Category Archives: Ahmad Ridwan

Sekiranya

Sekiranya peluang kita untuk berbuat dosa hanya sekali tak boleh berulang dan Allah langsung menjatuhkan siksanya pada kita, niscaya habis binasa dan punahlah kita semua.

“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan dosanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk pun, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya..”

(Qs. Fathir:45)

Sekiranya Allah harus mencabut nyawa kita tatkala melakukan maksiat dan dosa, niscaya telah binasalah kita semua.

Sekiranya Allah menyingkap dosa-dosa yang kita lakukan, membeberkannya pada orang-orang terdekat kita seperti anak, istri maupun kerabat dan teman yang akrab dan mengenal kita, niscaya putuslah segala hubungan, dan dijauhkanlah kita dari komunitas mereka, hidup terisolir dalam benteng dosa dari manusia.

NAMUN, DIA ALLAH ROBB KITA, yang senantiasa melihat, mendengar dan menyaksikan segala perbuatan dosa kita, belas kasih pada kita, tutup rapat aib-aib kita, beri tenggang pada kita untuk bertaubat, dan memperbaiki diri.

DIALAH ROBB KITA, yang segala kebaikan dan rahmat-Nya turun setiap saat pada kita, tak pernah abaikan kita, apalagi memutus rezeki kita, sementara yang naik pada-Nya adalah dosa-dosa kita, perbuatan dan omongan buruk kita, dan kufur nikmat kita.

DIA DICELA DAN DIFITNAH sang hamba, dikatakan memiliki anak dan istri, dikatakan kikir dan fakir oleh musuh-musuh-Nya dari golongan Nashara dan Yahudi, tapi tetap mengayomi mereka dengan segala nikmatnya..

Subhanaka ya Robb, ampuni kami hamba-hambamu yang selalu berdosa dan kufur dengan nikmat-nikmatmu, sucikan diri kami, buat kami benci pada kemaksiatan, dosa dan kekufuran. Matikan kami dalam kebaikan dan taubat..

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

Menua

Bencana yang tak bisa dielakkan oleh siapapun di dunia ini adalah bencana menua, beruban, fisik melemah, indera berkurang, penyakit mulai berdatangan satu demi satu.

Banyak orang-orang hebat dan berjaya dimasa mudanya, stres dimasa tua, karena ia merasa tak berguna lagi, dibuang manusia bagaikan “sampah”, lenyap ketenaran, hilang populeritas, hartapun terus terkuras dan menipis.

Banyak sekali artis ternama, papan atas, penyanyi, bintang film yang dimasa tuanya melarat, menyampah dan tak digunakan lagi.

Tak sedikit juga para konglomerat, dan pejabat, menderita berbagai penyakit tua yang menggerogoti tubuh mereka, terbaring lemah di tampat tidur, ber”pampers” ria, tak mampu mengontrol buang air kecil dan besarnya, padahal dahulu sanggup mengontrol dan mengendalikan ribuan perusahaan dan puluhan ribu orang.

HIKMAH TUA

Bila dicermati, tua adalah nikmat besar yang digiring Allah agar hamba sadar diri, sadar tentang kelemahannya, sadar ia akan kembali pada asal kejadiannya, dari tanah berasal dan akan kembali pada tanah pula untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatannya dikala hidup.

Orang beriman semakin tua, semakin matang persiapannya menyambut kematian, untuk bertemu dengan Allah sang Pencipta, berjumpa dengan rombongan para nabi, shiddiqin, syuhada dan mursalin.

Semakin panjang umur, semakin banyak amal sholeh yang bisa dilakukan, semakin banyak pahala yang diraih, semoga semakin tinggi derajat surga mereka di sisi Allah.

RASA YANG BERBEDA

Semua orang kan tua-bila ajal tak segera menjemputnya-, namun masa tua orang beriman semakin bertambah kwalitas dan kedudukan mereka di sisi Allah, semakin yakin kan berjumpa Allah, yang membuat mereka semakin bersabar dengan segala penderitaan masa tua.

Orang kafir, orang fasiq dan munafik, semua kan menua, dan kan melemah tubuh mereka, namun suasana hati mereka semakin galau, gelisah, tak menentu, menghujat takdir. Semua itu karena mereka tak siap bertemu Allah, tak berharap surga Allah, dan merasa berat meninggalkan dunia yang mereka cintai.

