Category Archives: Syafiq Riza Basalamah

Jangan Suka Membanding-Bandingkan…

Istrimu adalah rizkimu..
Istrimu adalah pilihanmu…
Istrimu adalah takdirmu..

Maka jangan memandang kepada selain milikmu.

Dan jangan membanding-bandingkannya dengan wanita yang bukan milikmu.

Begitu pula sebaliknya untuk para istri, tidak layak baginya untuk membandingkan suaminya dengan lelaki lain.

Sebagian suami tatkala membandingkan istrinya dengan wanita yang dalam pandangannya lebih sempurna daripada istrinya, ia berdalih bahwa hal itu dilakukannya demi memotivasi istrinya. namun terkadang tujuan dibalik itu adalah untuk melampiaskan emosi dan memojokkan istrinya.

Cobalah berdiam sejenak untuk merenungkan akibat dan dampak buruk yang ditimbulkan dari perbuatannya ini, apakah tujuan untuk memotivasi istrinya akan tercapai? Atau malah membuat luka hati istrinya, merusak perasaannya, mengotori kesuciannya, menghancurkan harapannya.

Wanita manakah yang sudi dibanding-bandingkan?

Kau bukan wanita, tapi pada dasarnya dirimu juga tidak suka bila dibanding-bandingkan dengan lelaki lainnya, walaupun luka akibat perbandingan itu tidak separah luka di hati seorang wanita yang diciptakan lebih perasa daripada lelaki. Kebanyakan manusia tatkala melakukan perbandingan, dia tidak objektif, dia hanya melihat kepada satu atau dua sisi dari orang yang dijadikan tandingan, dan ini adalah perbandingan yang tidak adil.

Bisa jadi istri kita memiliki banyak kelebihan dari sisi yang berbeda, dan kebanyakan orang hanya melihat kulitnya saja, sedangkan suami mengenal istrinya kulit dan isinya. Sebagaimana istilah yang terkenal rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput sendiri.

Yang kau perlukan bila melihat sesuatu yang kau sukai dari dirinya, berikanlah nasihat dan bimbingan untuknya, dan sebelum itu katakan padanya bahwa kau pun ingin menjadi lebih baik untuknya, sebutkanlah kelebihan-kelebihannya, sanjunglah ia dengan kata-kata yang menyejukan jiwa, lalu hantarkan keinginanmu darinya tanpa membandingkannya dengan wanita lain, maka dengan itu kau telah memotivasinya untuk lebih baik tanpa menyayat hatinya.

Syafiq Riza Basalamah, حفظه الله تعالى

Wanita Terbaik…

Rasulullah -alaihis shalatu was salam- ditanya: “Manakah wanita yang paling baik wahai Rasulullah?”

Kata beliau:

الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

“Wanita yang paling baik adalah wanita yang jika dipandang menyenangkan hati. Dan jika diperintah oleh suaminya dia patuh. Dan dia tidak menyelisihi suaminya dalam urusan dirinya dan hartanya” (HR. An-Nasa’i)

Kadang kala nih, istri sibuk dengan teman-temannya, ngobrol dengan teman-temannya, dan suaminya ditinggal sendirian. Maka jadilah istri yang menyenangkan suaminya dan mematuhi perintahnya.

Syafiq Riza Basalamah, حفظه الله تعالى

Bukanlah Seperti Tugas Piket..

Berbakti kepada ibu dan bapak bukanlah seperti tugas piket yang dibagi jadwalnya antar saudaramu.

Tapi itu adalah perlombaan apakah engkau berhak untuk mendapatkan salah satu pintu surga ataukah tidak. Sebelum pintu itu ditutup, berbaktilah.

رب اغفرلنا ولوالدينا وارحمهما كما ربيانا صغارا

Ya Rabb, ampunilah kami dan kedua orang tua kami. Dan sayangilah mereka sebagaimana mereka merawat kami ketika kami kecil.

Syafiq Riza Basalamah, حفظه الله تعالى

#COVID_19 : Musibah Menghapus Dosa

Akhi, ukhti…

Tatkala kita mengetahui besarnya jumlah utang kita
Dan kita mengetahui pula bahwa jumlah aset kita tidak cukup untuk melunasinya
Bahkan kalau kita mempekerjakan diri kita dan keluarga kita untuk menebus hutang
Maka kita tergolong orang yang bangkrut, pailit.

