Doa Meminta Ilmu Yang Bermanfaat

Ustadz Fuad Hamzah Baraba’, حفظه الله تعالى

Nabi صلى الله عليه و سلم berdoa setiap pagi, dengan doa:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

— Allahumma Inniy As-aluka ‘ilman naafi’an, wa rizqon thoyyiban, wa ‘amalan mutaqobbalan —

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima“. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu as-Sunni).

Dan juga Nabi صلى الله عليه و سلم berdoa, dengan doa:

اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي, وَعَلِّمْنِيْ مَايَنْفَعُنِيْ, وَ زِدْنِيْ عِلْمًا

— Allahumman-fa’niy bimaa ‘allamtaniy maa yanfa’uniy, wa ziniy ‘ilman —

“Ya Allah, berilah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku, Dan tambahkanlah ilmu kepadaku.” (HR. at-Tirmidzi:3599, dan Ibnu Majah:251, 3833).

Doa Berlindung Dari Ilmu Yang Tidak Bermanfaat.

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ, وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَ مِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا

— Allahumma inniy a’udzubika min ‘ilmin laa yanfa’, wa min qolbin laa yakhsya’, wa min nafsin laa tasyba’, wa min da’watin laa yustajaabu lahaa —

“Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim:2722, an-Nasa’i VIII/260).

Inilah Ustadz Ahlus Sunnah Yang Terbaik

Ustadz M Wasitho, MA, حفظه الله تعالى
 
قال يوسف بن الحسين: سألت ذا النون المصري رضي الله عنه عند مفارقتي له: من أجالس؟ قال: عليك بصحبة من تذكرك الله رؤيته، وتقع هيبته في باطنك، ويزيد في عملك منطقه، ويزهدك في الدنيا عمله، ولا تعص الله ما دمت في قربه، يعظك بلسان حاله، ولا يعظك بلسان مقاله.

» Yusuf bin Al-Husain rahimahullah menceritakan: Aku bertanya kepada Dzun Nun Al-Mishri radhiyallahu ‘anhu tatkala perpisahanku dengannya; “Kepada siapakah aku duduk (berteman) dan belajar?” Beliau menjawab; “Hendaknya kamu duduk bersama orang yang dengan melihatnya akan mengingatkan dirimu kepada Allah. Kamu memiliki rasa segan kepadanya di dalam hatimu. Orang yang pembicaraannya bisa menambah ilmumu. Orang yang tingkah lakunya membuatmu semakin zuhud kepada dunia. Bahkan, kamu pun tidak mau bermaksiat kepada Allah selama kamu sedang berada di sisinya. Dia memberikan nasehat kepadamu dengan perbuatannya, dan tidak menasehatimu dengan ucapannya semata.” (Lihat Al-Muntakhob Min Kitab az-Zuhdi wa Ar-Roqoo’iq, karya Al-Khothib Al-Baghdadi, hal. 71-72).

Demikian faedah ilmiyah dan mau’izhoh hasanah yang dapat kami sampaikan pada hari ini. Semoga kita semakin pandai dan berhati-hati dalam memilih guru/ustadz dan teman dekat.

Para Nabi Dan Para Rosul

Ust. Rochmad Supriyadi, Lc حفظه الله تعالى

Alhamdulillah, was sholatu was salamu ala Rosulillah, wa ba`du;

Allah Ta`ala telah mengutus para nabi dan rasul pada setiap umat dan kaum agar memberikan petunjuk hidayah hingga mengentaskan mereka dari kesesatan menuju jalan keselamatan, kebahagiaan, dan jalan kebenaran.

Tiada jalan yang dapat menghantarkan kepada keselamatan melainkan hanya dengan cara mengikuti petunjuk para nabi dan rasul serta mengimani mereka.

Allah Ta`ala telah menyebutkan di dalam Al Qur`an dua puluh lima nabi dan rasul.

