Category Archives: Ahmad Ridwan

Dakwah Pasang Tarif..?

Da’i ibarat lentera yang menerangi ummat jalan menuju Allah dan negeri akhirat. Betapa pentingnya peran mereka di masyarakat, bila mereka lurus maka akan lurus pulalah masyarakat, namun bila mereka bengkok, bagaimana pula akan meluruskan masyarakat.

Da’i yang lurus adalah da’i yang mengikuti jejak para Rasul dalam mendakwahi kaumnya, ikhlas dalam berdakwah, tidak pernah meminta upah, apalagi mematok upah puluhan juta hingga miliaran rupiah yang memberatkan ummat.

Allah memberikan pada kita panduan untuk mengikuti siapa sebenarnya da’i yang di atas hidayah/petunjuk dan dijadikan panutan dalam dakwah, agar kita tidak tersesat mengikuti figur-figur da’i yang mencari dunia dengan menjual ayat Allah dengan harga yang murah.

Standar da’i yang lurus dalam Alqur’an adalah da’i yang tidak pernah meminta upah dalam dakwahnya, apalagi mematok harus sekian dan sekian baru mau menyampaikan dakwahnya.

Allah berfirman:

اتَّبِعُوا مَن لَّا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُم مُّهْتَدُونَ (يس :٢١)

“Ikutilah petunjuk orang-orang yang tidak pernah meminta dari kalian upah dan mereka adalah orang-orang yang mendapat hidayah..”

Allah juga berfirman:

يَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى الَّذِي فَطَرَنِي ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ [هود : 51]

Nabi Hud berkata, “duhai kaumku aku tidak meminta dari kalian upah, sesungguhnya upahku hanyalah ku harap dari Allah yang menciptakanku, tidakkah kalian berfikir..?”

Masih mau mendatangkan da’i mata duitan yang membandrol dakwahnya layaknya seperti barang dagangan..? apa yang diharap ummat dari da’i semacam ini..? Allahul musta’an.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=4511525955560873&id=100001105385773

Standar Berhasil

Sobat,
Berhasil itu bukanlah manakala kau sukses meraih gelar S1 hingga S3, bukan pula manakala dirimu berjaya viral merebut simpati jutaan manusia, tidak juga manakala dirimu bermandikan emas perak, intan dan berlian, memiliki perusahaan yang mempekerjakan ribuan karyawan dan semisalnya…

Berhasil itu manakala kau selamat melewati shirath yang dipanjangkan diatas neraka dan berhasil menginjakkan kedua kakimu di surga.

Selama dengus nafasmu masih ada, degub jantungmu masih baik bekerja, denyut nadimu masih setia, engkau tidak akan pernah dikatakan berhasil, sekalipun, karib kerabatmu, handai tolanmu, teman sahabatmu dan warga net sedunia menganggapmu sudah berhasil.

Karena itu sobat, abaikan segala pujian manusia padamu atas segala keberhasilan dunia yang kau capai, bukan itu keberhasilan yang sesungguhnya.

Kata Allah:

فمن زحزح عن النار وأدخل الجنة فقد فاز

“Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, sungguh dialah yang telah berjaya..”

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=4507429435970525&id=100001105385773

Agar Dicintai Allah

Saudaraku.. untuk berjalan menuju Allah ada tangga bertingkat-tingkat yang dijalani oleh sang hamba. Tangga level tertinggi yang dapat dijangkau hamba namanya tangga mahabbah. Level dimana hamba telah menjadi kekasih Allah, Tuhan Yang Maha tinggi lagi Maha Perkasa.

Setiap kita bermimpi untuk meraih level tersebut tentunya, betapa tidak, bagaimana rasanya jika kau dikenal, dicintai dan dekat dengan orang nomer satu di negerimu, sebut saja raja atau presiden, pastilah hatimu berbunga-bunga dan semua orang akan iri padamu dengan kedekatanmu padanya, maka bagaimana pula bila engkau dekat dengan pencipta alam semesta, dicintainya, dikasihinya, dibelanya..?

