Wanita Paling Siip, Lelaki Paling Oye…

Tips jitu untuk para jomblo memilih pasangan paling siip, dan bagi yang telah memiliki pasangan, tips ini juga tokcer menjadikan anda suami atau istri yang heeem gitu .

Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata:

(عقل المرأة جمالها، وجمال الرجل عقله)

Kecerdasan wanita terletak pada kepandaiannya mempercantik dirinya sedangkan ketampanan lelaki terletak pada kecerdasan nalarnya.
ً
Kecerdasan wanita tatkala ia mampu menjadikan suaminya selalu klepek klepek, ketagihan sampai KO, sehingga tidak bermata keranjang jelalatan ke wanita lainnya.

Sedangkan ketampanan lelaki bila ia cerdas, tiada pernah kehilangan akal untuk mengantarkan keluarganya menuju kepada setiap kebaikan dunia dan akhirat.

Selamat mencoba, semoga berhasil.

Muhammad Arifin Badri,  حفظه الله تعالى 

Renungan Pagi…

“Tak ada kusut yang tak selesai dan tak ada keruh yang tak jernih.”

Begitu kata pepatah melayu.
Asal kemauan kuat, maka jalan akan terang.

Tak seorangpun dapat kembali ke masa lalu dan memulai segalanya dari awal.
Namun kita bisa memulai segalanya hari ini untuk sebuah akhir yang indah.

Selamat datang hari baru.
Hari untuk menyusun segalanya dari awal.
Selamat datang hari baru..
Berlarilah sebelum kafilah awwabiin* berlalu.

Catatan:
*awwabin = orang-orang yang kembali pada Allah

__________________
Bumi Allah 23 Dzulhijjah 1437 H
ACT El-Gharantaly,  حفظه الله تعالى 

Resep Ditolong Allah…

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، و على آله و اصحابه ومن وله

Saudaraku yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

Apa yang kita lakukan ketika:

▪Kita mendengar berita yang mengejutkan, kita mendapatkan telepon bahwa pasangan kita (istri/suami) kita mengalami kecelakaan?

▪Atau kita mendapatkan kabar bahwa anak kita terjatuh disekolahnya?

▪Apa yang kita lakukan ketika kita menerima kenyataan bahwa perusahaan tempat kita bekerja akan melakukan PHK massal?

▪Atau kita mendapatkan berita yang tidak mengenakan dan menyesakan dada?

Panik ! Bingung ! Atau kita langsung mengambil telepon kita dan menghubungi orang yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Saudaraku yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

Masalah ini telah dijelaskan oleh Nabi kita shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Mari kita simak sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang hasan.

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

“Nabi kita shallallāhu ‘alayhi wa sallam apabila berhadapan dengan masalah (yang tidak mengenakan, yang menyedihkan, masalah besar) maka beliau segera mengerjakan shalat.”

✖Bukan menghubungi relasi,
✖Bukan panik,
✖Bukan galau,
✔Namun tuntunan Nabi kita shallallāhu ‘alayhi wa sallam shalat.

Mengapa shalat ?

Karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman dalam surat Al Baqarah: 45,

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Dan mintalah pertolongan kepada Allāh dengan sabar dan dengan mengerjakan shalat. Sesungguhnya shalat itu amatlah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

Saudaraku yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

Inilah resep Nabi kita Shallallāhu ‘alayhi wa sallam, beliau mengerjakan shalat karena Allāh akan menolong kita, ketika kita mendekat kepada-Nya.

Kita akan ditolong oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla ketika kita mengingatnya, kita akan dijaga oleh Allāh pada saat kita menjaga hak-hak-Nya.

اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ

“Jagalah hak Allāh maka Allāh akan jaga dirimu.”
(HR Tirmidzi)

Saudaraku yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

Oleh karena itu, ketika kita mendapatkan berita duka, berita yang mengagetkan, berita yang tidak menyenangkan maka segeralah ambil air wudhu lalu bertakbiratul ihramlah dan shalatlah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Saudaraku yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
Ibnu Abbas pernah berjalan disebuah jalan, lalu ada orang yang menghampirinya dan memberitahukan bahwa saudaranya telah meninggal dunia.

Apa yang dilakukan beliau?
Beliau langsung menepi dan beliau langsung shalat dua raka’at lalu beliau memanjangkan shalat nya berdoa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bersimpuh kepada Allāh lalu beliau mengucapkan salam beliau kembali ke tunggangannya dan beliau berjalan sambil membaca Al Baqarah ayat 45.