Dari Solo ke kota Jakarta
Naik kereta melintas sawah
Dikala muda dipuji dipuja
Kala tua menjadi sampah

Dikala kabus pandangan nanar
Angin kencang hujanpun lebat
Hidup didunia hanya sebentar
Sabarlah sobat di atas taat

Belilah emas beserta loyang
Emas terjatuh dalam perigi
Dulu dicinta dulu disayang
Bila tua ditinggal pergi..

———

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

Belajar Menundukkan Pandangan

Subhanallah, tak sia-sia Allah menyuruh kaum mukminin dan mukminat untuk menundukkan pandangan, ternyata luar biasa dahsyat manfaatnya, untuk menjaga hati agar selalu bersih dari segala kotoran syahwat dunia.

Awalnya saya mengira perintah menundukkan pandangan mata sebatas untuk menjaga gejolak syahwat yang tak terkendali, tapi ternyata setelah dicoba dan dipraktekkan, ternyata menundukkan pandangan juga sangat ampuh untuk menjaga kestabilan hati dari segala perkara yang bisa menghilangkan fokusnya untuk tujuan akhirat .

Hati ini ibarat sungai yang harus bermuara ke laut. Dalam perjalanan ke laut, segala macam sampah dan kotoran yang menumpuk akan menjadi penghalang air itu menuju laut, demikian juga dengan kotoran dunia berupa, syahwat, ambisi dunia yang tak terkendali, hasad, iri dan dengki, galau, ingin memiliki apa yang ada pada orang lain, dengan anggapan ”rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri”, kepo dengan segala sesuatu yang belum tentu bermafaat baginya, bahkan mungkin menjadi mudarat..

Semua akan menjadi penghalang jernihnya sungai iman untuk bermuara ke samudera ma’rifatullah dan sukses menggapai cintaNya dan ridhoNya. Semuanya berpangkal dari tak bijaknya hamba dalam menjaga pandangan mata.

Semakin kau lepaskan pandangan matamu, semakin banyak keinginan duniamu. Semakin banyak keinginan, kan membuatmu semakin letih mengejar dan mendapatkannya. Bila ternyata ambisimu gagal memperolehnya maka semakin bertambah kegalauanmu.

Lihat istri orang lebih cantik dari istrimu, harta orang lebih banyak dari hartamu, wajah dan tampilan orang lebih keren dari tampilanmu, titel dan gelar orang lebih hebat dari titelmu, HP dan Gadget orang lebih bagus dari HP mu.. dst, akan membuat galau dihatimu membuncah bahkan bisa meledak dalam dinamit, stres, depresi, yang bisa berujung stroke, sakit jiwa, bahkan bunuh diri.

Saudaraku, tundukkan pandanganmu, jangan menoleh ke kiri dan ke kanan, tak usah over dalam bersosial media, agar hidupmu kan menjadi bahagia.

Semoga…

———-

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Zubair Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

Belajar Yakin

Tingkatan tertinggi iman adalah hadirnya ”yakin” dalam diri seorang mukmin, sehingga ia benar-benar melihat janji Allah ada di depan matanya.

Janji Allah itu benar adanya, hanya saja kabut yang menutup iman menjadi penghalang hadirnya yakin di hati.

Yakin di dalam dada Khalilullah-Ibrahim- yang membuat iya nyaman manakala dicampakkan Namrud ke dalam api, bahwa Allah pasti kan selamatkannya.

Yakin yang membuncah dalam dada Kalimullah-Musa- yang membuat ia tenang melihat jalan buntu di depan lautan, sementara Firaun dan bala tentaranya sudah terlihat dibelakang, bahwa Allah akan menyelamatkannya.

Yakin Ibunda Hajar-Uminya Ismail- bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya, meski di tinggal di lembah gersang tak ada padanya kehidupan, yang membuat ia selamat dan menjadi orang pertama yang mendiami Tanah Haram yang padanya ada Baitullah.

YAKIN DALAM BERINFAQ

Sering seseorang berinfaq untuk agama Allah diuji keimanannya, apakah benar Allah kan menggantikan apa yang dia Infaq-kan di Jalan Allah..? Sementara hartanya sudah menipis bahkan habis, tetapi janji Allah tak kunjung muncul juga.