Dalam kitab Madarijus Salikin, Ibnul Qoyyim rohimahullah menyebutkan 10 sebab yang menyebabkan seorang hamba memperoleh level mahabbah ini;

1. Banyak membaca Alqur’an diiringi dengan tadabbur, pemahaman terhadap apa yang kau baca, melakukan perintahnya, menjauhi larangannya, membenarkan beritanya.

2. Memperbanyak ibadah sunnah setelah melakukan segala yang Allah wajibkan.

3. Memperbanyak dzikrullah dengan segenap lisan, hati dan fikiran, dengan mengamalkan dzikir-dzikir yang datang dari Nabi shollallahu ‘alayhi wa sallam, baik berupa dzikir pagi dan sore, dzikir bangun tidur, dzikir mau makan , masuk rumah, dst..

4. Mendahulukan apa yang diridhoi dan dicintai Allah dari apa yang kau cintai dan gandrungi manakala antara keduanya bertemu.

5. Menyelami samudera keindahan nama-nama dan sifat-sifat Allah, bak kata pepatah ”tak kenal maka tak sayang”, maka semakin kau kenal dari nama-nama dan sifat-sifatnya yang dia jelaskan dalam kitab dan sunnah Nabi-Nya, kau akan bertambah cinta padaNya semakin meresapi arti penghambaan yang sebenarnya. Jalur inilah yang telah berusaha dipotong oleh Ahlul kalam, jahmiyyah dan muktazilah, firauninyyah.

6. Meresapi di dalam hati dan mengakui betapa luasnya rahmat dan pemberian Allah pada hamba, betapa deras curahan karunia dan rezekiNya yang tak terbilang. Bilamana diceritakan ada orang yang baik dermawan, berakhlak mulia, maka hatimu kan mencintainya walaupun mungkin belum bertemu dengannya, bagaimana pula dengan Zat yang segala kebaikan yang ada padamu datang dariNya..?

7. Merintih dan menghinakan dirimu dihadapan kebesaranNya, menampakkan kekerdilanmu dan kenaifan dirimu dihadapan kesempurnaanNya.

8. Berkhulwat menyendiri bersama Allah di sepertiga malam terakhir, di waktu nuzul ilahi ke langit dunia.

9. Bermajlis dengan orang-orang sholeh yang memilah-milah perkataan baik dari yang buruk sebagaimana petani kurma dan anggur mensortir panen mereka.

10. Menjauhkan segala yang menjadi penghalang hati menuju Allah, dari segala yang melalaikan hamba, pada saat ini hp dan gadget-lah penghalang terbesar bagi hati untuk sampai kepada Allah.

Inilah sobat tips meraih kecintaan Allah, mari bersama kita resapi dan coba praktekkan, semoga saja Allah menyampaikan kita pada tangga mahabbah ini, amin ya Rabb.

—————
Batam, 24 Shafar 1443/2 Okt 2021

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

ref : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=4483197851727017&id=100001105385773&sfnsn=wiwspwa

Merasa Berjasa

Diantara penyakit hati yang akut dan bisa berujung pada kematiannya adalah perasaan diri telah berjasa dalam Islam, banyak memberikan kontribusi dalam dakwah, merasa diri sebagai pilar kebangkitan agama.

Tatkala sebagian Arab Badui masuk Islam, mereka merasa jumawa dan telah memberikan nikmat besar pada Nabi dan kaum muslimin, bahasa sederhananya mereka merasa diatas angin, besar kepala dan merasa telah jadi pahlawan.

Maka Allah perintahkan NabiNya untuk mengajari mereka agar merunduk, tidak merasa berjasa, tawadhu dan sepatutnya malah memanjatkan puji dan syukur atas karunia Allah yang telah menggiring mereka pada Islam, Allah berfirman:

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا ۖ قُل لَّا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُم ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ [الحجرات : 17]

Mereka merasa telah memberikan nikmat padamu atas keislaman mereka, katakan, ”jangan kalian merasa telah memberikan nikmat padaku atas keislaman kalian, namun katakan bahwa Allah yang telah menganugerahkan iman dalam hati kalian bila kalian benar-benar Jujur..”

