Kaidah Ushul Fiqih Ke 61 : Kata ‘KAANA’ كان Mempunyai Makna Dawam (terus menerus) Kecuali…

Pembahasan ini merujuk kepada kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى

KAIDAH SEBELUMNYA (KE-60) bisa di baca di SINI

=======

? Kaidah yang ke 61 ?

??  Kata “KAANA”  [ كان  ] mempunyai makna dawam (terus menerus) kecuali bila ada indikasi yang menunjukkan bukan untuk dawam.

⚉  Contohnya hadits:

كان النبي إذا قام من الليل يشوص فاه بالسواك

“Kaana (adalah) Nabi shallallahu alaihi wasallam apabila bangun dari tidurnya menggosok mulutnya dengan siwak.” (HR Bukhari dan Muslim).

⚉  Contohnya juga:

كان يفتتح الصلاة بالتكبير

“Kaana (adalah) Beliau membuka sholatnya dengan takbir.” (HR Muslim).

⚉  Contohnya juga:

كان إذا دخل الخلاء قال اللهم إني أعوذ بك من الخبث والخبائث

“Kaana (adalah) beliau apabila masuk wc mengucapkan: Allahumma inni a’uudzu bika minal khubutsi wal khobaaits.” (HR Bukhari dan Muslim)

??  Terkadang “KAANA” tidak mempunyai makna dawam.

⚉  Contohnya hadits:

كان يقرأ في صلاة الجمعة بسبح والغاشية

“Kaana (adalah) beliau membaca di sholat Jum’at dengan surat sabbihis dan al ghosyiyah.” (HR Muslim)

Diketahui tidak dawam karena disebutkan dalam hadits lain bahwa beliau membaca di sholat Jum’at dengan surat al Jumu’ah dan al Munafiqun (HR Muslim).
.
.
Wallahu a’lam ?
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.
Dari kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى.
.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page:
https://t.me/kaidah_ushul_fiqih
https://www.facebook.com/kaidah.ushul.fiqih/
.
KAIDAH USHUL FIQIH – Daftar Isi LENGKAP

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.