Dalam kondisi kritis itulah “ilmu tentang yakin” kita kan teruji.

Sebagaian kita ada yang akhirnya menghentikan infaq-nya karena kecewa dengan janji Allah yang tak terwujud -menurut sangkaannya- karena lemahnya iman dan tipisnya perasangka baik pada Allah.

Kesalahan fatal hamba adalah, tatkala ia berinfaq, ia sedang mencoba Allah-subhanahu wa ta’ala- apakah benar atau tidak janji-Nya. Akhirnya Allah menghukumnya dengan kebalikan apa yang dia harap.

ALLAH JANGAN DICOBA-COBA

Adapun hamba yang full keimanannya, ia yakin Allah pasti kan menggantikan apa yang ia infaq-kan. Tidak ada keraguan walau sebiji sawi dalam hatinya akan janji Allah, karena itulah Allah mewujudkan apa yang dia yakini.

Kawan..
Pertebal imanmu dalam berinfaq, dan tak usah mencoba-coba Allah, kelak kau akan kecewa.

———-

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Zubair Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

Dunia Yang Melelahkan

Dunia ini melelahkan dan menjenuhkan. Kata Umar bin Khattab, sekiranya bukan karena kelezatan ibadah bermunajat di malam gelap gulita, berpuasa dipanas teriknya siang dan, nikmatnya berteman dengan orang-orang sholeh yang menjaga ucapan mereka, memilih dan memilah perkataan sebagaimana kalian mensortir panen buah kalian, niscaya kematian lebih dia sukai.

Betapa tidak, segala kenikmatannya takkan dapat dibeli kecuali dengan letih, lelah, dan derita. Selepas mereguk piala-piala kenikmatannya, kau kan merasa betapa kelelahan kan kembali menderamu.

Nikmatnya perjumpaan kan berakhir dengan tangis perpisahan. Derai tawa yang menggemuruh lenyap terbawa tangisan yang mengharu biru. Suka duka yang baru dinikmati berganti dengan isak tangis nestapa.

Mimpi mukmin adalah negeri akhirat yang seluas langit dan bumi, berjumpa dan menatap wajah Allah Rabbul Izzati, dipertemukan dengan rombongan para nabi, shiddiqin, syuhada dan sholihin, sebaik-baik teman sejati.

Di taman-taman surga yang abadi, semerbak harum mewangi, bersama para bidadari yang bermata jeli, laksana intan dan permata yang tersembunyi, menatap sungai-sungai yang mengalir tanpa henti, dibawah teduhnya pohon-pohon rindang tak bertepi.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Zubair Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

MUTIARA SALAF : Bahagia Yang Dicari

Ibnu Sa’di rohimahullah membagi sebab kebahagiaan menjadi tiga bagian :

PERTAMA : kebahagiaan yang terlahir dari sebab agama.

KEDUA : kebahagiaan  yang lahir dari sebab memperoleh apa yang sesuai dengan tabiat dan instingnya.

KETIGA : kebahagiaan yang lahir disebabkan kerja kerasnya, usaha dan kesungguhannya.

Adapun kebahagiaan hakiki adalah kebahagiaan yang dirasakan setiap mukmin manakala punya tujuan hidup yang jelas, mencari keridhoan Robb Sang penciptanya, tempat ia bernaung, berlindung, bergantung dan memuja, segala kebahagiaan apapun dari dua kebahagiaan lainnya, akan lebur dalam kebahagiaan mengabdi kepada Al Kholiq Sang Pencipta, yang kasih dan menyayanginya lebih dari kecintaan ibu kandungnya sendiri.

Kebahagiaan, kerajaan, kekuasaan dan  harta benda Baginda Nabi Sulaiman- ‘Alaihis salam- lenyap tak bermakna dalam samudera cintanya kepada Allah sang Kekasih.  Manakala ia terlalaikan dari kuda-kuda pacu dan kuda perangnya hingga telat sholat Ashar hingga matahari tenggelam, membuat ia tersadar dan menyembelih seluruh kuda-kuda perangnya, untuk disedekahkan pada Allah Robbul ‘Alamin.

