukang cukur sama halnya dengan membelanjakan harta dalam rangka bermaksiat kepada Allah.”
Mungkin ada yang akan menyela dan berkata, “Tapi sebagian ulama hanya memakruhkan..?”
Baiklah..
Makruh menurut bahasa adalah sesuatu yang di benci, dan dalam istilah ahli ushul adalah sesuatu yang apabila dikerjakan tidak mendapat dosa dan apabila ditinggalkan akan mendapat pahala.
Nah, kenapa kita rela kehilangan pahala dan memilih tidak mendapatkan apa-apa..?
Bukankah seorang muslim dianjurkan supaya berlomba-lomba dalam kebaikan.?
Wallahu a’lam
Apabila ada khilafiyah dalam suatu perkara, bagaimana kita menyikapinya ? mana yang kita pilih ?
Simak penjelasan Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc حفظه الله تعالى berikut ini : (tunggu hingga audio player muncul dibawah ini) :
Ustadz Muhammad Wasitho, MA, حفظه الله تعالى
Bismillah. Bershodaqoh kapan pun itu baik, berpahala, dan mendatangkan keberkahan pada rezeki, umur dan keluarga bagi pelakunya jika niatnya ikhlas karena Allah semata dan berasal dari harta dan profesi yang halal, serta disalurkan untuk kepentingan Islam dan muslimin, dan untuk mendukung kegiatan dan program yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Akan tetapi, bershodaqoh pada hari Jumat atau malam Jumat pahala dan keutamaannya lebih utama dan agung dibanding hari-hari selainnya. Hal ini dikarenakan keagungan hari Jumat itu sendiri dibanding hari2 dalam sepekan.
» Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah ketika menjelaskan beberapa keistimewaan hari Jumat, ia berkata:
الخامسة والعشرون: أن للصدقة فيه مزية عليها في سائر الأيام، والصدقة فيه بالنسبة إلى سائر أيام الأسبوع ، كالصدقة في شهر رمضان بالنسبة إلى سائر الشهور. وشاهدت شيخ الإسلام ابن تيمية قدس الله روحه، إذا خرج إلى الجمعة يأخذ ما وجد في البيت من خبز أو غيره، فيتصدق به في طريقه سرا،
(Keistimewaan Hari Jumat Yang Kedua Puluh Lima):
“Sesungguhnya shodaqoh pada hari Jum’at itu memiliki kelebihan dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Shodaqoh pada hari itu dibandingkan dengan hari-hari lainnya dalam sepekan seperti shodaqoh pada bulan Romadhon jika dibandingkan dengan seluruh bulan lainnya. Dan aku pernah menyaksikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, semoga Allah menyucikan ruhnya, jika berangkat menunaikan sholat Jum’at, beliau membawa apa saja yang ada di dalam rumahnya, baik itu roti atau yang lainnya untuk dia shodaqohkan selama dalam perjalanannya itu secara sembunyi-sembunyi.” (Lihat Zaadul Ma’aad I/407).
Demikian Faedah Ilmiyah yg dapat kami sampaikan pd pagi hari ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Amiin.
Things to ponder upon..
Ternyata hanya 1,5 jam saja kita hidup di dunia ini..
Mari kita baca firman Allah ‘azza wa jalla dalam Al-Qur’an..
1 hari akhirat = 1000 tahun .. (QS. Al-Hajj:47)
24 jam akhirat = 1000 tahun
3 jam akhirat = 125 tahun
1,5 jam akhirat = 62,5 tahun
Apabila umur manusia itu rata-rata 62-63 tahun, maka kehidupan manusia ini hanyalah 1,5 jam saja dari waktu akhirat. Pantaslah kita selalu diingatkan masalah waktu.
Ternyata hanya satu setengah jam saja yang akan menentukan kehidupan abadi kita kelak, hendak di Surga atau Neraka.
(QS. Fathir:15, An-Nisa:170)
Cuma satu setengah jam saja cobaan hidup, maka bersabarlah. (QS. Al-Muddaththir:7, At-Thur:48, Az-Zumar:10)
Demikian juga hanya satu setengah jam saja kita harus menahan nafsu dan mengganti dengan sunnah-Nya. (QS. Yusuf:53, Al-Ahzab:38)
“Satu Setengah Jam” sebuah perjuangan yang teramat singkat dan Allah akan mengganti dengan surga Ridho Allah. (QS.At-Tawbah:72, Al-Bayyinah:8, An-Nisa:114)
Maka berjuanglah untuk mencari bekal perjalanan panjang nanti. (QS. Al-Hashr:18, Ash-Shura:20, Ali-Imron:148, Al-Qashas:77)
Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (dibumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui..” (QS. Al-Mu’minuun:114)
Semoga bermanfaat..
Sobat..! Orang bersemangat muda banyak ditemukan di masyarakat, namun orang bijak adalah sesuatu yang langka adanya. Kehadiran dan sikapnya sering kali ditentang bahkan dibenci oleh banyak orang.
