Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا
“Dan bersabarlah dirimu bersama orang yang menyeru Robbnya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas..” (Qs. Al Kahfi: 28)
● Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy rohimahullah mengatakan,
Di dalam ayat ini terkandung perintah untuk berteman dengan orang yang baik, serta memaksa diri untuk berteman dan bergaul dengan mereka, meski mereka fakir. Sebab, berteman dengan mereka memiliki faedah yang tidak bisa dihitung.
(Tafsir As Sa’dy)
● Dalam kesempatan lain, Syaikh As Sa’dy rohimahullah mengatakan,
Faedah minimal yang bisa engkau dapatkan dari teman duduk yang sholeh -dan ini bukan faedah yang ringan-, yaitu engkau :
– tidak melakukan kejelekan dan kemaksiatan dalam rangka menjaga pertemanan,
– berlomba dalam kebaikan, dan menjauhi kejelekan,
– dia akan menjagamu saat engkau ada maupun tidak (misal ketika di-ghibahi, pent.),
– kecintaan dan do’anya akan memberikan manfaat bagimu, saat engkau masih hidup atau sudah mati,
– dia pun akan membelamu disebabkan hubungannya denganmu dan kecintaan kepadamu.
(Bahjatu Quluubil Abror)