Kebahagiaan mendapatkan apa yang disenangi adalah tabiat manusia, seperti memperoleh harta benda, makanan yang lezat dikala lapar, rumah yang indah tempat bernaung, kerjaan dan gaji yang bagus, kesehatan dan nikmat anak dan istri, adalah kebahagiaan yang berserikat padanya mukmin dan kafir, bahkan boleh jadi kebahagiaan orang kafir dengan dunia, harta dan pangkat yang ia miliki melebihi berlipat ganda daripada yang dimiliki mukmin.

Sebagaimana kebahagiaan Firaun dan Haman dengan kedudukan, kebahagiaan Qorun dengan harta, yang jauh mengalahkan apa yang dimiliki Musa dan Harun. Namun bukankah Musa dan Harun lebih bahagia dari mereka.

Kebahagiaan dengan kerja keras, menghasilkan berbagai penemuan untuk memudahkan hidup, banyak dirasakan orang-orang kafir, seperti kebahagiaan penemu mesin uap, mesin lokomatif, listrik hingga penemu pesawat dan roket serta berbagai alat komunikasi canggih sekarang, yang kesemuanya adalah kebahagiaan yang semu, dan berakhir dengan kepunahan.

Manakah kebahagiaan kaum Tsamud yang ahli memahat rumah-rumah dari gunung-gunung keras..?

Manakah kebahagiaan Firaun dengan piramida-piramida yang ditinggalkan..?

Semuanya lenyap hanya sisa-sisa keruntuhan peradaban maju masa silam.

Bila kau ingin bahagia yang hakiki, masuki pintu agama Allah, ketuk kebahagiaan pada ridho-Nya dan kecintaan-Nya, niscaya kebahagiaan kan melekat abadi sepanjang masa.

Rasakan surga dunia dalam taman-taman ketaatan pada-Nya, sebelum kau nikmati surga akhirat.

“dalam dunia ini ada surga, bilamana seseorang tak pernah merasakannya, ia takkan pernah merasakan surga akhirat..”

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Zubair Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

Hati Yang Berpaling

Hati seseorang begitu mudah berpaling, melepaskan buhul kokoh yang menghubungkan antara dia dan Tuhan-nya, manakala punya relasi, koneksi dan sandaran berupa makhluk yang berkuasa dan kaya raya.

Tawakkalnya pada Rabb pun semakin menipis, harapannya pada Sang Pemilik Jagad raya semakin mengendur, terkalahkan dengan dominasi makhluk lemah yang dianggapnya kuat.

Betapa tidak, sebab Allah dan pertolongan-Nya adalah bab ghaib yang kasat mata, tak terlihat kecuali dengan kacamata iman. Sementara makhluk yang dianggap kuat olehnya terlihat nyata, kongkrit berharta dan berpangkat.

Karena itu tak usah heran bila manusia berlari mengejar orang kaya dan berkedudukan, mendekat, mencari simpati dan keridhoan mereka. Menjilat dan membungkukkan tubuh untuk makhluk hina yang dianggapnya kuat.

Sekiranya dia sadar dan jernih hati mendudukkan masalah ini, niscaya tidak akan mungkin ia menghinakan diri, menaruh harapan dan impian pada makhluk hina sepertinya, meninggalkan Rabbul Alamin, Tuhan seru sekalian alam.

Tetapi kejahilan pada siapa Tuhan yang Ia sembah, keroposnya iman dengan perkara ghaib, menjadi sebab makhluk lebih yakin bergantung pada makhluk daripada bergantung pada Sang Khaliq.

Anda yang memiliki relasi orang kaya, terhormat, berpangkat dan bermartabat, hati-hatilah jangan sampai tertipu dan menggantungkan asa pada mereka dengan meninggalkan buhul tempat bergantung kepada yang maha kokoh, Allah pemilik seluruh makhluk.

Berapa banyak yayasan, lembaga, sekolah, madrasah dan dakwah, berjalan terseok-seok diatas ketidak pastian, manakala mereka menoleh orang kaya dan berpangkat, dan mengabaikan hamba-hamba Allah yang lemah dan tak berpunya, yang boleh jadi satu jari telunjukknya bilamana diangkat ke langit dan bersumpah dengan nama Allah, niscaya pasti Allah kabulkan do’anya.