Sekarang coba bayangkan, dalam setiap harinya, berapa banyak dosa yang kita lakukan.. 
Kita tidak pernah menghitungnya, kalau amal kebajikan insyaAllah dihitung..

sebagian tidak merasa berbuat dosa, karena memang ia tidak mengetahui mana yang dosa dan mana yang bukan…

Lepas dari semua itu, Allah, Ar Rahman Ar Rahiem…
Yang Maha mengetahui dengan segala kekurangan hambanya, telah membuat suatu sistem pelunasan dosa yang sangat indah…
Yaitu, dengan menurunkan berbagai macam musibah

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى
حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih , kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari no.5641 dan Muslim no. 2573)

Jadi yang lagi sakit, pada hakekatnya dia sedang melunasi hutang-hutangnya
Maka tiada kata yang lebih pantas diucapkan pada waktu itu kecuali bersyukur kepada Allah

Salah satu ulama’ salaf berkata:

لولا مصائب الدنيا لوردنا الآخرة مفلسين

“Andai kata bukan karena musibah-musibah dunia, niscaya kita akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bangkrut”.

Bagi akhi ukhti yang sedang dapat musibah…
saatnya menjadikan musibah itu sebagai ladang pelunasan dosa…
Dengan menata hati
Bersabar
Meridhoi takdir Ilahi
Bersyukur kepada Rabbi

Selamat mengamalkan

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Syafiq Riza Basalamah MA, حفظه الله تعالى

JANGAN LEWATKAN YANG BERIKUT INI:
Kumpulan Artikel Terkait Covid-19

Memperbaiki Diri…

Memiliki satu musuh sudah sangat banyak

Mempunyai seribu sohib masihlah kurang, itulah pesan salah seorang ulama! Biasanya seorang yang memiliki musuh akan berusaha untuk menyakiti musuhnya

Kecuali syetan banyak dari kita yang telah mengetahui bahwa dia adalah musuh kita, tapi malah berkawan dan bersahabat dengannya

Bahkan melakukan hal-hal yang menyenangkan syaitan

Padahal Allah telah mengingatkan:
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu maka jadikanlah dia sebagai musuhmu. (QS Fathir: 6)

Akhi/Ukhti

Siapapun yang membencimu
Siapapun yang memusuhimu
Ada satu langkah untuk menyakitinya
Untuk membuatnya gusar dan sengsara;
Satu langkah yang diridhai Allah, namun membuat musuhmu sengsara
membuatnya seperti cacing yang kepanasan

Yaitu:
Memperbaiki diri
Dekatkan dirimu pada Ilahi
Tinggalkan segala yang dibenci Rabbi
Basahi bibirmu dengan asma Allah
Tidak perlu kamu mendengki dan menghasut
Apalagi berbuat yang tak dibenarkan

Cukup kamu memperbaiki diri, Niscaya kamu sudah menyakiti musuh-musuhmu, dari bangsa Jin dan Manusia

Seorang alim ulama pernah berwasiat:
Bila kamu ingin menyakiti musuhmu, maka perbaikilah dirimu. Tiada senjata yang lebih ampuh, lebih dari kita memperbaiki diri sendiri

Syafiq Riza Basalamah, حفظه الله تعالى

Jangan Terlena Dengan Amalmu…

Suatu hari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di depan para sahabatnya, ia hendak menyampaikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun tiba-tiba beliau pingsan, kemudian setelah beberapa saat, beliau siuman, kejadian itu berulang 3X, baru setelah itu beliau bisa menyampaikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang agung ini, renungkanlah artinya:

“Sesungguhnya orang pertama yang akan diadili kelak pada hari kiamat ada 3.
Pertama, seseorang yang mati syahid, dia dihadpkan kepada Allah & disebutkan oleh-Nya semua kenikmatan yang pernah diberikan kepadanya, maka diapun mengakuinya, kemudia dia ditanya (oleh Allah): Apa yang telah kamu perbuat dengan nikmat-nikmat tersebut? dia menjwb: Aku telah berjuang untuk-Mu hingga mati syahid. Dijawab (oleh Allah): Kamu dusta, kamu tidaklah berjuang kecuali supaya dikatakan pemberani, & kamu pun telah dikenal, dengan demikian, dia diperintahkan untuk diseret di ats mukanya & dimasukkan ke dalam api neraka.

Kedua, seorang yang menuntut ilmu & mengajarkannya, & membaca Al-Qur’an, maka dia dihadapkan kepada Allah & disebutkan oleh-Nya semua kenikmatan yang pernah diberikan kepadanya, maka diapun mengakuinya, kemudia dia ditanya (oleh Allah): “Apa yang kamu perbuat dengan nikmat-nikmat tersebut?” dia menjawab: “Aku telah menuntut ilmu & mengajarkannya, & membaca Al-Qur’an karena-Mu.” Dijawab (oleh Allah): “Kamu dusta, kamu tidaklah menuntut ilmu kecuali supaya dikatakan sebagai orang alim, & tidaklah membaca Al-Qur’an kecuali supaya dikatakan sebagai qari’ & kamu pun telah dikenal dengan demikian.” Kemudian diperintahkan untuk diseret di atas mukanya & dimasukkan ke dalam api neraka.

Ketiga seorang dermawan yang diberikan padanya berbagai macam kekayaan, maka dia dihadapkan kepada Allah & disebutkan oleh-Nya semua kenikmatan yang pernah diberikan kepadanya, maka diapun mengakuinya, kemudia dia ditanya (oleh Allah): Apa yang telah kamu perbuat dengan nikmat-nikmat tersebut? dia menjawab: Tiada satu jalanpun yang Kau cintai di situ seseorang untuk ber’infaq, kecuali telah aku keluarkan semata-mata untuk-Mu. Dijawab (oleh Allah): “Kamu dusta, kamu tidaklah melakukan itu kecuali supaya dikenal sebagai dermawan, & kamupun telah dikenal dengan demikian, kemudian diperintahkan untuk diseret di atas mukanya & dimasukkan ke dalam api neraka”. (HR Muslim and Tirmidzi, Ibnu Hibban).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia & perhiasannya, pasti kami berikan (balasan) penuh pekerjaan mereka di dunia (dengan Sempurna) & mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat, kecuali neraka, & sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) & terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Huud: 15-16)

Ingin dipuji adalah tabiat manusia
Menyebrangi samudera yang luas, dalam dan penuh hiu, lebih ringah dari pada mengarungi lautan ikhlas. Karena dalam semua itu, diri kita termotivasi untuk kesenangan jiwa kita, untuk nafsu dan naluri manusiawi: popularitas, prestige, kesenangan tersendiri, cinta petualangan, kehebatan dll.

Namun dalam puncak dan samudera keikhlasan: kita memerangi diri kita untuk tidak menyukai apa yang disukainya, untuk membenci apa yang dicintai. Kita suka dipuji, tapi kita harus menghilangkan perasaan itu. Kita suka disanjung, namun kita wajib menghapus keinginan itu. Kita suka dunia, kemewahaan, namun kita diperintahkan untuk menundukkan gejolak nafsu itu dari dalam hati kita, agar yang ada dalam niat dan hati hanyalah untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala kita beramal, demi sesuatu yang lebih indah dan menakjubkan dari semua itu.

Memang manusia yang berbuat baik, pantas untuk mendapatkan pujian dan sanjungan. Namun beramal baik untuk mendapatkan pujian dan sanjungan adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan memerangi sesuatu yang tumbuh di dalam hati adalah perjuangan yang tidak akan pernah tuntas. Karena penyakit itu tumbuh dan berakar di dalam hati. Semoga Allah Jalla wa ‘Ala membimbing kita agar tetap ikhlas beramal.
Beratnya medan menuju puncak ikhlash

قال الفضيل بن عياض: أدركنا أناس يراءون بما يعملون فصاروا الآن يراءون بما لا يعملون.
– أعربنا في القول .. وأخللنا في العمل .. حتى أصبح إخلاصنا يحتاج إلى إخلاص.
إن من دلائل الإخلاص وعلامات المخلصين اتهامهم لأنفسهم بالتقصير في حق الله ، وعدم القيام بالعبودية لملك الملوك ، بل ومقتهم لأنفسهم ولا يرونها أهلاً لأي فضل ، قال تعالى { والذين يؤتون ما آتوا وقلوبهم وجلةٌ أنهم إلى ربهم راجعون }.