Pelajaran buruk dapat dijadikan cerminan dari sikap Iblis yang merasa berjasa dengan ibadahnya yang banyak dan ketaatannya pada Allah, membuat iblis besar kepala, takjub dengan kehebatan dirinya, lantas merendahkan Adam dan menyombongkan diri di hadapan Allah yang membuat Ia dikutuk, dilaknat, diusir dari surga, dirubah wujudnya menjadi wujud makhluk terburuk yang pernah Allah ciptakan, diancam neraka dan kekal selama-lamanya.

Begitulah nasib akhir orang yang merasa berjasa, telah memulai dakwah, membangun yayasan, sekolah dan madrasah, membuat universitas, radio dakwah, chanel televisi dan semacamnya.

Perkataan lisanul hal dan lisanul maqalnya: ”kalau bukan karena jasaku tidak akan pernah ada dakwah, sekolah dan madrasah; kalau bukan karena aku tidak akan tersebar ilmu dan sunnah, kalau bulan jasaku tidak kan pernah ada Radio dan Tv dakwah..”

Penyakit hati itu banyak variannya, ada riya, ujub, sombong, hasad, merasa berjasa, merasa banyak amal sholeh dan seterusnya.

Orang beruntung adalah orang yang selalu mengontrol kondisi dan keadaan hatinya, bila terasa sakit segera diterapi sebelum penyakit menjadi kronis dan membinasakan agamanya.

Wallahu a’lam.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

Hidup Adalah Menanam

Seorang mukmin akan senantiasa menanam berbagai kebaikan dalam hidupnya, tak perduli mana satu dari kebaikan yang dia semai di dunia kan berbuah balasan terbaik di akhirat kelak.

Hidup seorang mukmin bagaikan petani yang berusaha menyemai benih di ladang yang telah disterilkan dari berbagai gulma dan hama, di tanah yang telah dibajak.

Ia tak pernah tau mana satu dari sekian ribu benih yang ditanam, yang akan tumbuh membesar, berbuah dan menghasilkan panen raya. Ia tak peduli bilamana diantara sekian benih tersebut akan ada yang tak tumbuh, mengering dan mati, yang dibenaknya adalah bekerja maksimal menyempurnakan ikhtiar dan bertawakkal pada Sang Penciptanya.

Dunia ini adalah ladangmu sobat, tanamilah ia dengan benih kebaikan sebanyak yang kau mampu, terus beramal dan jangan pernah berhenti kecuali kematian yang menghentikanmu, sebab engkau tak tau mana satu dari apa yang kau upayakan itu kan menjadi penyelamatmu di negeri akhirat.

Bagaikan gulma dan hama perusak tanah dan tanaman, maka perusak amal hingga akhirnya tertolak itu amatlah banyaknya, ada riya, ada ujub,ada sombong, ada perasaan telah berjasa atas Islam dan agama, ada keinginan untuk menjadi orang terkenal dan populer, viral di dunia maya, yang semuanya adalah gulma hati.

Ada pula kesyirikan, bid’ah dalam beribadah, khurafat dan takhayul yang semua merupakan hama bagi hati.

Ya subhanallah… alangkah banyaknya penawar dari ramuan Alqur’an dan Sunnah yang dapat membasmi gulma dan hati di atas, sekiranya kita mau berobat dengannya.

Namun obat tersebut tak mampu dibeli dengan dinar dan dirham, dia hanya kan dapat dibayar tunai di taman-taman syurga, majlis ilmu dan dihadapan para ulama.

Namun adakah yang mau mengambil penawar tersebut..?

Wallahul musta’an.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

#COVID_19 : Kumpulan Artikel Terkait Covid-19

Berikut ini adalah beberapa artikel yang telah kami posting sebelumnya terkait musibah wabah Covid-19, semoga bermanfaat..