Batam, 14 Robi’ul akhir 1444 / 9 Nov 2022

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

MUTIARA SALAF : Meratapi Dunia

Berkata Ibnu Muflih Al-Hambali -semoga Allah merahmatinya-dalam kitabnya al-Aadab As-Syariyyah :

من عجيب
ما رأيت ونقدت من أحوال النَّاس : كثرة ما ناحوا على خراب الدِّيار ، وموت الأقارب والأسلاف ، والتَّحسُّر على قلة الأرزاق ، وذمِّ الزَّمان وأهله ، وذكر نكد العيش فيه ، والحديث عن غلاء اﻷسعار ، وجور الحكام ، وقد رأوا من انهدام الإسلام ، والبعد عن المساجد ، وموت السُّنن ، وتفشي البدع ، وارتكاب المعاصي، فلا أجد منهم من ناح على دينه ، ولا بكى على تقصيره ، ولا آسى على فائت دهره ، وما أرى لذلك سببا إلاَّ قلَّة مبالاتهم بدين اﻹسلام ، وعظم الدُّنيا في عيونهم».
باالله_عليكم_أليس_هذا_
حال_أهل_زماننا.
• المصدر: [الآداب الشَّرعية) (240/3)

“Hal aneh yang kulihat dan ku kritisi dari kondisi manusia sekarang, yaitu banyaknya orang-orang yang meratapi petaka yang menghancurkan negeri-negeri..
kematian yang melanda kaum kerabat dan nenek moyang..
Keluhan rezeki yang merosot..
Menghujat zaman dan orang-orang yang hidup padanya..
Kegalauan karena susahnya penghidupan..
Perbincangan seputar naiknya harga barang kebutuhan..
Upatan atas kezaliman penguasa..

Tapi tak kulihat adanya orang yang meratap atas runtuhnya Islam..
Jauhnya manusia dari masjid-masjid..
Matinya sunnah-sunnah Nabi..
Tersebarnya berbagai bid’ah..
Merajalelanya kemaksiatan..

Tak kutemukan orang yang meratapi perkara agamanya yang hilang..
Menangisi diri atas kemalasannya beramal..
Merasa menyesal atas amalan-amalan yang terluput..
Habis digilas roda zaman..

Kusimpulkan bahwa itu terjadi karena tidak perdulinya mereka terhadap Islam..
Dan karena besarnya dunia di mata mereka..”

Diterjemahkan oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

Berpikir Positif

Hati ibarat Raja bagi anggota tubuh manusia, dialah yang memerintah mata, telinga, lisan, hati, tangan dan kaki untuk melaksanakan segala titahnya. Bilamana Sang Raja Zalim maka yang akan di instruksikan pastilah kezaliman dan kemaksiatan, sebaliknya bila Sang Raja Adil, dan bijaksana, akan mengalir pula segala titah yang membawa kepada kebaikan.

Dihati inilah bersarang, iman, marifat dan hakikat, namun di dalamnya dapat pula bersarang kekufuran, kemunafikan, kesombongan, dan kezaliman.

Seorang mukmin wajib mengisi hatinya dengan segala hal yang baik dan positif yang dapat membawanya pada keberuntungan dunia dan akhirat.

Ibnul Qayyim-rahimahullah- dalam kitabnya “al wabil as-shayyib” menyimpulkan 5 hal cara berfikir positif yang akan menyemai kebaikan akhirat seorang mukmin:

PERTAMA, berfikir tentang firman Allah, apa makna yang terkandung di dalamnya, apa yang Allah inginkan, sesungguhnya Alquran turun untuk dipelajari dan dipahami, bilamana ada perintahNya dilaksanakan, bilamana ada larangan dijauhkan dan bilamana ada berita dibenarkan.

KEDUA, selalu berfikir tentang keajaiban alam ciptaanNya yang menggiring hamba untuk selalu mengagungkanNya, mengenal nama dan sifat-sifatNya, menggiring hamba untuk menyadari betapa luas rahmat dan kasih sayangnya pada makhlukNya. Allah sungguh mencela orang-orang yang lalai tidak pernah memikirkan penciptaannya yang maha dahsyat, mulai dari pergantian siang dan malam, penciptaan langit dan bumi, gunung yang kokoh dipancangkan, laut yang luas dibentangkan, bumi nan indah dihamparkan dst.