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاة

“Mintalah pertolongan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan kesabaran dan dengan mengerjakan shalat.”

Ini juga yang dilakukan oleh ummu Kultsum ketika melihat suami tercintanya Abdurahman bin ‘Auf itu pingsan dan beliau khawatir luar biasa.

Apa yang beliau lakukan ?
Allāhu Akbar, beliau langsung pergi ke masjid dan mengerjakan dua raka’at mengingat firman Allāh,

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاة

“Minta pertolongan kepada Allāh dengan sabar dan dengan mengerjakan shalat.”

Dan inipun yang dilakukan oleh Nabi Ibrāhim ‘alayhissalām ketika harus menerima kenyataan bahwa istri tercintanya Sarah diambil oleh orang-orang penguasa Mesir dipisahkan darinya.

Apa yang dilakukan Nabi Ibrāhim ‘alayhissalām? Apakah beliau menghubungi manusia?

Dalam hadits Bukhari beliau ‘alayhissalām langsung mengerjakan shalat dua raka’at salam, dua raka’at salam, dua raka’at salam, sehingga Sarah tidak bisa dijamah oleh penguasa Mesir tersebut.

Ini adalah resep Nabawi, resep untuk orang-orang beriman, yakin tidak bahwa Allāh mampu menolong kita.
Kerjakanlah shalat dekatkan diri kepada Allāh, bukan justru menjauh dan justru kita lebih dekat kepada manusia ketika kita sedang mendapatkan masalah.

Mendekatlah kepada Allāh Jalla wa ‘Ala dengan mengerjakan shalat.

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاة

“Mintalah pertolongan kepada Allāh dengan sabar dan dengan mengerjakan shalat.”

َإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَـعِنْ بِاللهِ

“Jika anda meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allāh, dan Allāh minta kita untuk mengerjakan shalat.”
(HR Tirmidzi)

Yakinlah bahwa Allāh akan menolong kita dengan shalat kita tersebut jika sesuai dengan sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan dilakukan dengan penuh kekhusyukan penuh kerendahan dan penuh pengharapan kepada Allāh.

أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركات

Muhammad Nuzul Dzikri,  حفظه الله تعالى 
(posted on FB page of Fadlan Fahamsyah,  حفظه الله تعالى)

ABU DARDA’ dan Parameter Ilmu…

“Diantara parameter kefaqihan/keilmuan seseorang:
Bagaimana ia masuk…
Bagaimana ia berjalan dan bersikap…
Dengan siapa ia bergaul…”

(Ibanah 2/464)

Sebuah hikmah yang mengalir dari lisan Abu Darda’ -radhiyallahu ‘anhu-. Seorang pakar dan salah satu shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Lihatlah ilmu seseorang dari cara ia masuk ke rumahnya, rumah orang lain, tempat publik dan majelis ilmu, sebagaimana lihatlah bagaimana ia masuk dalam sebuah pembicaraan, komunikasi, kasus dan permasalahan.

Lihatlah ilmu seseorang dari cara ia berjalan, bersikap dan penampilannya.

Dan lihatlah ilmu seseorang dari teman-teman dekat dan sahabatnya.

Tinggi rendahnya ilmu seseorang akan tercermin dari 3 hal diatas. Mari kita perbaiki hal hal tersebut.

Waffaqonallah.

Dinukil dari penjelasan Syeikh Shalih Al ‘Ushaimi -hafizhahullah- (seorang ulama pengajar di masjid Nabawi).

Muhammad Nuzul Dzikri,  حفظه الله تعالى

Kalau Ada Perintah Dari Nabi Shollallohu ‘alaihi Wasallam, Maka..

Kalau ada perintah dari Nabi shollallohu alaihi wasallam, jangan mencari celah untuk meninggalkannya, tapi semangatlah untuk mengikuti beliau.

======

Sebaliknya, jika beliau melarang, jangan mencari celah untuk melanggarnya, tapi semangatlah untuk menjauhinya, jangan bermain api untuk dirimu sendiri.

Syeikh ‘Utsaimin -rohimahulloh- mengatakan:

“Jika datang larangan (dari syari’at), maka jauhilah, jangan bertanya apakah itu haram atau makruh..!

Sebaliknya, jika datang perintah (dari syari’at), maka ikutilah, tidak usah menanyakan apakah itu wajib atau sunnah..!

Dahulu para sahabat -rodhiallohu ‘anhum-, jika diperintah oleh Rosul -shollallohu ‘alaihi wasallam- melakukan apapun, mereka tidak menanyakan: ‘wahai Rosulullah, apakah engkau bermaksud mewajibkan atau mensunnahkan..! Tapi mereka langsung menjalankannya.

Berbeda, ketika seseorang terjatuh dalam masalah, sehingga tidak mampu melakukan sesuatu yang diperintahkan atau tidak mampu meninggalkan sesuatu yang dilarang.. dalam keadaan seperti ini baru kita bahas apakah itu perintah wajib atau perintah sunnah..

Adapun sebelum itu, maka nasehatku kepada semua orang yang beriman, jika mendengar perintah Allah dan Rosul-Nya hendaknya dia mengatakan: ‘saya dengar dan saya taat..’, lalu mengerjakannya.

Begitu pula ketika mendengar larangan, hendaknya dia mengatakan: ‘saya dengar dan saya taat..’, lalu meninggalkannya, jangan sampai ia menjadikan dirinya dlm bahaya..

(Ingatlah) orang yang paling tinggi patuhnya kepada perintah Allah dan Rosul-Nya, merekalah orang yang paling kuat imannya..

Allah berfirman (yang artinya): “Sungguh perkataan kaum mukminin ketika diajak kepada hukum Allah dan RasulNya, tidak lain kecuali mereka mengatakan: ‘kami dengar dan kami patuh’. Mereka itulah orang-orang yang selamat..”

[Liqo bab maftuh 160].

——-

Pesan ini hanya sebagai pengingat saja.. karena di zaman ini, banyak orang ketika diingatkan untuk menjalankan suatu tuntunan agama, seringkali menjawabnya dengan mengatakan; itu kan hanya sunnah, bukan kewajiban..

Sebaliknya, kalau diingatkan meninggalkan sesuatu yang tidak baik, seringkali menjawab, itu kan hanya makruh, tidak sampai haram..

Bahkan seringkali ‘madzhab syafii’ yang sangat kita hormati, dipakai hanya untuk melegalkan melakukan sesuatu yang makruh, atau untuk meninggalkan sesuatu yang sangat dianjurkan oleh Islam..

Diingatkan untuk memanjangkan jenggot, bilangnya: “dalam madzhab Syafi’i jenggot hanya sunnah saja..!”

Dinasehati agar jangan merokok, jawabnya: “kami bermadzhab Syafi’i, rokok hanya makruh saja..”

Padahal dalam madzhab Syafii banyak yang mewajibkan memanjangkan jenggot, dan banyak juga dalam madzhab Syafi’i yang mengharamkan rokok.

Tentunya masih banyak contoh-contoh lainnya.. Intinya, janganlah mencari celah untuk meninggalkan tuntunan Islam, atau untuk melakukan larangan Islam.. tapi berusahalah untuk selalu tunduk dengan motto kaum mukminin “sami’na wa atho’na”.

Semoga bermanfaat… Dan silahkan dishare..

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى

Hadits Lemah…

Hadits lemah atau dlaif adalah hadits yang tidak terpenuhi padanya salah satu syarat hadits SHAHIH dan HASAN.

Sebab kelemahan hadits ada dua:
1. Terputusnya sanad. Baik terputusnya di awal atau di akhir atau ditengah, baik gugurnya perawi itu satu odang atau lebih. Dan setiap itu ada namanya tersendiri sebagaimana nanti akan di bahas.

2. Cacat pada perawinya.
Cacat yang ada pada perawi ada dua macam:

A. Cacat pada keadilannya.
Ada lima jenis cacat yang berhubungan dengan keadilan perawi hadits, yaitu:
Berdusta,
tertuduh berdusta,
berbuat dosa besar (fasiq),
berbuat bid’ah,
dan majhul.

B. Cacat yang berhubungan dengan kedlobitan perawi.
Inipun ada lima jenis, yaitu:
Buruk hafalan,
Banyak wahm,
Banyak menyelisihi,
Ghoflah (lalai).
Fuhsyul gholath (Amat banyak salahnya).

Ada juga sebab kelemahan hadits yang tidak berhubungan dengan keadilan dan kedlabitan seperti tadlis.

Baca artikel terkait sebelumnya : Hadits Hasan – part 2 – Hasan Lighairihi…

Badru Salam,  حفظه الله تعالى

Menebar Cahaya Sunnah