  1. Do’a Saat Tertimpa Musibah
  2. Do’a Mohon Perlindungan Dari Keburukan Segala Penyakit
  3. Do’a Mohon Perlindungan Dari Berubahnya Kesehatan
  4. Do’a Mohon Perlindungan Dari Segala Bahaya
  5. Do’a Saat Menghadapi Kesulitan
  6. Dzikir Ketika Melihat Oang Lain Terkena Musibah Penyakit
  7. Dzikir Saat Mengalami Kesusahan/Kesedihan
  8. Keutamaan Bersedekah Di Hari-Hari Ini
  9. SELESAI – MASIF : WAKAF 2 Sumur Bor + 2 Jaringan Pipa
  10. Keutamaan Sedekah Air #1
  11. Keutamaan Sedekah Air #2
  12. Memberikan Minuman = Sedekah Yang PALING Afdhol…
  13. Berniat Mengharapkan Pahala Dari Musibah Dunia
  14. Ladang Pahala Yang SANGAT BESAR..
  15. SELESAI – Tebar Sembako dan Air Minum
  16. Ladang Pahala
  17. Sikap Orang Beriman Terhadap Wabah Virus Corona
  18. Apakah Wafat Di Hari Selain Jum’at Tidak Mendapatkan Husnul Khotimah..?
  19. Ampuni dan Sayangilah Kami Ya Ghofuur Ya Rohiim
  20. Tawakal Yang Hakiki
  21. Do’akan Kebaikan Bagi Saudaramu
  22. Keutamaan Membaca 2 Ayat Terakhir Dari Qs Al Baqoroh
  23. Tentang Berjabat Tangan
  24. Apakah Takut Terinfeksi Corona Merusak Tauhid..?
  25. Apakah Qunut Nazilah Disyari’atkan Dalam Kasus Wabah Penyakit..?
  26. Hal Ghoib Semakin Dipercaya
  27. Tenanglah Wahai Saudaraku Seiman
  28. Penjelasan Hadits Tentang Berlindung ke Masjid Ketika Wabah
  29. Ringankan Orang Yang Sakit
  30. Peniadaan Kegiatan Sholat Jum’at Besok di Jakarta
  31. Pahala Yang Sama Bila Ada Udzur
  32. Sholatlah Di Rumah Saat Wabah Seperti Ini
  33. Jangan Sampai Kita Kalah Dengan Ketakutan Kita Sendiri !
  34. Agar Tidak Tertular Atau Menularkan
  35. Pelajaran Dari Peristiwa Penyakit Menular Di Suriah dan Mesir
  36. Kabar Gembira
  37. Karena Musibah Adalah Bagian Dari Nikmat…
  38. Bahagia Itu Bila Orientasi Anda Akherat…
  39. Nasehat dan Fatwa dan Tata Cara Sholat Bagi Tenaga Medis
  40. Besarnya Pahala Akan Sesuai Dengan Besarnya Cobaan
  41. Physical Distance Juga Bagian Dari Islam
  42. Beriman Kepada Qodar Baik Dan Buruk Keduanya Dari Allah
  43. Untukmu Yang Harus Keluar Rumah Untuk Mencari Nafkah
  44. Landasan Setiap Kebaikan
  45. Musibah Menghapus Dosa…
  46. Mendung Kan Berakhir
  47. Ampuni dan Sayangilah Kami Ya Ghofuur Ya Rohiim
  48. Bersabar Menghadapi Musibah
  49. Allah Yang Mengetahui Akhir Dari Perkara Kita
  50. Jadikan Sabar dan Sholat Sebagai Penolongmu
  51. Jangan Sampai Anda Turut Menularkan Virus
  52. Bertambah Kesulitan, Betambah Pula Keimanannya
  53. Akibat Dosa
  54. Yang Penting Untuk Di Pahami Saat Menghadapi Musibah
  55. Agar Musibah Anda Berpahala… Agar Kesedihan Anda Seakan Tiada…
  56. Hakikat Iman
  57. Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
  58. Bersabarlah Dan Berhusnudzonlah Kepada Allah Dalam Ujian Dan Musibah
  59. Bisa Jadi Pada Wabah Ini Banyak Kebaikan
  60. Saling Mendo’akan
  61. Renungan Ayat – 3
  62. Menunggu Jalan Keluar
  63. Tentang Sholat Iedul Fitri Di Rumah
  64. Tentang Tidak Sholat Berjama’ah Di Masjid Saat Pandemi Virus Corona

Kematian

Kematian adalah suatu keniscayaan, tidak dengan covid dengan sebab yang lain, orang kan mati, cepat atau lambat, semua kita hanya menunggu giliran.