Al Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Kita telah menjumpai orang-orang yang berlaku riya’ dengan apa yang mereka kerjakan, namun saat ini kita mendapati orang-orang yang berlaku riya’ dengan apa yang tidak mereka lakukan”.

Mendaki puncak himalaya susah dan membutuhkan perbekalan dan perlengkapan, serta butuh beberapa hari, atau beberapa pekan untuk sampai ke puncaknya. Tapi itu tetap lebih mudah dibanding mendaki puncak keikhlasan.

Dan perjuangan untuk sampai ke puncak keikhlasan, untuk merapat ke pantai ikhlas membutuhkan waktu yang kadang lebih panjang dari pada keliling dunia, karena kadang sampai ajal menjemput, ada yang belum sampai ke puncaknya.

سئل التستري: “أي شيء أشد على النفس؟! قال: “الإخلاص؛ لأنه ليس لها فيه نصيب”.

At Tsauri rahimahullah ditanya, “Apakah yang paling berat untuk jiwa? Maka ia berkata, “al Ikhlash, karena tidak ada bagian nafsu di dalamnya”.

Dan seorang ulama’ besar, yang terkenal kezuhudannya, Sufyan at Tsauri rahimahullah berkata:

“ما عالجت شيئاً أشد عليّ من نيتي؛ إنها تتقلبُ عليّ”.

“Tiada ada sesuatu yang lebih berat aku tangani daripada niatku sendiri, sesungguhnya ia suka berbolak-balik”.

Ada Kemudahan
Beratnya medan menuju ikhlash. Sulitnya mengobati hati. Sukarnya memurniatkan niat untuk ilahi. Akan menjadi mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan itu adalah rahasia, kenapa nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berdoa:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ.

“Wahai Yang Maha Membolak-balikkah hati, Tetapkanlah hatiku di atas agamamu”. (HR Tirmidzi)

Dan Tatkala Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Nabi Subhanahu wa Ta’ala “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amal yang dapat memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, dan sesungguhnya itu adalah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah Jalla wa ‘Ala. Engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke Baitullah”. (HR Tirmidzi)

Tiada kemudahan kecuali yang Allah Subhanahu wa Ta’ala buat mudah, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa menjadikan yang sukar itu mudah apabila Dia berkehendak, tapi sayangnya, kita yang sering lupa memohon keikhlasan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas semua amal kita.

Simaklah petuah singkat berikut.
Minta rezeki tidak pernah lupa
Minta sehat dan kesembuhan selalu sedia
Minta kesuksesan dan keberhasilan senantiasa dibaca
Tapi minta keikhlasan, mungkin ada sebagian yang lupa

Washalatu wassalamu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajmain.

Syafiq Riza Basalamah, حفظه الله تعالى

Orang Yang Sangat Merugi

Pernah hidup di masa kelam, bukan berarti engkau gagal menjalani hidup di dunia ini. Karena setiap anak Adam melakukan kesalahan dan khilaf. Maka bersegeralah engkau berhijrah menuju kehidupan yang baru di atas sunnah.

Namun kegagalan adalah engkau jatuh ke dalam lubang yang sama sebanyak 2 kali.

لا يلدغ المؤمن من جحر واحد مرتين

“Seorang mukmin tidaklah jatuh di dalam lubang yang sama sebanyak 2 kali” [HR. Bukhari]

Pernah jatuh ke dalam muamalah ribawiyah bukan berarti engkau adalah orang yang gagal jika engkau telah bertaubat darinya.

Tapi orang yang sudah mengaji dan mengetahui dosa besar riba, namun masih mengulangi dosa yang sama setelah dia bertaubat darinya, itulah orang yang sangat merugi.

Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah MA, حفظه الله تعالى

Menangislah…

Menangislah jika Al-Quran sama sekali tak kau sentuh di hari dan malam mu.
Menangislah jika shalat tak kau datangi padahal Dia telah memanggilmu sebanyak 5 kali dalam satu hari satu malam.