Dan disebutkan dalam As Sunnah, berkata abu Dzar Al Ghifari, ia bertanya kepada nabi sallallahu alaihi wa sallam, Wahai Rasulullah, berapakah jumlah para rasul?, maka Nabi sallallahu alaihi wa sallam menjawab, ” Tiga ratus sekian belas rasul, jumlah yang amat banyak “.(HR. Ahmad).

Para nabi dan rasul merupakan manusia yang paling baik hatinya, amal perbuatannya, akhlaknya, paling banyak ilmunya, paling santun tingkah laku nya dan paling sempurna ibadah nya.

Allah Ta`ala berfirman mensifati akhlak para nabi, ” Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak. Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa. Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali “. (QS. Maryam 12~15).

Allah Ta`ala berfirman, “Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka…….

Antara Bulan Dan Matahari

Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, Lc, MA حفظه الله تعالى

Menipu, alias berdusta adalah perbuatan keji nan kejam. Setiap orang benci kepada penipu dan perilakunya. Namun demikian, betapa banyak di dunia ini -tanpa sadar- kita menipu diri sendiri, dan seluruh orang di sekitar ini. Bahkan sampaipun setelah menyadari bahwa telah menipu diri sendiri, kita tidak kuasa atau paling kurang merasa berat untuk berbuat atau berkata jujur.

Salah satu buktinya, betapa sering anda berkata : bulan januari, atau bulan desember. Padahal tahukah anda bahwa penentuan Januari atau Desember atau lainnya tidak menggunakan bulan? Bahkan sama sekali tidak ada kaitannya dengan bulan? Penentuan januari dan bulan bulan masehi lainnya berdasarkan perputaran Matahari.

Karena itu saya punya usul untuk kita ganti dengan berkata : Matahari Januari, dan bukan Bulan januari.

Beda halnya dengan Bulan syawwal, Bulan Ramadhan atau bulan bulan hijriyah lainnya. Semua itu pantas disebut dengan bulan, mengingat penentuannya benar benar berdasarkan perjalanan bulan.

Mungkin anda bertanya: kok bisa ya, kita bahkan masyarakat dunia berkata bulan januari bukan matahari januari?

Sobat, kalau boleh saya mereka reka: nampaknya ini adalah bagian dari efek buruk perang salib dan keterpurukan ummat Islam yang telah berkiblat kepada ummat lainya. Sehingga untuk urusan penentuan waktu ikut ikutan menggunakan perhitungan posisi matahari bukan dengan perputaran bulan.

Sobat!, marilah kita belajar dan membiasakan diri untuk jujur dan meninggalkan kedustaan, yaitu dengan menggunakan penanggalan hijriyah yang benar benar pantas disebut dengan bulan. He he he, anda tidak setuju? Ya silahkan, toh status ini hanya persepsi atau perkiraan saja.

Kenalilah Musuh Ikhlas

Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه الله تعالى

Ibnul Qoyyim rahimahullah :

عدو الإخلاص وهاذمه الرغبة في مدح الناس والطمع فيما عندهم. فمن نقى قلبه من هذين سهل عليه تحقيق باب الإخلاص

“Musuh ikhlas dan penghancur nya adalah :
(1) berharap memperoleh pujian orang-orang dan
(2) berharap pemberian dari mereka.

Barangsiapa yang membersihkan hatinya dari dua perkara ini maka mudah baginya untuk mewujudkan keikhlasan”

Silahkan kita mengecek hati kita dengan ketat dan detail, apakah kita telah selamat dari dua perkara ini ?

Ataukah kita masih mencintai dua perkara ini ?

1242. Acara 7 Bulan Kehamilan

1242. BBG Al Ilmu – 237

Tanya:
Mohon penjelasan mengenai acara tujuh bulanan usia kandungan (bid’ah atau sunnah), lalu apa yang sebaiknya dilakukan oleh calon/ibu dan ayah semasa kehamilan ?