Bila covid mengganas dan mulai menjemput kematian banyak dari orang yang kita kenal, kita cintai dan sayangi, maka jadikan hal itu pelajaran untuk selalu waspada dan bersiap-siap.

Perbanyak husnuz zhan pada Allah bahwa apa yang dia tentukan dan pilihkan untuk kita maka itulah yang terbaik, pasrah dan tawakkal menjadi kunci ketenangan batin, dengan tetap maksimal menyempurnakan ikhtiar.

Sejak sekarang mari perbanyak amal, tunaikan kan hak Allah dan hak makhluk yang masih nyangkut di kita. Hanya dengan menunaikan dua hak tersebut saja kita kan selamat berjumpa Allah, dan Allah ridho pada kita.

Jangan ada setetes darahpun yang kita tumpahkan, harta orang lain yang tidak kita kembalikan, kehormatan dan nama baik orang kita cemarkan. Bila ada maka segera selesaikan sebelum terlambat.

Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

Diatas Apa Dirimu Wafat..?

Bismillah..
Sudah menjadi ketetapan hanya Allah yang berkekalan. Ulama-ulama wafat, ahlul bid’ah wafat, para bajingan wafat, dan semua kita akan wafat.

Masalahnya bukan pada wafat dan mati, tetapi diatas apa kau mati..?

Jangan kau samakan matinya Syeikhul Islam di penjara Qal’ah dengan matinya bajingan pemerkosa istri orang, meski sama-sama dalam penjara.

Tidakkan pula sama antara matinya ahli bid’ah dan ahli ilmu.

Maka ambillah pelajaran dari orang-orang yang mati, di atas apa mereka mati, yang membuatmu kian tegar di atas jalan kebenaran, tidak berpaling darinya, membuatmu kan sabar menghadapi mereka, toh ujungnya segala syubuhat mereka kan berakhir dengan kematian.

Jadikan ibrah bahwa kebenaran akan berkekalan meski pembawanya mati binasa berkalang tanah, sebaliknya ahli syubuhat dan syahwat juga kan binasa tubuhnya di pendam tanah, bersama dengan apa yang ada di otaknya dan yang mengalir melalui lisan kotornya. Kalaupun ada warisan kesesatan, namun takkan pernah abadi sebagaimana abadinya kebenaran.

Pulau Siberut jauh ditengah
Jauh dari bumi Andalas
Hancur badan dikandung tanah
Kenangan baik tak akan lepas

Allahul musta’an.

———
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA,  حفظه الله تعالى

Penyesalan Yang Telah Terlambat

== Pengingat untuk para ahli taklid ==

Dalam dunia ini banyak orang-orang yang enggan, malas belajar agama, tidak pakai nalar dan logika sehat hingga hanya mau terima bersih dengan taklid buta ikut imam, ustadz, pak kyai, anjengan, buya, dst.

Ketika orang yang di elukan sesat merekapun turut tersesat, orang yang disanjung setinggi langit menyeru ke neraka, para jama’ah setia menemani sang pemimpin ke neraka.

Setiba di neraka barulah tangisan penyesalan sia-sia tak berguna, karena “nasi telah menjadi bubur”. Mereka akan protes minta pada Allah agar yang dahulu mereka panuti dan ikuti dibenamkan dalam kerak neraka dan diazab berlipat ganda atas perbuatan mereka yang telah menyesatkan para pendukung dan pengikut.

Allah berfirman:

وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا ًًً، رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا [الأحزاب : 68]

Mereka berkata: ”duhai Tuhan, kami sungguh dahulu (di dunia) mematuhi para pemimpin kami dan para pembesar kami, maka merekalah yang telah menyesatkan kami dari jalan kebenaran. Duhai Tuhan kami berilah mereka Azab dua kali lipat dari apa yang kami rasakan dan laknatlah mereka laknat yang besar..” (QS:Al -Ahzab :67-68)
———
Jalan keselamatan adalah mengikut jejak Rasulullah Nabi yang maksum, bukan mem”bebek” ikut figur yang belum tentu selamat dari kesalahan dan penyimpangan. Apapun gelar kehormatan yang disematkan padanya.