Engkau meminta dariNya rezeki, namun panggilanNya pun malas kau tanggapi.
Engkau meminta dariNya kebahagiaan, namun kitabNya (Al-Quran) pun kau biarkan bersawang.
Duhai jika aku masih memiliki rasa malu.. Maka aku malu harus bermaksiat di hadapanNya sedangkan aku memakan rezeki dariNya.

Dan duhai jika aku masih memiliki rasa malu.. Maka aku malu karena enggan dari panggilan-panggilanNya, padahal aku selalu menghirup nikmat oksigen yang tetap Dia beri untukKu.

Aku malu.. Namun Dia tetap sayang kepadaku dengan memanggilku untuk bersujud meminta ampun kepadaNya..

Ya Allah.. Aku malu padaMu. Maka maafkanlah seluruh kelalaian ku selama ini.
Allahumma innii astaghfiruka wa atuubu ilaik..

Syafiq Riza Basalamah, حفظه الله تعالى

Dengan Apa Mensyukuri Nikmat Allah..?

1. Dengan hati yaitu yakin nikmat murni dari Allah bukan karena aku, jangan seperti Qorun yang mengatakan “aku bisa (kaya) seperti ini karena aku punya ilmu” yang ngasih rizki tuh Allah. Ketika ada orang mengatakan “saya ini sehat karena setiap hari saya lari” Ingat itu sebab tapi yang memberi kesehatan adalah Allah

2. Mensyukri nikmat dengan lisan sebagaimana Rasulullah jika mendapatkan nikmat beliau mengucapkan :

“‏الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ”

“Segala puji bagi Allah, dengan nikmat-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna.” (*)

Ketika Rasulullah mendapati hal yang dia tidak sukai maka beliau mengatakan

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

“Segala puji bagi Allah atas setiap keadaan” (**)

Lisan harus senantiasa memuji Allah atas segala nikmat yang Allah berikan apapun, makanya usai makan ucapkan Alhamdulillah habis bangun tidur kita ucapkan Alhamdulillah

3. Bersyukur dengan raga kita, kita nih dikasih kaki oleh Allah maka gunakan fasilitas itu untuk ke rumah Allah seperti pegawai yang dikasih fasilitas mobil lalu dia ke kantor tapi dia menggunakan mobil untuk ke cafe tentu akan dimarahin .. bagaimana dengan fasilitas yang Allah berikan untuk kita..?

Coba renungkan, kaki kita lebih sering ke pasar apa lebih sering ke masjid ? tanyakan kepada diri kita ! agar kita tau sudahkah kita mensyukuri nikmat ?

Syafiq Riza Basalamah, حفظه الله تعالى

40 Tahun…

Biasanya orang yang sudah berumur 40 tahun sudah mulai lupa dengan orangtuanya, dia sudah tidak lagi butuh sama bapak dan ibunya dia sudah mapan hidupnya dia sudah punya keluarga sendiri sehingga dia sudah tidak berpikir kepada ke-2 orangtuanya, 1 kota dia hanya bertemu dengan orangtuanya seminggu sekali

Usahakan yang sudah mulai berumur 40 tahun yang merasa hidupnya sudah nyaman dan sudah mulai lupa dengan orangtuanya ingat sama orangtua mungkin engkau tidak bisa seperti sekarang ini, ada doa orang tuamu ada usaha orangtuamu sehingga engkau bisa memiliki harta

Biasanya kalau orang sudah berkeluarga beli hadiah buat istri dan anak – anaknya, ke toko emas beli gelang buat istrinya, buat orangtuanya “Ibu sudah tua ustadz, tidak butuh sama emas – emasan” kau tidak belikan emas maka belikan yang lain buat ibumu berikan duitnya buat orangtuamu, ingat sama orangtuamu jangan merasa tidak butuh

Banyak anak – anak yang durhaka setelah umur 40 tahun, bapaknya dari kampung didatangkan, ibunya pun juga didatangkan dari kampung ditaruh dirumah yang mewah, sebagai apa?
Ibunya sebagai perawat anak – anaknya
Bapaknya sebagai tukang kebun di rumahnya

Subahanallah

Syafiq Riza Basalamah, حفظه الله تعالى