Jawab:
Ustadz Abdussalam Busyro, Lc, حفظه الله تعالى

Sepengetahuan kami acara 7 bulan bagi ibu yang hamil, merupakan ajaran orang hindu, orang jawa menyebutnya dengan MITHONI. Kita sebagai seorang muslim jika istri hamil, maka hendaknya banyak melakukan ketaatan, berlaku bagi istri atau suami, karena anak dalam kandungan sudah mulai terdidik saat ibu hamil.

والله أعلم بالصواب

⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊

Bila Imam Di Tasyahud Akhir, Sedangkan Makmum Baru Masuk

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc, حفظه الله تعالى

Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah, Komisi Fatwa Saudi Arabia ditanya,

“Barangsiapa mendapati tasyahud akhir sebelum imam salam, apakah ia dianggap mendapatkan keutamaan shalat jama’ah atau ia terhitung mendapatkan pahala shalat sendiri? Mana yang afdhol ketika seseorang masuk masjid dan imam berada di tasyahud akhir, apakah ia menyempurnakan tasyahud atau afdholnya ia menunggu orang lain datang dan ia shalat bersamanya?”

Jawaban para ulama yang duduk di Al Lajnah Ad Daimah,

“Barangsiapa yang mendapati imam tasyahud akhir dalam shalat, maka ia tidak dianggap mendapatkan shalat jama’ah. Akah tetapi ia mendapati pahala sesuai dengan kadar yang ia dapati imam saat itu. Seseorang baru dikatakan mendapatkan jama’ah ketika ia mendapatkan minimal satu raka’at. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من أدرك ركعة من الصلاة فقد أدرك الصلاة

“Barangsiapa mendapati satu raka’at dari shalat, maka ia berarti mendapati shalat.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dll).

Namun yang afdhol baginya, ketika ia telat, ia tetap ikuti imam. Hal ini berdasarkan keumuman hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ما أدركتم فصلوا وما فاتكم فاقضوا

“Apa saja gerakan imam yang kalian dapati, maka ikutilah (shalatlah). Sedangkan yang luput bagi kalian, maka sempurnakanlah.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dll)

Wabillahit taufiq, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

[Fatwa ini ditandatangani oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz selaku ketua, Syaikh ‘Abdurrozaq ‘Afifi selaku wakil ketua, Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud selaku anggota]

Ref:
http://rumaysho.com/shalat/telat-dan-mendapati-imam-tasyahud-akhir-1477

Semoga bermanfaat. Baarakallahu fiykum.

Nikmat Rasa Aman

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc, حفظه الله تعالى

Rasa aman adalah suatu nikmat. Coba kita perhatikan bagaimana jika kita hidup di lingkungan yang tidak aman. Misal, di sekitar kita banyak pemabuk. Malam hari penuh keributan dan keonaran. Atau mungkin yang lebih parah di sekitarnya terjadi peperangan, tentu hidup jadi tidak tenang. Maka syukurilah jika kita mendapat lingkungan yang penuh ketenangan dan masyarakatnya beradab.

Allah memerintahkan kepada kita beribadah kepada-Nya sebagai wujud nikmat aman yang dianugerahkan pada kita.

لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)

“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Al Quraisy: 1-4)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan bahwa rasa aman adalah suatu nikmat yang besar. Coba perhatikan hadits berikut.
Dari ’Ubaidillah bin  Mihshan  Al Anshary dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi no. 2346, Ibnu Majah no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).

Oleh karenanya nikmat ini jangan sampai diingkari. Allah Ta’ala berfirman,

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat” (QS. An Nahl: 112).

Gara-gara mengingkari nikmat, akhirnya datanglah musibah. Bentuk dari menginkari nikmat adalah dengan mendustakan ajaran Rasul.

وَلَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

“Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. An Nahl: 113).

Semoga kita menjadi hamba Allah yang bersyukur terutama saat kita mendapatkan rasa aman dan tentram dalam kehidupan kita.

Menebar Cahaya Sunnah