KETIGA, selalu berfikir tentang nikmatNya yang tak terbilang, nikmat mata, telinga, hati, lisan, nikmat anak, istri, keluarga, pekerjaan dst. Bilamana kau coba hitung satu persatu nikmatnya , niscaya kau takkan kuasa menghitungnya. Hanya dengan mengakui nikmat akan membuatmu pandai bersyukur, dan hanya dengan melupakannya membuat dirimu kufur.

KEEMPAT, selalu memikirkan aib diri berupa dosa dan maksiat yang kau lakukan, kewajiban yang kau abaikan dan tak sempurna lakukan, kurang pandainya dirimu mensyukuri nikmat Allah yang Dia anugerahkan, banyak merenungi aib diri membuatmu sadar dan berusaha berbenah lagi.

KELIMA, memikirkan betapa mahalnya harga waktu yang Allah berikan untukmu, alangkah menyedihkan bila waktumu sirna dalam kelalaian dan kemaksiatan. Hakikat hidupmu adalah kemampuanmu dalam memanfaatkan waktumu dalam ketaatan pada Rabbmu.

Selain dari lima hal diatas maka itu adalah bisikan hati yang bersumber dari iblis dan hawa nafsu angkara murkamu, bila kau layani dan turuti akan menggiringmu pada kehancuran. Allahul mustaan.

Jakarta, 22 Sya’ban 1443/25 Maret 2022

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref : Berpikir Positif

Hilangnya Kenikmatan Ibadah

Bencana besar yang menghilangkan nikmatnya ibadah dan munajat pada Rabb adalah keburukan diri orang alim, para muballigh maupun ahli zuhud yang zahirnya tak sama dengan batinnya. Tampilan dan bungkus luarnya yang indah menawan banyak orang tak sesuai dengan apa yang terdapat dalam hati mereka.

Berkata Ibnul Jauzy-rohimahullah:

«إني تدبرت أحوال أكثر العلماء والمتزهدين، فرأيتهم في عقوبات لا يحسون بها، ومعظمها من قبل طلبهم للرئاسة، فالعالم منهم يغضب إن رد عليه خطوة، والواعظ متصنع بوعظه، والمتزهد منافق أو مراء.
فأول عقوباتهم: إعراضهم عن الحق شغلًا بالخلق.
ومن خفي عقوباتهم: سلب حلاوة المناجاة، ولذة التعبد، إلا رجال مؤمنون، ونساء مؤمنات، يحفظ الله بهم الأرض، بواطنهم كظواهرهم؛ بل أجلى، وسرائرهم كعلانيتهم؛ بل أحلى، وهممهم عند الثريا؛ بل أعلى، إن عرفوا تنكروا، وإن رئيت لهم كرامة أنكروا، فالناس في غلاتهم، وهم في قطع فلاتهم، تحبهم بقاع الأرض، وتفرح بهم».
صيد الخاطر لابن الجوزي (ص: 27)

“Kuperhatikan kondisi kebanyakan para alim ulama maupun ahli zuhud, yang mereka dalam hukuman Allah namun tak merasakannya, hal itu terjadi disebabkan karena ambisi mereka meraih kekuasaan..

kulihat orang alim akan marah bilamana dibantah (perkataan dan perbuatannya), para penceramah berusaha memukau dengan keahlian retorikanya, adapun ada ahli ibadah yang terlihat zuhud, namun penuh kemunafikan berbalut riya..

Awal hukuman yang tak mereka sadar adalah dicabutnya lezat bermunajat dan beribadah.

Hanya segelintir saja yang selamat dari bencana ini dari mukmin dan mukminah yang karena mereka, Allah masih menjaga bumi ini.
Sungguh apa yang terdapat dalam batin mereka sama dengan apa yang terdapat dalam zahir mereka, bahkan lebih indah.. apa yang mereka sembunyikan sesuai dengan apa yang mereka tampakkan bahkan lebih dahsyat..

Cita-cita mereka setinggi bintang bahkan lebih, bila dikenal mereka berusaha menghindar, bila terlihat karomah yang mereka miliki, mereka segera menyembunyikannya..

Manusia bagaikan menumpang di satu bidang kecil dari tanah mereka yang begitu luasnya, bumi bergembira dan mencintai keberadaan mereka..”

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL