#COVID_19 : Dzikir Saat Mengalami Kesusahan/Kesedihan

bagi para DOKTER, PERAWAT/TENAGA MEDIS dan para RELAWAN yang sedang berjuang menghadapi covid-19..
.
dan juga bagi kita semua..
.
bacalah yang diajarkan Nabi shollallahu ‘alayhi wa sallam berikut ini..
.
dan bila belum berkurang perasaan susah dan sedih tsb, baca lagi.. dan lagi.. dan lagi..
.
#Covid_19
#lockdown

JANGAN LEWATKAN YANG BERIKUT INI:
Kumpulan Artikel Terkait Covid-19

#COVID_19 : Bacaan Dzikir Ketika Melihat Oang Lain Terkena Musibah Penyakit

bagi para DOKTER, PERAWAT/TENAGA MEDIS, para RELAWAN yang melihat dan menangani langsung kondisi pasien #Covid_19
.
PENTING..!
.
BACA DZIKIR BERIKUT (lihat poster) saat melihat dan merawat pasien #Covid_19 agar terhindar dari musibah serupa in-syaa Allah..
.
Pahami maknanya juga ya..
.
semoga Allah melindungi anda dan kita semua dari musibah #Covid_19
.
SILAHKAN TAG DAN SHARE KE DOKTER DAN PERAWAT YANG ANDA KENAL #Covid_19
.
.
#lockdown
.

JANGAN LEWATKAN YANG BERIKUT INI:
Kumpulan Artikel Terkait Covid-19

MUTIARA SALAF : Menggapai Hakikat Iman

Fudhail bin ‘Iyadh rohimahullah berkata,

“Seorang hamba tidak akan menggapai hakikat iman kecuali setelah..
➡️ menganggap musibah sebagai nikmat,
➡️ nikmat sebagai musibah,
➡️ tidak peduli dengan dunia yang dinikmati, dan
➡️ sama sekali tidak ingin mendapatkan pujian karena ibadah kepada Allah Ta’ala yang ia kerjakan..”

[ Hilyatul Auliya’ – 8/94 ]

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

#COVID_19 : Nasehat dan Fatwa dan Tata Cara Sholat Bagi Tenaga Medis

NASEHAT DAN FATWA BAGI TIM MEDIS
.
termasuk tata cara sholat bagi tenaga medis yang menggunakan APD. semoga bermanfaat, baarokallahu fiik

Download PDF ⬇️
https://drive.google.com/file/d/1FqPqpLXXew98rBsO-SNBZniX3IAKge1N/view?usp=drivesdk
.
.
.
ref : http://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1368165930048707&id=756834507848522&scmts=scwspsdd&extid=2Nm3upPALoir6hG6

Disampaikan oleh,
Ustadz DR. Sufyan Baswedan MA, حفظه الله تعالى

JANGAN LEWATKAN YANG BERIKUT INI:
Kumpulan Artikel Terkait Covid-19

Karena Musibah Adalah Bagian Dari Nikmat

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

“Allah Meletakkan berbagai macam musibah, bala’ (bencana), dan penderitaan sebagai rahmat diantara para hamba-Nya sebagai kafarat (tebusan) dari kesalahan mereka.

Karena berbagai macam musibah tersebut adalah bagian dari nikmat yang paling besar atas mereka, meskipun jiwa-jiwa mereka membencinya, dan tidaklah seorang hamba mengetahui yang mana di antara dua kenikmatan atas dirinya yang paing besar,

● apakah nikmat-Nya atas dirinya dalam apa-apa yang ia benci..?

● ataukah nikmat-Nya atas dirinya pada apa-apa yang ia cintai..?

“dan tidaklah seorang mu’min itu tertimpa kekhawatiran, sakit terus menerus, penderitaan sampai sepotong duri yang menusuknya kecuali Allah hilangkan dengannya kesalahannya..” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

dan apabila ia memiliki dosa sebagai hukuman dan tentulah setiap apa yang hamba tersebut di hukum dengannya sebelum kematian lebih baik baginya daripada setelahnya, lebih banyak gampangnya, dan lebih banyak mudahnya..”

(Miftah Daaris Sa’aadah 826-2)

قال ابن القيم رحمه الله ‏:-‏

[ وضع الله المصائب والبلايا والمحن رحمةً بين عباده يُكفِّرُ بها من خطاياهم ،
فهي من أعظم نِعَمهِ عليهم وإن كرهتها أنفسُهم ، ولا يدري العبدُ أيُّ النعمتين عليه أعظم :
نعمتُهُ عليه فيما يكرهُ ؟ أو نعمتُه عليه فيما يحبُّ؟
(( وما يصيب المؤمن من همٍّ ولا وصبٍ ولا أذىً حتى الشوكة يشاكها إلا كفَّر الله بها خطاياه ))
اخرجه البخاري و مسلم .
،وإذا كان للذنوب عقوبات ولا بدَّ فكل ما عوقب به العبد من ذلك قبل الموتِ خيرٌ له مما بعدهُ وأيسرُ وأسهلُ بكثير ] .‏

( مفتاح دار السعادة 2 / 826 )

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

#COVID_19 : Kabar Gembira

بشرى لكم

من جلس في بيته في وقت وقوع الطاعون فله أجر الشهيد وإن لم يمت..

“Barangsiapa yang tinggal di rumahnya ketika terjadi wabah, maka dia mendapatkan pahala syahid walaupun tidak meninggal dunia”
___

عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا-، أَنَّهَا قَالَتْ : سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ، فَأَخْبَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، *فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا* يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ “.

Dari ‘Aisyah rodhiallahu ‘anha, bahwasanya dia berkata: Aku bertanya kepada Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam tentang wabah (tho’un), maka Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepadaku:

“Bahwasanya wabah (tho’un) itu adalah adzab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang ketika terjadi wabah (tho’un) dia tinggal di rumahnya, bersabar dan berharap pahala (di sisi Allah) dia yakin bahwasanya tidak akan menimpanya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan seperti pahala syahid”

📚إسناده صحيح على شرط البخاري • أخرجه البخاري (٣٤٧٤)، والنسائي في «السنن الكبرى» (٧٥٢٧)، وأحمد (٢٦١٣٩) واللفظ له.

➡️ Sanadnya Shohih sesuai dengan syarat Al-Bukhari. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (3474), An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra (7527), Ahmad (26139) dan lafadz ini adalah lafadz riwayat Ahmad.
.

📗🖌قال ابن حجر رحمه الله : *”اقتضى منطوقه أن من اتصف بالصفات المذكورة يحصل له أجر الشهيد وإن لم يمت “.*
📚[فتح الباري (194/10)]📚

.
Ibnu Hajar rohimahullah berkata,

“konsekuensi manthuq ( makna eksplisit) hadits ini adalah, orang yang memiliki sifat yang disebut pada hadits tersebut akan mendapatkan pahala syahid walaupun tidak meninggal dunia.” (Fathul Bari: 10:194).

Dialihbahasakan oleh,
Ustadz Fuad Hamzah Baraba, حفظه الله تعالى

Diposting oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

ref : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1328772627316178&id=100005503590633

JANGAN LEWATKAN YANG BERIKUT INI:
Kumpulan Artikel Terkait Covid-19

#COVID_19 : Pelajaran Dari Peristiwa Penyakit Menular Di Suriah dan Mesir

BAHAYA PERKUMPULAN DI SAAT TERJADINYA WABA’

=======

Perhatikan apa yang terjadi pada kaum muslimin di mesir dan Suriah ketika mereka memutuskan berkumpul untuk berdo’a dalam rangka menghindari tho’un (penyakit menular) tanpa didasari dengan fatawa ulama yang mumpuni ilmunya. Mereka ingin mengganti ibadah do’a pribadi menjadi ibadah kolektif (dilakukan dengan berjama’ah) karena kebodohan mereka terhadap ketentuan-ketentuan syariat serta berpaling dari kebenaran Allah dalam syariat-Nya tanpa syariat yang lainnya.

Al-hafidz Ibnu Hajar al-Atsqolany –semoga Allah merahmatinya- berkata :
“Berdo’a dalam rangka menolak bala’ tidak terlarang dan tidak pula bertentangan dengan taqdir secara asal. Akan tetapi berkumpul untuk berdo’a (di saat waba’) sebagaimana ketika shalat istisqo’ adalah merupakan kebid’ahan, yang terjadi pada tho’un yang tersebar pada tahun 749 di Suriah.

Aku (Ibnu Hajar) membaca dalam juz yang ditulis oleh al-Munbijy, setelah ia mengingkari sekumpulan manusia dalam masalah ini maka ia (al-Munbijy) berkata : “Maka mereka berdo’a dan berteriak dengan suara keras. Kejadian itu pada tahun 763, ketika terjadi tho’un di Suriah. Disebutkan hal itu terjadi pada tahun 749. Saat itu manusia dan mayoritas tokoh negeri tersebut keluar ke padang pasir untuk berdo’a dan ber-istighotsah (meminta perlindungan). Maka setelah itu tho’un semakin merajarela dan tersebar padahal sebelum mereka berdo’a (secara berjama’ah) awalnya adalah sedikit. Dan tidaklah diragukan bahwa ini (bertambahnya korban tho’un) adalah disebabkan karena bercampurnya antara orang-orang yang sakit dengan orang-orang yang sehat dan tersebarnya tho’un diantara mereka.

Aku (Ibnu Hajar) berkata :
“Dan peristiwa ini telah terjadi di zaman kami, yaitu kejadian pertama tho’un di Mesir pada tanggal 27 robiul akhir pada tahun 833. Pada saat itu jumlah yang meninggal kurang dari 40 orang, kemudian mereka keluar ke padang pasir pada tanggal 4 jumadil al-ula, setelah diserukan kepada mereka untuk berpuasa selama 3 hari sebagaimana dalam shalat istisqo’. Kemudian mereka berkumpul, berdo’a selama satu jam lalu mereka pulang. Maka tidaklah berlalu sebulan melainkan jumlah korban yang meninggal menjadi 1,000 orang setiap hari, bahkan kemudian bertambah.

Dan tidaklah diragukan lagi bahwa ini (bertambahnya korban tho’un) adalah disebabkan karena bercampurnya antara orang-orang yang sakit dengan orang-orang yang sehat dan tersebarnya tho’un diantara mereka”

Kemudian beliau (Ibnu hajar) mengatakan :
“Seandainya perbuatan mereka ini (berdo’a dengan cara jama’i) disyariatkan niscaya tidak akan terlewatkan oleh kaum salaf, demikian pula para ulama negeri dan orang-orang yang mengikuti mereka di masa yang telah lampau.

Dan tidaklah sampai kepada kita berita apapun dalam hal tersebut atau tidak pula atsar dari para ahli hadits dalam hal ini dan bahkan tidak ada bahasan secuilpun dari seorangpun dari kalangan ulama fiqh (yang dinukil dalam masalah ini)”

[Dari kitab Hukmu at-tada’I li fi’li at-thaat fi an-nawazil wa as-sadaid wa al-mulimmad (17-21). Karya. DR. Nuroh bintu Zaid Ar-Rusud]

Alih Bahasa
Al-faqir ila afwi Robbihi
Abu Harits, Hamidin as-Sidawy
(14/07/1441 H)

Diposting oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref: https://www.facebook.com/ahmad.ridwan.921230/posts/2910971025616382

 

*خطر الاجتماعات أيّام الوباء*

انظر ماذا حدث للمسلمين في دمشق والقاهرة عندما قرروا أن يتجمعوا للدعاء لدفع الطاعون دون فتوى الراسخين في العلم وأرادوا تحويل العبادة الفردية في التضرع إلى جماعية جهلاً بضوابط الشرع وإعراضاً عن حق الله في التشريع دون غيره.

قال الحافظ ابن حجر العسقلاني رحمه الله : فليس الدعاءُ برفعِ الوباءِ ممنوعاً ولا مصادماً للمقدور من حيث هو أصلاً ، وإنما الاجتماعُ له كما في الاستسقاءِ فبدعةٌ حدثت في الطاعون الكبير سنة (٧٤٩) بدمشق.

فقد قرأت في/جزءالمنبجي/بعد إنكاره على جمع الناس في موضع، قال : فصاروا يدعون ويصرخون صراخاً عالياً ، وذلك في سنة (٧٦٤) لمّا وقع الطاعون بدمشق ، فَذَكَرَ أن ذلك حدث سنة (٧٤٩) وخرج الناس إلى الصحراء ومعظمُ أكابرِ البلدِ فدعوا واستغاثوا ، فعَظُمَ الطاعونُ بعد ذلك وكَثُرَ وكان قبلَ دعائِهم أخفُّ ! ( ولاشك ان هذا بسبب اختلاط المريض بالصحيح ).

قلت : الحديث لابن حجر
ووقع هذا في زماننا حين وقع أوَّلُ الطاعونِ بالقاهرة في ٢٧ من شهر ربيع الآخَر سنة (٨٣٣) ، فكان عددُ من يموتُ بها دون الأربعين ،فخرجوا إلى الصحراء في ٤ جمادى الأولى بعد أن نودي فيهم بصيام ثلاثة أيامٍ كما في الاستسقاء ، واجتمعوا ودعوا وأقاموا ساعةً ثم رجعوا ، فما انسلخ الشهر حتى صار عددُ من يموت في كل يومٍ بالقاهرة فوق الألف ثم تزايد !
(وهذا أيضا بسبب اختلاط المرضى بالأصحاء وانتشار العدوى بينهم)

إلى أن قال أنه لو كان مشروعاً فِعلُهم ما خفيَ على السلف ثم على فقهاء الأمصار وأتباعِهم في الأعصارِ الماضية ، فلمْ يبلغْنا في ذلك خبرٌ ولا أثرٌ عن المحدِّثين ، ولا فرعٌ مسطورٌ عن أحدٍ من الفقهاء .

من كتاب/ حُكْمُ التداعي لفعل الطاعات في النوازل والشدائد والملمات ١٧-٢١

أ.د.نورة بنت زيد الرشود

JANGAN LEWATKAN YANG BERIKUT INI:
Kumpulan Artikel Terkait Covid-19

#COVID_19 : Agar Tidak Tertular Atau Menularkan

Bismillah..