Di sisi lain, orang orang pandir atau dangkal pikiran dan ilmunya biasanya berada pada barisan terdepan dari barisan penentang orang orang bijak. Mereka menduga bahwa orang orang bijak bersikap aneh, bahkan gila seakan kehilangan akal pikirannya. Walau demikian halnya, orang orang bijak kembali membuktikan kebijakan dan kearifannya kepada semua orang.
Walau dimusuhi dan ditentang, Orang orang bijak tetap saja sabar dan menghadapi segala kondisi dengan ilmu dan kearifannya bukan dengan emosi dan perasaannya. Karena itu, belajarlah untuk bersabar bila menghadapi orang orang berilmu dan pendapat pendapatnya. Bisa jadi saat ini, daya nalar anda belum mampu mengikuti pemikiran mereka, namun percayalah bahwa suatu saat nanti anda akan termanggut manggut karena kagum mengakui betapa dalamnya ilmu dan nalar mereka.
Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membagikan harta kepada sekelompok orang, sedangkan sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas duduk menyaksikan pembagian tersebut. Betapa terkejutnya sahabat Sa’ad, karena menyaksikan ternyata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak memberi seseorang yang menurutnya lebih mulia dibanding orang orang yang mendapat pembagian.
Segera sahabat Sa’ad bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberi si fulan, padahal sungguh demi Allah, aku meyakininya sebagai seorang (mukmin) yang benar benar beriman..?
Rasulullah shallallah alaihi wa sallam menimpali ucapan sahabat Sa’ad dengan bersabda: mungkin yang lebih tepat dia adalah seorang muslim.
Sahabat Sa’ad untuk sesaat terdiam, namun karena tidak kuasa menahan rasa herannya, maka tidak selang berapa lama sahabt Sa’ad kembali mengulang pertanyaannya dan berkata: Wahai Rasulullah, mengapa engkau melewatkan si fulan, padahal sungguh demi Allah, aku meyakininya sebagai seorang (mukmin) yang benar benar beriman..?
Namun, lagi lagi Rasulullah bersabda: mungkin yang lebih tepat dia adalah seorang muslim.
Kembali, Sahabat Sa’ad terdiam sejenak, namun karena tidak kuasa menahan rasa herannya, maka kembali lagi sahabat Sa’ad mengulang pertanyaannya, dan lagi lagi Rasulullah mengulang jawabannya, lalu bersabda:
«يَا سَعْدُ إِنِّي لَأُعْطِي الرَّجُلَ، وَغَيْرُهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْهُ، خَشْيَةَ أَنْ يَكُبَّهُ اللَّهُ فِي النَّارِ» البخاري
“Wahai Sa’ad, sesungguhnya aku memberi harta kepada seseorang padahal orang lain yang tidak aku beri lebih aku cintai dibanding dia ( yang aku beri), karena aku kawatir orang yang aku beri tersebut tersungkur dalam api neraka ( karena lemah imannya, ia menggadaikan imannya demi mencari harta)..” (Riwayat Bukhari).
Ya Allah, karuniakanlah kebijakan dan kearifan kepada para juru dakwah dan ulama’ kami agar dakwah islam ini maju dengan pesat dan persatuan ummat dapat terrajut erat. Amiin.
Ditulis oleh,
Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى
Bagi para wanita yang memiliki anak kecil/bayi, hampir seluruh waktu yang ada tersita untuk perawatan sang anak/bayi sehingga mengurangi waktu untuk beribadah kepada Allah. Bagaimana menyikapinya ?
Simak jawaban Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, حفظه الله تعالى berikut ini :
MUI Pusat telah menerbitkan buku panduan tentang penyimpangan ajaran syi’ah di Indonesia. Seberapa pentingkah kita mempelajari keburukan syi’ah dan keburukan lainnya pada umumnya ?
Simak jawaban Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, حفظه الله تعالى berikut ini :
Syaikh Dr. Shalih bin Abdillah Al-Fawzan, حفظه الله تعالى mendapatkan pertanyaan sebagai berikut :
SOAL
Wahai Fadhilatusy-Syaikh, semoga Allah memberi taufik kepada engkau, apakah bilangan ganjil juga dianjurkan pada segala hal yang mubah, seperti minum kopi dan selainnya atau hanya sebatas pada perkara yang ditunjukkan oleh dalil..?
JAWAB
Ganjil pada segala hal itu bagus.
Ganjil pada jumlah batu ketika membersihkan diri dari buang air. Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam hanya menggunakan jumlah yang ganjil ketika membersihkan diri dari buang air dengan batu.
Beliau makan kurma basah dengan mengganjilkannya. Demikianlah..
Maka pada seluruh ucapan dan perbuatan bisa mengganjilkannya, itu sunnah.
Itu termasuk dari sunnah, di bejana tempat minum, ketika engkau minum hendaknya bernafas tiga kali. Inilah ganjil, bukan dengan dua kali nafas.
http://www.alfawzan.af.org.sa/node/2370
http://alfawzan.net/fatwa/jumlah-bilangan-ganjil-pada-segala-hal-yang-mubah