Cara beragama yang salah adalah dengan menjadikan sosok manusia tertentu seolah Nabi yang tak pernah salah, mematuhi dan mengikutinya secara membabi-buta, membangun loyal cinta dan benci di atas dirinya, tanpa melihat dalil dan rambu syariat.

Siapa yang jadi musuhnya dimusuhi.. siapa yang menjadi sahabat dan kecintaannya dicintai.. bila ia teriakkan “perang” maka mereka setia berperang untuknya, bahkan rela mati dan menukar darahnya..

Di hari kiamat nasib mereka akan persis sebagaimana digambarkan Allah dalam kitabNya:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بعد إذ جاءني } الآية. الفرقان ٢٧-٢٨

“Ingatlah pada hari orang-orang zalim menggigit kedua tangannya dan berkata menyesal: ”duhai sekiranya dulu aku mengambil jalan kebenaran bersama Rasul, Duhai kalaulah sekiranya dulu aku tidak menjadikan si fulan idola dan kekasihku, sungguh dia telah menyesatkanku setelah petunjuk Rasul datang padaku..” (QS: Alfurqan: 27-28)

Titel dan gelar akademi LC, MA, DR, bukanlah jaminan seseorang telah benar, tak mungkin keliru dan salah. Sebagaimana gelar yang di berikan masyarakat seperti ustadz, kyai Imam besar, habib, dan semisalnya juga tidak pernah menjadi standar pemiliknya harus benar dan diatas jalan yang lurus.

Tolok ukur benar salah adalah dalil dari kitab Allah dan Sunnah Rasul yang sahih, yang dipahami oleh para sahabat, tabi’in dan para pengikut cara beragama mereka hingga akhir zaman.

Siapapun yang menyelisihi dalil dan cara beragama mereka, campakkan jauh-jauh dari benakmu.. niscaya kau akan selamat.

Karena itu selalu ikut dalil, pakai nalar yang sehat, hindari perasaan dalam beragama, apalagi taklid buta.. Wallahul musta’an..

———
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA,  حفظه الله تعالى 

Petaka Marah

Kemarahan adalah sumber dari segala keburukan. Karena itulah Nabi kita berpesan pada seseorang yang meminta nasehat beliau agar tidak marah.

Marah yang tidak terkontrol menjadi sebab segala macam petaka yang membawa penyesalan di belakang hari. Karena marah suami istri bercerai, anak, orang, karib kerabat putus hubungan, hubungan antar jiran berantakan, bahkan karena marah nyawa melayang dan darahpun bisa tertumpah.

Nabi yang mulia memerintahkan dalam hadis beliau yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Bazzar dari hadis Ibnu Abbas dan disahihkan syeikh Al-Albani dalam silsilahnya:

وإذا غضبَ أحدكُم فليسكُت

“Apabila salah seorang kalian dalam kondisi marah maka diamlah..!”

Kebanyakan manusia dalam kondisi marah (kecuali yang dirahmati Allah dan mereka ini sedikit) tidak stabil dalam berkata-kata.

Bila dirinya tidak mampu diam akan keluarlah segala caci maki, kata-kata kasar, kotor, keji, tak peduli siapa yang dia hadapi, mau sahabat, teman dekat, orang tua, guru, lebih dari itu ia akan nekat mencela pihak yang berwewenang, merendahkan pejabat dan aparat bahkan nekat menentang Allah dan Rasul-Nya serta berkata-kata kufur.

Biasanya, setelah kemarahan mereda, kan muncul buah penyesalan yang berkepanjangan, dan terpaksa harus berurusan dengan pihak berwajib, yang kadang berujung jadi penghuni tetap “Hotel Prodeo” dipolisikan dan di bui bertahun-tahun.

Karena marah ada yang nekat menghina agama, merendahkan ajaran Nabi, bahkan menentang Allah, menyepelekan neraka-Nya, menghinakan surga-Nya.

Terakhir, orang kuat itu bukanlah orang yang hebat dikala bertarung, mudah menjatuhkan lawannya, orang kuat itu hakikatnya adalah orang yang mampu menahan dirinya dikala kemarahan dapat dia tumpahkan.

———
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA,  حفظه الله تعالى