Kita bukan sedang berbicara tentang takdir dan kematian yang pasti datang, tetapi kita berbicara tentang ikhtiyar dan upaya menjauhkan diri dan orang lain dari virus Corona.

Bukan saatnya lagi keluar rumah “petentengan” ke sana ke sini, meremehkan dahsyatnya penularan covid 19 ini.

Bukan saat yang tepat meyakinkan diri hanya cukup baca do’a, zikir, ruqyah dan semacamnya dengan meninggalkan sebab bercampurnya orang sakit dengan orang sehat di pasar, pusat keramaian, acara-acara pengajian, resepsi pernikahan bahkan di masjid-masjid.

Nabi yang menyatakan “la ‘adwa- tiada penyakit menular(dengan sendirinya)” tetapi Beliau juga yang memerintahkan “berlarilah engkau menghindari orang yang terjangkiti kusta sebagaimana engkau berlari dari singa”

Virus Corona ini memang dampak klinisnya tak langsung, mungkin setelah beberapa hari baru kita kan terperanjat bahwa musibah ini adalah “bola es” yang awalnya jatuh dari puncak kecil untuk kemudian menjadi gunung es menghancurkan semua yang dilewati.

Mungkin dirimu tak sadar engkau pergi kemana-mana membawa virus yang kau sebarkan ke khalayak ramai. Mungkin pula kau tak merasa orang-orang yang kontak berinteraksi denganmu ternyata sedang menularkan virusnya padamu walau semua tentunya dengan izin Allah.

Menyepelekan himbauan untuk tetap di rumah, bisa merubah negeri ini bagaikan Italia yang dua minggu masa inkubasi mereka remehkan dan sepelekan, mereka tetap keluar rumah, berkeliaran, berdarmawisata dan berpesta pora, selepas itu mayat-mayat mereka mati bergelimpangan.

Negeri kita dan sarana prasarana kesehatan kita, berupa rumah sakit, tim medis, tempat inkubator dll tidak akan mampu menghadapi kedatangan puluhan pasien dalam satu waktu, apalagi ratusan pasien.

Tidakkah kau lihat bagaimana tim medis dari para dokter maupun perawat banyak yang sudah terjangkiti bahkan ada yang wafat disebabkan resiko yang tidak dapat dihindari buah dari berinteraksi dengan orang yang sakit..?

Masa ini adalah masa ber-uzlah-menyendiri- di rumah-rumah, banyak berzikir dan beristighfar, mendawamkan qiratul Quran, menangisi dosa-dosa yang telah kita lakukan.

Semoga saja Allah yang maha Pengasih dan Penyayang , mencurahkan rahmatNya pada kita, segera mengangkat musibah ini dari kita.

Degub kerinduan ke masjid, memang sulit dibendung, denyut nadi untuk menghadiri kajian selalu datang menghantui, namun bersabar dengan menahan diri ke masjid lebih selamat dari tertular atau menularkan orang lain.

Virus corona memang berasal dari satu orang, namun tak disangka satu orang sakit itu dapat merusak ratusan bahkan ribuan orang sehat karena interaksi.

Batam, 27 Rajab 1441/22 Maret 2020

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref: https://www.facebook.com/abufairuzcom/

JANGAN LEWATKAN YANG BERIKUT INI:
Kumpulan Artikel Terkait Covid-19

#COVID_19 : Jangan Sampai Kita Kalah Dengan Ketakutan Kita Sendiri !

Jangan sampai kita kalah dengan ketakutan kita sendiri !

=====

Yakinlah bahwa kita semua akan ditolong dan dikuatkan Allah dalam menghadapi musibah ini, selama kita kembali kepadanya, dan mentaatinya .. “La haula wala quwwata illa billah” .. Tentunya dengan tetap melakukan usaha lahir dan batin yang kita mampui.

Ingatlah firman-Nya:

فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلَّا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِين

“Mengapa penduduk suatu negeri tidak BERIMAN, sehingga imannya bisa memberikan manfaat kepada mereka. Lihatlah kaumnya Nabi Yunus, ketika mereka BERIMAN, Kami hilangkan dari mereka AZAB dunia yg menghinakan, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu yg ditentukan” [QS. Yunus 98]

Ingat juga perkataan Syeikhul Islam -rohimahullah-:

“Banyak orang yang sakit bisa sembuh tanpa pengobatan, mereka sembuh dengan doa yang mustajab, ruqyah yang manjur, kekuatan hati, dan tawakkal yang baik”. [Al-Fatawa 21/563]

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى

JANGAN LEWATKAN YANG BERIKUT INI:
Kumpulan Artikel Terkait Covid-19

Menebar Cahaya Sunnah