Hari ke-2 Dauroh Syar’iyyah ke-3 | Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily | Surakarta, 25-27 Rabi’ul Akhir 1438 H
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
1. Mendengar dan taat kepada pemerintah adalah masalah yang jelas dalil-dalilnya dari nash, bukan sekedar ijtihadiyyah. Kaidah yang dipegang ulama: Tidak ada ijtihad jika sudah ada nash.
2. Ada yang mengatakan Salafiyyun (orang-orang yang memegang prinsip manhaj salaf) adalah penjilat penguasa, karena masih mau mendengar dan taat kepada pemerintah (yang zhalim) demi mendapatkan keuntungan dunia seperti harta, jabatan, kursi, dll.
Ini hanyalah tuduhan kosong dan fitnah, karena Salafiyyun justru sangat jauh dari tujuan-tujuan seperti itu (bahkan mengajak orang menjauhi ketamakan pada dunia). Apa pentingnya kursi untuk seorang salafi ?
Yang benar, mereka mentaati pemerintah dalam hal-hal tidak bertentangan dengan syariat, dan itu semata-mata karena menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya dalam nushush syar’iyyah (Al-Qur’an dan sunnah), bukan sama sekali untuk menyenangkan hati pemerintah.
3. Jika seseorang tidak memberikan hak kita, maka jangan dibalas dengan tidak memberikan hak mereka. Semisal seorang istri yang tidak memberikan hak suami karena merasa tidak mendapatkan haknya dari suaminya. Begitu pula jika pemerintah tidak memberikan hak rakyatnya. Nabi ditanya tentang pemerintah yang yas-alûnâ haqqahum wa yamna’ûnâ haqqanâ (mereka menuntut hak mereka/penguasa namun menghalangi hak kami/rakyat), maka Nabi memerintahkan untuk tetap mendengar dan taat (HR. Muslim).
4. Mengajak rakyat untuk memberontak bermakna menghancurkan kesatuan jamaah kaum muslimin.
5. Mengapa mentaati pemerintah yang menang dalam pemilu demokrasi ? Karena semata-mata menjalankan perintah Allah & Rasul-Nya, bukan karena menyetujui demokrasi ataupun menjilat sang pemenang.
6. Demonstrasi sejatinya tidak memiliki mashlahat yang rajihah. Bahkan kadang tidak memiliki mashlahat sama sekali. Kalaupun ada, umumnya ditimbang dengan kepentingan duniawi dan diwujudkan dengan menimbulkan madharat yang lebih besar daripada mashlahatnya.
7. Ada yang berkata: Kewajiban mentaati pemerintah itu hanya berlaku apabila pemerintah itu berhukum dengan hukum Allah. Ini adalah perkataan orang-orang khawarij. Itu menjadi slogan yang dari dulu mereka dengungkan. Perkataan itu bertentangan dengan dalil-dalil. Bahkan para ulama di zaman dahulu tetap mentaati pemerintah mereka yang tidak berhukum dengan syari’at. Yang berkata demikian adalah orang yang jahil.
8. Tidak mengapa pemerintah membangun istana dengan perabot dan kendaraan mereka yang bagus, selama tidak menyombongkan diri dan mendapatkannya dengan cara yang halal. Sebagian orang mencela pemerintah karena sebab masalah mubah seperti di atas, bahkan mempertanyakan satu per satu dapat dari mana uangnya. Tidak jarang mereka menuduh tanpa bukti, bahwa pemerintah mendapatkannya dengan jalan yang haram. Padahal banyak pula manusia yang bukan dari kalangan pemerintah memiliki kekayaan yang sama. Maka, jangan mencela pemerintah pada hal-hal yang hukum asalnya adalah mubah, tanpa hujjah sama sekali untuk mengharamkannya. Syaikh bawakan cerita lucu tentang orang Madinah yang mencela Syaikh dan mengkafirkan raja Saudi karena membangun istana di atas gunung sementara kubur Nabi di dalam bumi.
Syaikh membawakan hadits Nabi, atsar Ibnu Abbas dan perkataan Umar kepada Muawiyah tentang perangkat pemerintahannya yang menunjukkan kehebatan dan kebesaran Muawiyah di daerah kekuasaannya.
9. Tidak boleh mengkafirkan seorang muslim sebelum ditegakkan hujjah atas dirinya. Dan mengkafirkan pemerintah lebih berat daripada mengkafirkan orang biasa, karena kafirnya pemerintah dengan kekafiran yang nyata adalah 1 dari 7 syarat (yang harus terpenuhi dan tidak boleh hilang salah satunya –pen) untuk dapat memberontak kepada penguasa.
Catatan: Silakan merujuk 7 syarat tersebut kepada kitab Syaikh: Al-Ihkam fii Sabri Ahwaalil Hukkam. Penulis sengaja tidak menyebutkannya karena rincian penjelasan Syaikh atas 7 syarat tersebut sangat penting untuk dipahami, khususnya untuk orang awam.
10. Sebagian orang yang membawa pemikiran khawarij menyebarkan pemikiran mereka di masyarakat awam. Dengan tergesa-gesa mereka ajak masyarakat memberontak, karena menganggap kafirnya pemerintah, tanpa memperhatikan 6 syarat lain seperti harus ada kemampuan dan kekuatan yang jelas untuk melakukannya. Mereka memfatwakan jihad di atas kejahilan. Setelah masyarakat memberontak, negeri mereka hancur, banyak kaum muslimin yang terbunuh, ternyata pemerintah tetap berkuasa dan tidak juga bisa digulingkan, karena masyarakat memang tidak punya kemampuan untuk menggulingkannya. Ironinya, orang-orang yang menyesatkan itupun akhirnya pindah begitu saja ke negeri lain setelah menyisakan kehancuran. Ini sebagaimana yang terjadi di beberapa negeri Arab dalam tahun-tahun belakangan ini.
11.. Syaikh menjawab perkataan: Ruhailiyyun fin Naar, dengan cool, keren.
Seandainya saja shohibul kalam mendengar, niscaya bergetar hati mereka, biidznillah, kecuali kalau orangnya tidak yakin akan datangnya hari pembalasan.
12. Bisa jadi ada sebagian individu dari kalangan salafush shalih yang melakukan atau mengatakan sesuatu yang menyelisihi aqidah ahlussunnah. Perbuatan dan perkataan mereka tidak bisa dinisbatkan sebagai aqidah salaf, melainkan dianggap sebagai ijtihad yang salah dari mereka, tanpa mengeluarkan mereka dari lingkaran ahlussunnah.
13. Orang Indonesia adalah orang-orang yang pada dasarnya baik. Maka Syaikh menasehatkan agar mereka mendengar dan taat kepada pemerintah Indonesia. Jika ada penyimpangan dan kekurangan pada pemerintah yang mereka ingkari, selama tidak dicari-cari, maka hendaknya bersabar dan berusaha menasehati pemerintahnya.
Diketik semampunya di meja dauroh – semoga Allah berikan surga untuk penulis, keluarganya & yang mensharenya.
_________________________
Muflih Safitra, حفظه الله تعالى | Surakarta