All posts by BBG Al Ilmu

Bersahabatlah Dengannya

Ibnu Rojab rohimahullah berkata,

“Bersahabatlah dengan yang akan menemanimu..

Demi Allah yang beristiwa di atas ‘Arsy, tidak ada yang akan menemanimu di kuburmu kecuali satu teman saja yaitu amal sholehmu..

Maka perbaikilah persahabatanmu dengannya di dunia .. niscaya ia akan menjadi teman baikmu di dalam kubur..”

(Latho-if Al Ma’arif – 99)


Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Bila Tidak Mampu Memberikan Manfaat Kepada Orang Lain Maka Setidaknya Jangan Mengganggunya

Rosulullah shollallaahu ‘alayhi wasallam bersabda,

على كل مسلم صدقة
‏فقالوا : يا نَبِيَّ اللَّهِ فمن لم يجد؟
‏قال : يَعمل بيَدِهِ فَيَنفَعُ نَفْسَهُ ويَتَصَدَّقُ
‏قالوا : فإن لم يجد ؟
‏قالَ : يعين ذا الحاجة الملهوف
‏قالوا : فإن لم يَجد ؟
‏قال :
‏فليعمل بالمعروف وليمسك عن الشر
‏⇦ فإنها له صدقة.

“Setiap muslim hendaklah bersedekah..”

Mereka berkata, “Jika tidak mampu..?”
Beliau bersabda, “Bekerja dengan tangannya agar ia memberi manfaat pada dirinya dan bersedekah..”

Ditanya lagi, “Jika tidak mampu juga..?”
Beliau bersabda, “Membantu orang yang membutuhkan pertolongan..”

Ditanya lagi, “Jika tidak mampu juga..?”
Beliau bersabda, “Hendaklah ia beramal kebaikan dan menahan diri dari keburukan..”

(HR Al Bukhari no. 1445)


Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Meninggalkan Semua Perkara Yang Tidak Bermanfaat

Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah ta’ala berkata,

قَد جَمَعَ النَّبِيَُ – ﷺ – الوَرَعَ كُلَّهُ فِي كَلِمَةٍ وَاحِدةٍ فَقَالَ،

Sungguh Nabi shollallahu ‘alayhi wasallam telah mengumpulkan seluruh sifat waro’ (kehati-hatian dalam setiap perkara) dalam satu kalimat. Beliau shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

« مِنْ حُسْنِ إسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ»

“Termasuk baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan perkara perkara yang tidak berguna baginya..”

فهذَا يَعُمُّ التَرَكَ لِمَا لَا يَعْنِي مِنَ: الكَلامِ، و النَّظرِ، و الإستمِاعِ، و البَطشِ، و المَشي، و الفِكر، و سَائِرَ الحَركَاتِ الظَاهِرَةِ و البَاطِنَةِ،
فَهذهِ الكَلِمَةُ كَافِيَّةٌ شَافِيَّةٌ فِي الوَرَعِ.

Maka ini mencakup untuk meninggalkan seluruh perkara yang tidak berguna baik dari :
– ucapan,
– pandangan,
– pendengaran,
– meraba dengan tangan,
– berjalan,
– berfikir, dan
– semua gerakan lahir dan batin lainnya.

Maka kalimat ini sangat cukup dalam mendefinisikan makna waro’.

(Madaarijus Saalikiin : 2/21)

Seorang Mukmin Diberkahi Di Mana Saja Dia Berada

Allah Ta’ala berfirman,

‏{ وجعلني مباركًا أين ما كنتُ } مريم : ٣١

“Dan Dia menjadikanku DIBERKAHI di mana saja aku berada..”

● Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah menjelaskan,

‏فهكذا المؤمن مباركٌ أينما حلَّ ،
‏والفاجر مشؤومٌ أينما حلَّ ..

Demikian pula mukmin, ia diberkahi di mana saja ia berada. Sedangkan orang fajir (buruk) membawa kesialan di mana saja ia berada.

(Al Wabil Ash Shoyyib hal. 177)

● Al Imam Ath Thobari rohimahullah berkata,

Sebagian ulama menafsir bahwa yang dimaksud diberkahi adalah memberi manfaat kepada manusia.

Pendapat lain mengatakan maksudnya adalah suka menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran.

Sebagian lagi mengatakan maksudnya adalah mengajarkan kebaikan.

(Tafsir Ath Thobari)

Berpikirlah Dengan Cerdas

Allah Ta’ala berfirman,

۞ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ اِلَى اللّٰهِۚ وَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ (١٥)

“Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), dan Maha Terpuji..” (Qs Faatir ayat 15)

Jika kamu tinggalkan sholat..
Akan ada orang yang menegakkannya..

Jika kamu tinggalkan ketaatan..
Akan ada orang yang mentaati-Nya..

Allah tidak membutuhkan ketaatan kita..
Dan Allah pun tidak dirugikan oleh kemaksiatan kita..
Ketaatan itu untuk keuntungan kita sendiri..
Dan kerugian maksiat pun untuk diri kita sendiri..

Maka camkanlah..
Dan berpikirlah dengan cerdas kemana kita akan pergi..


Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Diantara Keutamaan Berteman Dengan Orang Sholeh

Allah ‘azza wa jalla berfirman,

وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا

“Dan bersabarlah dirimu bersama orang yang menyeru Robbnya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas..” (Qs. Al Kahfi: 28)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy rohimahullah mengatakan,

Di dalam ayat ini terkandung perintah untuk berteman dengan orang yang baik, serta memaksa diri untuk berteman dan bergaul dengan mereka, meski mereka fakir. Sebab, berteman dengan mereka memiliki faedah yang tidak bisa dihitung.

(Tafsir As Sa’dy)

Dalam kesempatan lain, Syaikh As Sa’dy rohimahullah mengatakan,

Faedah minimal yang bisa engkau dapatkan dari teman duduk yang sholeh -dan ini bukan faedah yang ringan-, yaitu engkau :

– tidak melakukan kejelekan dan kemaksiatan dalam rangka menjaga pertemanan,

– berlomba dalam kebaikan, dan menjauhi kejelekan,

– dia akan menjagamu saat engkau ada maupun tidak (misal ketika di-ghibahi, pent.),

– kecintaan dan do’anya akan memberikan manfaat bagimu, saat engkau masih hidup atau sudah mati,

– dia pun akan membelamu disebabkan hubungannya denganmu dan kecintaan kepadamu.

(Bahjatu Quluubil Abror)

Tiga Tanda Kebinasaan

Berkata Imam Muhammad bin Fadhl Al Balkhi rohimahullah,

: ” علامة الشقاوة ثلاثة أشياء: يرزق العلم ويحرم العمل، ويرزق العمل ويحرم الإخلاص، ويرزق صحبة الصالحين ولا يحترم لهم1]“

Tanda-tanda kebinasaan itu ada 3 :

– diberikan rezeki ilmu tapi terhalang untuk beramal,

– diberikan rezeki untuk beramal tapi terhalang dari ikhlas, dan

– diberikan rezeki berteman dengan orang sholeh tapi tidak bisa memuliakan mereka.

(Mawa’idz Shoolihiin hal 386)


Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Tiga Jenis Manusia Yang Menghadiri Sholat Jum’at

Rosulullah sholallahu ‘alayhi wasallam bersabda

” يَحْضُرُ الْجُمُعَةَ ثَلَاثَةٌ: فَرَجُلٌ حَضَرَهَا يَلْغُو ، فَذَاكَ حَظُّهُ مِنْهَا، وَرَجُلٌ حَضَرَهَا بِدُعَاءٍ، فَهُوَ رَجُلٌ دَعَا اللهَ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُ، وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُ، وَرَجُلٌ حَضَرَهَا بِإِنْصَاتٍ وَسُكُوتٍ ، وَلَمْ يَتَخَطَّ رَقَبَةَ مُسْلِمٍ، وَلَمْ يُؤْذِ أَحَدًا، فَهِيَ كَفَّارَتُهُ إِلَى الْجُمُعَةِ الَّتِي تَلِيهَا، وَزِيَادَةُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ، فَإِنَّ اللهَ يَقُولُ: {مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ، فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا} [الأنعام: ١٦٠] “

Yang menghadiri Jum’at ada tiga jenis manusia :

1. Orang yang menghadirinya dengan melakukan perbuatan sia-sia, dan itulah bagiannya

2. Orang menghadirinya sambil berdo’a, maka dia adalah orang yang berdo’a kepada Allah Ta’ala, jika Allah menghendaki, maka Allah kabulkan dan jika tidak, maka Allah mencegahnya.

3. 0rang yang menghadirinya dengan diam dan tak berbicara,  tidak melangkahi leher seorang muslim dan tidak menyakiti seorang pun. Maka itu menjadi penghapus dosa hingga jum’at berikutnya, dan ditambah 3 hari. Demikian itu, sebab Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Barangsiapa yang melakukan satu kebaikan maka baginya mendapatkan sepuluh kali lipat yang semisalnya..(An ‘Aam 160)..”

(HR. Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad yang Hasan)

Diantara Tanda Sifat Munafik

Ubay bin Ka’ab rodhiyallahu ‘anhu berkata,

“Suatu hari Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam mengerjakan sholat shubuh, lantas beliau bersabda, “Apakah si Fulan ikut menghadiri sholat shubuh..?”

Para sahabat pun menjawab, “Tidak..” Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah si Fulan (yang lain) menghadiri sholat shubuh..?” Para sahabat menjawab, “Tidak..”

Lantas beliau shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya dua sholat ini (shubuh dan isya) adalah sholat yang paling berat bagi orang orang munafik. Andaikan mereka mengetahui pahala yang tersedia pada ke 2 sholat tersebut, niscaya mereka pun pasti mendatangi (tempat pelaksanaan) kedua sholat ini, walaupun dengan cara merangkak..”

(HR. Abu Dawud no. 554, an-Nasaa’i no. 843 dan Ahmad no. 21265)

● Ibrahim an-Nakho’i rohimahullah berkata,

“Cukuplah menjadi tanda sifat munafik, yaitu seorang lelaki yang bertetangga dengan masjid tetapi dia tidak pernah terlihat ada di dalam masjid tersebut (untuk menunaikan kewajiban sholat 5 waktu)..”

(Fathul Baari Libni Rojab IV/19)